Pintu Lift

33 2 0
                                    

Aku sedang sibuk mengemas barang-barangku yang berserakan di atas meja kantor. Sudah pukul 21.09, Masih ada 3 orang tersisa di ruangan ini yang sedang menikmati jam kerja lembur dengan serius.

"Sen, mie ayam atau sate kambing?", Setya mengejutkanku dari belakang, telapak tangannya hangat menyentuh bahuku. Dia yang selalu menjemput dan mengantarku ke kantor.

"Hmm..terserah kamu aja. Kamu kan tahu kalo aku pemakan segala.", Kujawab dengan tawa seadanya.

"Kalo gitu, aku makan kamu aja. Titik". Setya mencubit pipiku pelan. Semua barang telah kusimpan di dalam tas, meja kerjaku pun sudah rapi, aku merangkul lengan kanan Setya dan kami berjalan meninggalkan ruangan.

Setya adalah teman kantorku di Jogja. Kami sudah menjalin hubungan sangat dekat kurang lebih 3 bulan terakhir. Dia masih berusaha mendapatkanku, belum ada tanda-tanda menyerah yang terlihat darinya, namun hatiku masih belum bisa menerimanya. Dia masih saja bersabar untuk menanti jawaban dariku.

"Bagaimana hari ini, sayang?" Setya mengelus tanganku yang sedang menggenggam lengannya. Kami berdua berjalan menuju lift kantor.

"Aku lelah banget, habis nyelesaiin report bulanan. Besok masih ada meeting lanjutan. Fix ya, Sabtu ini kita piknik!", Jawabku lemas dengan memasang wajah melas. Pintu lift pun terbuka. Kami berdua masuk ke dalam lift.

"Baiklah, Kanjeng Ratu". Jawab Setya antusias. Pintu lift tertutup. Hanya ada kami berdua di dalam lift. Dia menyandarkanku pelan ke dinding lift. Tangannya mengusap lembut pipiku dan mengangkat daguku perlahan. Dia mendaratkan bibirnya ke bibirku. Napasnya lembut seakan mengajakku tenggelam dan memuntahkan segala penat. Semakin lama, napas kami semakin berkejaran dan saling berburu hebat. Kedua tangannya semakin kuat mendekap pinggul dan tengkukku. Aliran darahku semakin deras. Tidak sedikit desahan yang kami ciptakan dari ciuman beberapa detik ini. Pintu lift terbuka pelan setelah melewati 20 lantai, kini berbalik dia yang merangkulku dan kami pun berjalan meninggalkan lift.

"Kita makan dulu, baru kita lanjutkan", Setya tersenyum mencurigakan seperti menyimpan rencana rahasia.

"Lanjutkan apa?, Tanyaku dengan wajah penasaran sambil mengerutkan dahi.

"Lanjut anter kamu pulang lah, Kanjeng Ratu!", Jawab Setya dengan mencubit pipiku dan tertawa kecil. Aku pun balas mencubit lengannya sambil tertawa kesal. Setya selalu bisa membuatku tertawa di manapun dan kapanpun. Dia juga sangat romantis tentunya.

Memeluk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang