6. Surprise

34 6 0
                                    

Author POV

Elthan mengemudikan mobilnya dengan santai. Sepanjang jalan ia memperhatikan Elea yang hanya duduk tanpa bergerak sedikitpun. Ia hanya sesekali merubah posisi duduknya. Elthan tersenyum lalu membawa jemari tangan Elea untuk di genggamnya. Elea tak bergerak. Mereka tak berkata apapun. Hening di dalam mobil. Elthan memberhentikan mobilnya di Central Park. Elthan menggenggam jemari tangan Elea lalu berjalan menuju kursi taman. Elthan memegang erat pinggang Elea. Elea tak menolak.

"Mau beli apa? Aku beliin"

"Nggak usah, kan tadi udah sarapan"

Elthan menyuruh Elea duduk lalu ia berlalu. Elea duduk, menikmati udara segar. Sudah lama Elea tidak berjalan-jalan seperti ini. 5 menit kemudian. Elthan datang dengan membawa 2 cup ice cream.

"Nih, yang rasa vanila kan"

"Makasih"

Elthan tersenyum. Elea memakan ice cream vanila itu. Elea menyenderkan kepalanya di kursi taman. Elthan menaruh pundaknya lalu memegang kepala Elea agar menyender di pundaknya. Elea teringat saat dulu dia dan Elthan makan ice cream bersama. Elea menatap sendu kebawah. Elthan yang menyadari perubahan Elea langsung memegang bahu Elea. Elea mendongak dan air matanya jatuh. Elea ingin menghapusnya tapi keduluan Elthan. Elthan mengusap lembut air matanya. Elea langsung memeluk Elthan. Entahlah, saat ini Elea sangat rapuh dia tak bisa memendam ini sendiri. Dia harus menceritakannya pada Elthan. Elea membuka suara.

"Aku ingin bicara"

"Iya, silahkan"

"Aku takut, kalau ayah, ibu serta kakakku tahu kalau aku sudah tidak gadis lagi mereka akan marah padaku"

Elthan terdiam. Dia memang tidak menyesali semua ini. Dia bukan pria munafik. Dia sangat menginginkan Elea. Tapi jika melihat wanitanya bersedih, itu sangat menyakiti Elthan.

"Tenanglah, aku akan bertanggung jawab"

"Tidak, maksud ku bukan itu. Bagaimana kalau mereka tidak mau mengakuiku lagi sebagai anak mereka? Aku takut"

"Jika memang mereka menyayangimu tulus mereka tak akan bersikap seperti itu. Jika memang itu terjadi, tenanglah. Karena apapun yang akan terjadi. Aku akan tetap menemanimu" Elea menatap kedalam manik mata Elthan. Elthan jujur dengan segala ucapannya. Elea merasa sedikit lebih tenang karena telah membagi segala kegelisahan yang melandanya. Setelah di rasa tangisan Elea sudah mereda. Elthan bangkit dari duduknya. Dia menarik tangan Elea. Mereka saling berhadapan. Elthan membungkukkan badannya. Elea terkejut. Ia menyuruh Elthan berdiri, tetapi Elthan sama sekali tak menurutinya. Elthan mengambil sesuatu di dalam saku celananya. Tampaklah kotak kecil berwarna merah.

"Elea Morris Johnson, maukah kau menjadi milikku. Hanya milikku. Aku tahu aku bukanlah lelaki yang baik. Tapi, izinkan aku membuktikan padamu bahwa aku benar-benar jatuh cinta. Sejatuh-jatuhnya pada kecantikan hatimu. Maukah kau bersamaku. Melengkapi ku"

Elea tak bisa berkata-kata lagi. Dia memang membenci Elthan saat kejadian dimana semuanya berhasil membuat hidup Elea berubah. Tapi ia juga tak bisa membuang rasa cintanya. Rasa cintanya lebih mendominasi. Elea menangis haru lalu mengangguk. Elthan yang sedari tadi tegang langsung rileks mendapat respon dari Elea. Elthan memasangkan cincin cantik berwarna putih itu ke jari manis milik Elea. Pas. Seakan cincin itu di buat khusus hanya untuk Elea.

Elthan berdiri lalu tersenyum. Elea mendekat tanpa diduga Elthan. Elea mencium bibirnya lembut. Elthan membalas ciuman Elea dengan tak kalah lembutnya. Elea mengalungkan tangannya dileher Elthan. Ini bukan ciuman nafsu. Ini ciuman cinta dan kasih sayang.

Elea menghentikan tautan bibir mereka. Elthan tersenyum. Mereka menautkan kening mereka. Lalu Elea berteriak.

"Aku mau beli sosis bakar itu, boleh nggak?" Elea tersenyum memohon. Elthan melingkarkan tangannya dipinggang ramping milik Elea.

You're My Bad and Kind LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang