Eccedentesiast, dalam psikologi adalah istilah untuk seseorang yang menyembunyikan rasa sakit mereka dibalik senyumnya.
🍁🍁🍁
Semuanya berawal saat ku bertemu dia. Seorang laki-laki yang mampu membuat ku jatuh hati sedalam-dalamnya, untuk pertama kalinya.
Namaku Mentari Khalila Hasan, sapa saja Mentari atau Riri. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku sekolah disalah satu SMK swasta yang ada dikota Tangerang, jurusan Akuntansi. Aku hidup dalam keluarga yang cukup sederhana, bukan anak pejabat ataupun pengusaha. Ayahku seorang karyawan swasta dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Sedangkan kakak ku kuliah di Bandung.
Kata orang aku cantik, manis, cute dan lucu. Sedangkan aku tidak pernah merasa demikian. Namun, memang banyak yang mendekatiku. Baik itu teman satu kelas, teman satu sekolah ataupun anak-anak dari sekolah lain.
Aku adalah spesies manusia yang jutek jika kalian belum mengenalku. Apalagi terhadap laki-laki yang berniat modus atau mencoba menarik perhatianku.
Masa remajaku sama seperti kalian. Penuh dengan warna-warni, cinta monyet dan kelabilan. Aku pernah pacaran hingga beberapa kali dan tidak pernah bertahan lama. Semuanya hanya bertahan dalam dua minggu atau bahkan seminggu. Yang lebih parah hanya tiga hari saja. Bahkan aku tidak tahu, apa itu bisa disebut menjalin hubungan atau tidak. Bukan mereka yang meninggalkanku dengan alasan-alasan tidak jelas. Tapi, hubungan yang bahkan tak bisa disebut seumur jagung itu berakhir karena aku yang memutuskan. Seringkali aku merasa bosan dan tiba-tiba perasaan itu mendadak hilang. Mungkin aku tidak dapat mengartikan perasaan itu, entah sekedar suka saja atau memang cinta. Ingatlah, saat itu aku masih duduk dikursi SMK. Aku hanyalah seorang ABG labil yang entah maunya apa.
Namun, saat ku menginjak kelas XI semester 2. Aku mengenal seorang laki-laki bernama Regan Arya Pratama. Dia adalah sosok laki-laki yang membuatku menetapkan hati dan jatuh hati hingga sedalam ini. Seseorang yang mampu membuatku hanya menatap kearahnya, tanpa menatap ke arah lain.
Hubungan ku dan Regan, sudah berkisar satu tahun lebih dua minggu. Meskipun hubungan kami tidak seperti orang yang berpacaran seperti biasanya. Kami tidak banyak bertemu, atau sekedar jalan dan malam mingguan. Hanya berhubungan via chat atau sesekali bertelepon jika malam minggu itu datang. Aku dan Regan sesekali jalan saat pulang sekolah saja.
Awalnya semua baik-baik saja, Regan sangat perhatian dan membuatku merasa seperti gadis paling beruntung karena memilikinya. Namun, sikapnya tidak bertahan lama. Hanya tiga bulan pertama kami pacaran, ditambah satu bulan PDKT-an. Selebihnya, lelaki itu berubah menjadi seseorang yang sibuk dan seolah tidak peduli padaku. Aku bukanlah prioritas Regan lagi.
Aku dengannya memang tidak berada disekolah yang sama, jadi aku tidak tahu persis apa yang terjadi padanya. Regan bersekolah disalah satu SMK Negeri yang ada dikota Tangerang. Aku juga tidak tahu banyak mengenai keluarganya ataupun bagaimana kehidupannya. Regan tidak pernah bercerita meskipun aku bertanya. Dari penglihatan ku, sepertinya Regan dari keluarga yang cukup berada.
Kalian pasti bertanya-tanya, hubungan macam apa yang aku jalani dengan Regan selama setahun lebih ini. Bertemu saja jarang sekali, tidak pernah merasakan satnight. Tidak tahu kehidupan lelaki itu dan juga tidak mengenal keluarganya. Entahlah, aku pun merasa seperti tidak tahu apa-apa tentangnya. Seolah aku adalah orang yang paling asing baginya.
Regan itu bukan sosok laki-laki famous disekolahnya. Tidak setampan dan cool seperti cowok-cowok yang ada ditokoh novel. Namun, patut diakui bahwa lelaki itu memang badboy. Aku tahu Regan sering membolos sekolah, cowok perokok dan tidak suka belajar. Berbalik 100% denganku, aku cukup famous disekolahku maupun disekolah lain. Terutama disekolah Regan, banyak yang mengenalku padahal aku tidak mengenal mereka. Aku juga cukup cerdas dalam bidang akademik dan tidak bebal seperti Regan. Aku adalah orang yang paling rapi dan disiplin. Sedangkan Regan itu urakan dan sangat tidak disiplin.
Aku sudah sering mengingatkannya ataupun menceramahinya. Namun, ia selalu menjawab dengan banyak alasan.
"Gan, kenapa sih sekolah bolos terus ?" Ucapku sambil menatapnya.
Regan tersenyum simpul, "kesiangan bih."
Aku menghela nafas lelah, "mau jadi apa masa depan kamu kalo sekolah aja main-main terus." Ucapku kesal.
"Ada masanya aku serius buat masa depan aku," ucapnya.
"Tapi mau sampe kapan kamu kayak gini, sekolah gak jelas. Dari rumah berangkat tapi nyampe enggak. Orangtua kamu sekolahin kamu tuh banyak biaya yang mereka keluarin. Emang kamu gak sayang apa sama mereka ? Kamu tuh udah gede, harusnya kamu mikir Gan." Ucapku panjang lebar sambil menatap lelaki itu kesal.
Regan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "iya maaf. Lain kali gak bakal bolos lagi kok, janji." Ucapnya lalu tersenyum sambil menatapku.
Aku tak balas menatapnya, "kamu tuh janji-janji mulu tapi gak pernah ditepati." Ucapku masih kesal.
Regan kini menghadapku, sehingga kami saling tatap. Meskipun aku masih dengan wajah jutekku, "bener deh. Kali ini janji, aku gak akan bolos lagi. Aku bakalan belajar yang bener dan dengerin semua apa kata kamu. Aku serius sayang, demi masa depan aku yang ada didepan aku sekarang." Ucapnya lalu tersenyum simpul.
Alhasil aku sedikit menyunggingkan senyum, meskipun aku tidak tahu Regan mengatakannya dengan jujur dan tulus atau tidak. Lelaki itu memang selalu membuat amarah dan rasa kesalku menghilang entah kemana saat bertatapan dengannya.
"Kamu masih suka ngerokok ?" Ucapku sambil menatapnya.
"Udah enggak, ini buktinya sekarang gak ngerokok kan." Ucapnya lalu tersenyum.
Aku tersenyum miring, "iya sekarang enggak. Karna ada aku, tapi kalo gak ada aku ya gak tahu deh."
"Iya masih, tapi udah jarang. Kan perlu proses bih, gak bisa langsung distop gitu aja. Paling aku kurang-kurangin, yang penting kalo lagi sama kamu, aku gak ngerokok kan bih." Jelas Regan.
Aku hanya menanggapinya dengan gumaman saja.
"Ini aku kan lagi berusaha bih," ucap Regan. Ia tahu arti dari guamaman ku itu apa.
"Jauhi rokok, dekati aku. Rok-" ucapku terpotong karena Regan mendahuluinya.
"Rokok membunuhmu, aku mencintaimu." Ucap Regan.
Aku tersenyum kecil.
Lelaki itu menatapku, "kamu gak usah ingetin lagi hal itu. Aku udah inget dan hafal kok, kamu udah berkali-kali nyebutin slogan itu tuh." Ucapnya.
"Yaudah kalo inget harusnya kamu ngerti," ucapku.
Regan mengangguk, "ini juga kan lagi berusaha." Ucapnya lalu mengacak rambutku gemas. Kemudian aku menoyor kepala Regan tanpa ragu. Lelaki itu tertawa melihat rambutku sudah acak-acakan sekarang ini.
Aku memang paling tidak suka kalau Regan mengacak rambutku hingga berantakan.
Aku dan Regan terkadang bisa semanis ini. Namun, tidak jarang pula kami bertengkar. Semua itu bukan karena Regan, lelaki itu sangat sulit ditebak. Terkadang baik, perhatian, sweet. Tapi, dengan tiba-tiba pula ia bisa berubah menjadi cuek, jutek, pemarah tanpa sebab dan alasan yang jelas.
-Bersambung-
Hay hay😄 ini cerita baru nih. Sepertinya ini bukan cerita fiksi biasa hehe. Karena ada unsur realitanya juga wkwkwk. Gak bisa dijelasin sih kisahnya siapa, karena privasi.
Semoga kalian suka dan mau baca ya😊
Prolog nya dulu aja ya😊 kalo penasaran kelanjutannya silahkan VOMMENT .
Aku bakal bikin banyak cerita baru nih, jadi nanti update nya bisa ganti-gantian biar gak booring juga.
Untuk sequel MY FIREFLIES! nanti ya setelah extra part. Sekarang aku sedang memikirkan judul dan cover untuk sequel itu. Kalo ada yang punya usul atau saran boleh coment, atau ada yang baik hati mau buatin cover gapapa coment aja😊.
Terimakasih,😘
Salam manis dari mellmell cantik 😉💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionNamanya, Mentari Khalila Hasan. Lebih akrab disapa, Riri. Senyumnya, secerah mentari dipagi hari. Namun, siapa sangka dibalik sebuah senyum cerahnya, tersimpan banyak kepalsuan. Seolah senyum yang ia tampilkan didepan semua orang hanyalah topeng, at...