Eighteen

173 34 2
                                    

Setelah keluar dari mini market, emosi dan rasa kesal Zasya sudah mereda. Kini, ia sudah merasa senang. Ia masuk ke dalam mobil Niall dengan senyum di bibirnya.

Niall memang terpaku dengan senyuman itu. Tapi, Niall sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Zasya saat ini. Ya, hanya untuk saat ini, karena ini kali pertamanya. Namun, dari sekian pertanyaan yang patut ditanyakan, Niall malah menanyakan sesuatu yang sangat tidak berfaedah di pikirannya.

Apakah isi dari mini market itu membuat Zasya bisa tersenyum seperti ini? Memangnya apa yang dibelinya? Aku saja yang membeli makanan sebanyak yang kumau tidak pernah sebahagia Zasya. Apa yang dibelinya ya?

"Kau beli apa?"

"Rahasia."

"Kok rahasia?"

"Ini urusan wanita, Nee."

Niall hanya menganggukkan kepalanya. Urusan wanita memang rumit. Ia seharusnya tidak penasaran. Memikirkan itu saja bisa membuat kepalanya ingin dibelah seperti kelapa. Berbicara tentang kelapa, Niall jadi lapar.

"Kau keberatan jika kita singgah makan dulu?"

"Memangnya kau lapar ya? Ah, iya, kau kan rajanya makan. Oke, aku juga sepertinya lapar."

Zasya kemudian terlihat seperti berpikir. Seteleh beberapa menit, ia mendapatkan apa yang sedang berkecamuk di pikirannya.

"Kau ada konser, Nee! Mengapa berkeliaran tengah malam seperti ini?!"

Niall terkejut dan membuatnya menginjak pedal rem secara mendadak. Bersamaan dengan itu, suara tumbukan terdengar.

"Aduh!" keluh Zasya sambil memegang dahinya yang beradu jotos dengan dashboard di depannya. Tapi, jangan salahkan Niall, karena Zasya tidak memakai seatbelt.

"Sorry. Apakah itu sakit?" tanya Niall khawatir sambil melihat dahi Zasya. Zasya menepis tangan Niall perlahan.

"Aku tidak apa-apa, Nee. Jadi, jawab saja pertanyaanku."

"Kau tahu, sejak pulang dari gladi tadi, aku langsung tertidur sampai mungkin pukul dua belas malam. Kurasa istirahatku cukup. Dan saat aku menemukanmu, aku baru saja pulang dari makan di McDonalds."

Zasya membelakkan matanya saat menyadari hal yang sedikit mengganjal. "Dan kau ingin makan lagi? WOW! AKU SALUT PADAMU, HORAN!" Zasya menepuk tangannya memuji Niall.

"Sebenarnya perutmu itu terbuat dari karet atau dari apa sih?" lanjut Zasya saat Niall mulai menjalankan mobilnya.

"Entahlah. Oh, iya, siapkan dirimu, ya? Giliranmu menyetir saat kita pulang sebentar. Jangan mengantuk!"

Zasya memutarkan bola matanya sebal. "You wish, Horan!"

***

"Quinn? Kenapa kau lama sekali? Ini sudah hampir sore dan kau masih saja di kamar mandi!" protes Zasya sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.

Zasya sudah jenuh menunggu Quinn yang sudah hampir dua jam di kamar mandi. Zasya benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan sahabatnya selama itu. Zasya sudah gelisah karena tiga jam lagi konser the boys akan dimulai. Beberapa directioners bahkan sudah berada O2 Arena sejak tadi pagi.

"Aku akan segera keluar. Bersabarlah!" sahut Quinn dari dalam kamar mandi.

Zasya mendengus kesal. Dari setengah jam yang lalu Quinn terus saja berkata seperti itu. Zasya terus mondar-mandir di depan kamar mandi sambil memegang handuk berwarna merah mudanya itu.

"Quinn, cepatlah!" ingat Zasya gelisah.

Ucapan Zasya tidak dijawab apapun oleh Quinn, melainkan suara ketukan pintu kamarnya.

"Siap---"

Ucapan Zasya terpotong ketika ia melihat siapa dibalik pintunya yang tadi mengetuk. Seorang lelaki tengah tersenyum lebar.

"Mengapa kau di sini?" tanya Zasya bingung.

"Memangnya aku tidak boleh di sini?" Lelaki itu terkekeh. Ia tahu betul maksud Zasya. "Kau belum siap?"

Zasya hanya menggeleng. "Aku bahkan belum mandi. Quinn lama sekali di kamar mandi."

"Jadi, katakan, Niall. Mengapa kau berdiri di depan kamarku dan bukannya berada di tempat konser?" lanjut Zasya dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Santailah, Arasyan! Konsernya masih lama. Aku masih punya waktu setidaknya dua jam bersamamu. Jadi, ambillah perlengkapanmu dan mandi di kamarku! Kau punya waktu setengah jam untuk bersiap." Niall menaik-turunkan kedua alisnya lalu pergi meninggalkan Zasya dengan wajah bingung.

"Cepatlah, Arasyan! Waktu kita tidak banyak!"

Seruan Niall membuat Zasya kembali sadar dan segera mengambil segala perlengkapannya untuk mengikuti ucapan Niall.

"Quinn! Aku akan pergi dengan Niall! Kau berangkat sendiri, ya?!"

"APA?! KAU TE---"

Zasya segera menutup pintu kamarnya dan mengekori Niall yang sudah cukup jauh di depannya.

***

Don't forget to leave vomments guys:)  and thanks for reading my story❤️

Book 2: University of 1DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang