•Math Boy #1•

555 40 15
                                    

"Ini adalah contoh 3 orang yang tidak patut dicontoh," seru kepala sekolah yang sedang memberikan amanat upacara pagi ini. Namanya Pak Heri, namun kebanyakan siswa menyebutnya Pak Bernad. Aneh memang. Tapi mungkin itu sebutan paling cocok untuk dirinya dengan badan cukup tinggi, perut sebesar karung, kumis kotak di sela-sela hidung dan mulitnya, rambut sedikit botak dibagian depan, dan gaya jalannya yang condong kedepan seperti ibu hamil.

Berdiri disampingnya 3 orang siswa dengan gaya berandal. Baju keluar, tidak memakai dasi, muka lebam.

Suasana upacara pagi itu cukup ricuh dengan bisikan para siswa siswi yang membicarakan pembuat onar itu.

"Saya tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi. Apalagi saya melihat 3 orang ini lagi pembuat onarnya!" Pak Heri menunjuk ketiga siswa disampingnya. "Nak, kalian ini disekolahkan untuk jadi anak yang terpelajar. Jangan jadi berandal seperti mereka," tangan Pak Bernad hanya menunjuk pada Abra. Abra melihatnya sinis.

"Gak saya doang kali, Pak Bernad," celetuk Abra. Yap, Raka, salah satu cowo ganteng, tajir, kawanan geng cowok nakal disekolah atau panggilan kerennya, bad boy.

"Makin kurang ajar kamu Abra!"

"Ups," ledek Abra.

Pak Heri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Abra yang sudah biasa baginya. Kalau bukan karena orang tua Abra adalah donatur terbesar sekolah ini, mungkin Abra sudah di drop out dari sekolah ini.

"Sekian dari saya, semoga kalian mengerti. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawaban serentak siswa-siswi SMA Gerilya.

Ucapan Pak Bernad hanya angin lalu buat Abra dan teman-temannya. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Begitulah Abra, namun sederet wanita antri menjadi pacarnya, termasuk Milady.

Setelah ditutup oleh pembacaan doa dan menyanyikan satu lagu wajib, akhirnya upacara pun berakhir. Bagi siswi perempuan, selesai upacara merupakan salah satu surga karena dimana mereka tak lagi harus berdiri rapih panas-panasan yang tidak bisa membenarkan rambut atau bedak mereka yang berantakan.

"Lo, Milady kan?" Tanya Abra menghadang jalan Milady masuk kelas.

Milady gugup tingkat dewa sekarang. Cewek mana yang tidak gugup jika orang yang disukai diam-diam tiba-tiba menyapanya? Sebuah keajaiban dunia menurut Milady. Tangannya dirasa sudah berkeringat dingin. Dia berusaha mengatur deru napasnya yang tak karuan dan berusaha terlihat baik-baik saja.

"Iya, kenapa?" Tanyanya balik dengan nada sesantai mungkin.

"Oh lo yang namanya Milady Camella Sheilene, bener kata temen gue, cantik ternyata." Abra melengkungkan senyum terbaik yang ia miliki.

"Gue masuk dulu ya mau ganti baju olahraga,"

"Cie belom jadian aja udah minta izin gitu, lucu banget sih kamu," goda Abra.

Milady hanya menunduk malu dan berjalan masuk ke kelasnya untuk mengambil seragam olahraganya lalu bergegas ke toilet untuk berganti seragam karena 10 menit lagi pelajaran olahraga segera dimulai, dan gurunya terkenal cukup galak dan super disiplin.

"Gubraakkk!"

Kedua insan yang bertabrakan itu berusaha bangun menopang tubuhnya yang baru saja terjatuh. Milady merapihkan baju olahraga yang tadi digenggamnya kini berserakan dilantai.

"Sorry." Cowok itu hanya menatap Milady datar dan berjalan melewatinya.

Milady mendengus kesal karena cowok nyebelin itu cuma mengucap 1 kata lalu pergi. Tanpa berkata lain atau setidaknya membantu ia berdiri. Namun ia tak memusingkan hal itu sekarang, karena jam pelajaran olahraga dimulai 5 menit lagi. Ia harus menggunakan 5 menit itu dengan sangat cepat untuk berganti baju, balik ke kelas, lalu berbaris kelapangan.

"Semuanya tangan dipinggang, badan serong ke kanan, heh jangan ada yang bercanda! Mau kalian tidak lulus ujian praktek mata pelajaran saya?" Suara Pak Dana terdengar oleh Milady yang masih ada di sudut lapangan. Ia melangkahkan kakinya ragu, sepertinya pemanasan sudah dimulai, itu artinya dia terlambat. Itu artinya, dia harus bersiap.

"Maaf pak saya telat, tadi ada kendala sedikit jadi saya terlam---"

"Kamu lagi Milady! Sudah 3x kamu terlambat di jam pelajaran saya. Kamu ngapain? bersemedi ditoilet Ira? Sekarang, lari 5 putaran lapangan utama dan gak boleh ikut pelajaran saya hari ini," omel Pak Dana memotong ucapan Milady barusan.

Tanpa membantah, ia langsung menjalankan apa yang diperintahkan. Jelas saja, jika membantah 1 kata saja, bisa makin diamuk masa ditengah lapangan ditambah bisa dijemur diterik matahari. Pak Dana memang galak, sangat tidak disukai hampir semua anak cowok, tapi tidak anak cewek. Secara, Pak Dana memiliki badan yang tegap dan bidang, paras wajahnya juga tampan.

~

ADA YANG KASIAN SAMA Mila GA?
UDAH DITABRAK COWOK DINGIN, DIHUKUM PULA SAMA PAK GURU GANTENG.

TAPI ENAK DONG DIGOMBALIN ABRA
SIAPA SIH GA MELELEH SAMA ABRA ADUHHHH

25 VIEW 10 VOTE BAKAL PUBLISH CHAPTER 2💙

TINGGALKAN JEJAK SETELAH BACAAA💙

kritik dan saran diterima lapang dada, thx.

FEEDBACK? ASK AJA GA GIGIT KOK WKWK.

THANKS A LOT!!! luv luv

Math BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang