The Talk

90 3 0
                                    


*Suara bip-bip-bip monitor jantung*

”...di mana aku?”

”Wow, tenanglah.”

”...kenapa aku tak bisa melihat?”

”Mobil kita kecelakaan. Apakah kau tak ingat apapun, Jeremy?”

”Apa? Apa maksudmu?”

”Kau tidak ingat? Kita pergi naik mobil bersama-sama untuk liburan musim semi, ya kan?”

”Kepalaku pusing, aku tidak ingat. Coba kau yang cerita.”

”Oke. Apa kau ingat? Beberapa hari yang lalu, aku mengajakmu pergi ke utara untuk liburan musim semi, sekalian mengunjungi beberapa teman kita. Kau bilang iya. Kita langsung pergi malam harinya.”

”Tunggu, kalau kita kecelakaan...apakah kau tidak apa-apa?”

”Aku tidak apa-apa. Lukamu yang paling parah. Dokter bilang kepalamu retak parah, itu sebabnya ada perban di sekeliling matamu. Saat kau menyetir, ada sesuatu di jalan yang membuatmu banting setir dan menabrak.”

”Mobilku...baik-baik saja?”

”Tidak. Kurasa Dodge-mu akan bisa diperbaiki dalam sekejap.”

”Aku tak bisa bergerak.”

”Begini, saat kau dibawa masuk, kau sempat mengalami kejang, jadi dokter pikir lebih baik kau ditahan di tempat tidur.”

”Tunggu, rasanya aku mulai ingat...mobil kita menabrak pepohonan di dekat hutan, kan? Bagaimana bisa kita ada di rumah sakit?”

”Kau ini bagaimana? Tentu saja aku pakai ponselku”

”Tapi kita di daerah hutan. Bagaimana mungkin kau bisa mendapat sinyal?”

”Aku dapat, tapi sinyalnya memang lemah sekali. Tapi yang penting sekarang kau baik-baik saja.”

”Yah...kurasa begitu. Makasih, Brian.”

”Sama-sama, sobat.”

”Oke, sekarang jujurlah. Siapa kau sebenarnya?”

”Hah? Apa maksudmu?”

”Nama temanku bukan Brian, tapi Brandon.”

”Oh.. maaf, kurasa aku sedang capek. Aku salah sebut nama.”

”Dan kau memanggilku Jeremy. Brandon selalu memanggilku Jay sejak kami masih kecil. Dan mobilku bukan Dodge, tapi Ford.”

”Begini, sobat, mungkin sebaiknya kau istirahat saja. Kau sedang capek, itu jelas....”

”Aku mau bertemu dengan dokternya!”

”Sayangnya tidak bisa. Aku satu-satunya yang ada di sini.”

”Apa maksudmu?”

”Sebenarnya, kita tidak di rumah sakit.”

”Jadi...di mana kita?”

”Di rumahku, tak jauh dari tempat kau menabrak.”

”Apa yang kau lakukan pada Brandon!?”

”Wah, tadinya kuharap kau akan langsung tidur, dan bukannya jadi terlalu pintar seperti ini.”

”Apa yang kau lakukan!?”

”Padahal aku sudah susah payah meniru suara Brandon, tapi kurasa aku harus menghabiskan lebih banyak waktu mencari informasi yang lebih akurat.”

”BRANDON!”

”Tidak usah repot-repot. Dia tak bisa mendengarmu kalau kepalanya sudah tidak ada.”

”Bajingan kau!”

*Terdengar suara benda logam diasah*

”Begini ceritanya; kau dan temanmu asyik di mobil, jelas-jelas tidak terlalu memerhatikan jalan. Aku melempar bangkai binatang ke jalan, lalu kau banting setir dan menabrak. Kau pingsan, tapi temanmu yang bawel itu lebih sulit ditenangkan.”

”Brengsek kau!”

”Ya, dia juga bilang yang sama sebelum lehernya kupotong.”

”Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?”

”Begini; persediaan makanan musim dinginku tak sengaja terbakar, jadi aku harus segera mencari sumber makanan baru.”

”Jadi itu maumu!? Kalau ya, mengapa aku masih dipasangi monitor jantung ini!?”

”Karena kupikir daging hidup lebih baik daripada daging yang sudah mati.”

My NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang