Elthan menghirup Aroma tubuh Elea sedalam ia bisa. Elthan tak akan melepaskan Elea. Tak akan ada yang bisa mengambil Elea darinya. Ia akan menjaga Elea, mencintai dan menyayangi seumur hidupnya.
Elea memejamkan matanya. Ia tak melawan. Begitupun dengan Elthan, ia merasa nyaman bila berdekatan dengan pria itu. Pria itu selalu membuatnya merasa terlindungi. Elea memang belum bisa memaafkannya seutuhnya. Tapi, Elea berjanji akan mencoba. Elea merasa kosong jika tak ada Elthan. Elthan adalah pelangi dihidupnya.
Elthan menatap wajah cantik Elea yang berada di bawahnya. Elea masih memejamkan matanya. Ia tak tau kalau Elthan sedari tadi menatapnya. Elthan tersenyum lalu mengecup pelan bibir Elea. Elea bergetar. Elea membuka kelopak matanya.
Elthan menggulingkan badannya ke samping tubuh Elea. Ia menarik pinggang dan lengan Elea. Ia memeluk tubuh wanitanya. Elea mematung.
"Tenanglah, aku tidak akan macam-macam. Aku, hanya ingin tidur di pelukanmu" Elea hanya diam. Ia melirik jam di atas nakas. Pukul 8 malam.
Elthan menyerukkan wajahnya di leher jenjang milik Elea. Deru nafas teratur terdengar. Elea melirik Elthan yang telah tertidur di dekatnya. Elea mengangkat sebelah tangannya untuk mengelus rambut Elthan. Elthan tertidur dengan keadaan Shirtless. Elea menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Elea bergerak untuk menyelimuti tubuh Elthan. Tapi, seakan tahu. Elthan menarik lengan Elea dan bergumam.
"Jangan kemana-mana, tinggal lah denganku. Aku tak akan bisa hidup jika kau meninggalkanku"
Elea mengernyitkan dahinya pertanda bingung. Ada apa dengan Elthan? Apa maksud dari kata-katanya tadi? Akhirnya Elea mengurungkan niatnya untuk berdiri. Elea membenarkan posisi tubuhnya. Ia menghadap Elthan. Elea menguap. Tak lama kemudian Elea masuk ke alam mimpi bersama Elthan yang ada di sebelahnya.
***
"Pagi sayang" Elea yang sedang menggeliat dari tidurnya terlonjak. Kaget. Seorang pria tampan yang masih shirtless itu tersenyum. Menawan. Tak sangka Elea ternganga melihatnya. Elea terpana dengan ketampanan Elthan. Kemana saja Elea? Kenapa baru sadar jika pria yang ada di hadapannya ini bukanlah manusia biasa. Ia adalah dewa. Ketampanannya tak terkalahkan. Elthan memajukan wajahnya, meniup pelan ke depan wajah Elea. Elea memekik tertahan. Ia memejamkan matanya. Geli.
"Ahh, ku mohon berhenti lah" Elea berucap dengan gemetar. Menahan sensasi yang di akibatkan oleh perlakuan Elthan padanya. Elthan mengusap bibir Elea lembut dengan jemari tangannya yang kekar. Membukanya sedikit. Bagaikan di sihir. Elea menurut saja, Elthan memajukan bibirnya. Melumat mesra bibir ranum milik wanitanya. Elea mendesah.
"Morning kiss, just for you honey"
Elea tak merespon, tubuhnya seakan jauh dari raganya. Untung saja saat ini tangan kekar Elthan membelit pinggangnya. Jika tidak, sudah di pastikan saat ini Elea telah meluruh kelantai.
"Aku ingin mandi, kau mau ikut sayang?" Elthan menyeringai menggoda. Hobby nya sekarang ialah menggoda Elea. Elthan sangat suka melihat pipi Elea bersemu. Elea yang sudah tersadar dari fatamorgananya menggeleng pelan. Elthan melepaskan pegangannya dari pinggang wanitanya lalu tersenyum sambil berlalu menuju bathroom.
Elea duduk di ranjang king size nya. Ia masih bingung dengan perasaannya. Ia memang terpesona dengan ketampanan pria itu. Tapi, siapa yang telah merusak harga dirinya? Andai saja jika dengan berteriak bisa menyelesaikan segala masalah sejak tadi juga Elea akan berteriak agar semua dilema yang dihadapinya usai. Elea menyenderkan kepalanya ke dinding. Dia mengambil ponselnya di atas nakas lalu mulai membukanya. Ada 5 pesan masuk dari Alex. Teman kuliahnya. Kebetulan Elea dan Alex itu satu kelompok tugas mencari bahan skripsi.
Alex (+1***) : Hy honey? Kapan kita mulai nyari bahan skripsi?
Elea : Hari ini aja sehabis makan siang. Ajak juga yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Bad and Kind Life
Romansa[Slow Update] This is my first story guys. Thanks for reading😍Dangerous (18++) Elea Morris Johnson merasa bahwa dirinya telah hancur, sehancur-hancurnya. Mahkota yang selama ini ia jaga telah direnggut oleh pria yang menubruknya kemarin. Dia merasa...