Hujan deras yang turun membasahi kota Jogjakarta menjadikan setiap sudut kotanya menjadi lebih puitis. Aku mengendarai motorku dengan pelan tapi pasti hingga tiba di rumah dengan selamat.
Hegar: Oi (09.22 PM)
Hegar: Again??? (09.40 PM)
Hegar: Bye! (09.41 PM)Aku baru saja membaca pesan singkat dari Hegar yang ternyata sudah mengusikku ketika berada di jalan. Aku sudah terlambat untuk yang ketiga kalinya dalam jadwal video call dengan Hegar. Setiap malam, kami wajib bertemu dalam panggilan video, itu kesepakatan yang sudah kami buat sebelum aku berangkat ke Jogjakarta.
Me: Oi (10.10 PM)
Me: Aku baru aja sampai rumah (10.10)
Me: lembur (10.11 PM)
Me: Setelah bersih2 nanti aku telpon (10.11 PM)Aku menghabiskan kurang lebih tiga puluh menit untuk bersih-bersih dan sholat isya. Tubuh lelahku sudah rebah dengan nyaman di atas kasur, mataku lemah menatap atap kamar. Aku meraba bawah bantalku untuk mencari ponsel, namun rasa lelah kantuk yang luar biasa ini tidak bisa lagi kukendalikan. Aku putuskan untuk terlelap dan akan menebus kesalahanku kepada Hegar pada esok harinya.
Keesokan paginya, saat terbangun, aku langsung teringat kepada Hegar. Aku meraih ponselku dan segera menguhubunginya. Ternyata, ada pesan darinya yang belum kubaca.
Hegar: bodoooo amatttt! (10.17 PM)
Hegar: Hey, aku rindu! 🖤 (04.00 AM)
Pagi itu, entah mengapa rasanya langit di luar sana sungguh cerah, padahal gerimis sudah menyapaku terlebih dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Bulan
Romansamemiliki boleh jadi, mencintai sudah pasti. cinta memang tidak harus saling memiliki.