Sebuah Panggilan

15 1 0
                                    

"Minggu depan kita mau ke mana?"Setya mengendarai mobil sedannya sambil sesekali melihat ke arahku.

"Pengennya sih ke pantai. Pok tunggal juga boleh tuh."jawabku semangat.

"Yowis, seterah kanjeng ratu. Asalkan bahagia, daaaannnnn.....",Setya selalu saja membuatku penasaran. Aku hanya melotot ke arahnya dan menunggunya untuk menyelesaikan kalimat.

"Daannnn fix kamu gendutan!",tawa Setya pecah. Aku yakin dia tertawa bukan karena mengejekku, tapi karena melihat ekspresi wajahku yang aneh. Aku semakin mengerutkan dahi dan mendaratkan pukulan kecil ke pundaknya.

Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa...

Terdengar nada panggilan masuk dari handphone-ku. Aku hanya menatap sebentar nama Hegar yang muncul pada layar handphone-ku dan langsung mematikan teleponnya.

"kok gak dijawab?siapa?",Setya penasaran.

"Hegar",jawabku singkat.

"kenapa gak dijawab?",Setya penasaran dan mencoba tetap terlihat santai.

"gak apa-apa. Nanti aja kutelpon balik kalo udah sampai rumah.",timpalku datar. Setya hanya mengangguk sambil tetap mengenderai mobilnya.

Handphone-ku kembali berbunyi, ada pesan singkat yang baru masuk:

Hegar: Sen (10.33 PM)

Hegar: Sibuk ya? (10.33 PM)

Hegar: Sudah tidur? (10.34 PM)

Hegar: Good night. *hug* (10.34 PM)

Memeluk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang