Kamar Milady menjadi porak poranda akibat perang bantal ke-3 temannya. Kegiatan seperti ini sudah menjadi habitat mereka.
Jangan ditanyakan dimana Sofie dan Friska. Sofie sudah pasti sibuk bimbel dan Friska sibuk OSIS."Mil, mau minum jus jeruk dong," pinta Jennie, Milady tak menggubris permintaan temannya itu karena masih sibuk terdiam senyum-senyum sendiri. Jennie mendengus, "Bikin sendiri aja. Keluar kamar belok kanan, turun tangga, cari dapur seperti biasa, oke," jawab Jennie sendiri dengan meniru gaya bicara Milady.
"Pasti lagi mikirin si anak badung itu kan?" Rachel menghampiri Milady yang masih dengan posisi tidurannya.
Milady bangkit dari posisinya sembari memukul pelan bukunya ke kepala Rachel, "Sok tau ih diem aja deh,"
Rachel terkekeh, "Kalo naksir jangan dipendem, berat loh kata Dilan."
"Yang berat tuh dosa lo! HAHAHA" ledek Milady.
"OH GOD LO SEMUA BERISIK JADI GUE KALAH KAN AH SIALAN," Gracella membanting stick ps yang digenggamnya.
"Woi ps gue tuh rusak!" omel Milady.
"Ampun tuan rumah,"
"Milaaaaaaa, lo kok gak bilang sih punya kipas gambar Sehun?! Oh lo diem-diem mau nikung gue?" celoteh Jennie saat selesai mengambil minum di dapur.
Milady mengerutkan alisnya berusaha mengingat, "Hah yang mana?"
"Ada juga di deket kulkas,"
"Ohh yang itu, itu dikasih sama Abra kemaren tapi gue kan gak suka jadi gue geletakin aja," ujarnya santai sembari mencari toples camilannya.
"BUAT GUE YA?" pinta Jennie yang berbarengan dengan Rachel.
"Heh kan gue duluan yang liat! Gak usah ikut-ikut napa, Chel," ketus Jennie.
"Lah, Mila aja belom ngasih ke lo kok haha."
Bosen. Itu yang ada di pikiran Milady saat ini. Tak jarang kedua temannya itu bertengkar karena masalah idolanya. Milady memaklumi dengan geleng-geleng kepala.
Milady melerai, "Lo ambil itu kipas, Jen," Jennie langsung menjulurkan lidahnya kearah Rachel. Rachel membalasnya dengan tatapan sinis. "Nah lo, Chel, ambil case di laci gue. Gue kemaren dapet case sama kipas. Adil kan?" lanjut Milady.
Rachel balas meledek Jennie.
"Bosen nih, ada makanan gak?" Tanya Gracella setelah mematikan gamenya
"Ga." Milady menjawab dengan lugas, tatapannya masih terfokus pada ponselnya.
"Yee kampret medit lo Mil,"
"Ke Mall yuk? Temenin gue cari baju sekalian makan," usul Gracella.
"Ayooo!" Jawab Milady dan Jennie antusias.
"Wait girls, mobil gue kan bocor," kata Jennie.
"Pake punya gue," ujar Milady.
Mereka langsung menggunakan sweater dan hoodie masing-masing dengan bawahan masih rok abu-abu.
Layaknya para remaja muda, keempat gadis itu menghabiskan waktunya di Mall untuk bermain Time Zone, berfoto-foto, dan membeli baju kembar. Mereka memilih salah satu brand yang cukup ternama. Tak lupa juga mereka membelikannya untuk Sofie dan Friska, itu yang mereka lakukan disaat kedua temannya itu sibuk dengan urusannya masing-masing. Mereka tak merasa terganggu dengan jarangnya Sofie dan Friska kumpul bersama mereka karena yang terpenting, mereka tetap sahabat selama masih bisa dipercaya.
"Pusing gua sumpah naik wahana kek begituan, gak lagi lagi dah," Rachel mengeluh karena dia tidak terlalu suka ketinggian dan wahana yang memicu adrenalin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Math Boy
Teen Fiction'Sulit untuk memahaminya, sesulit rumus matematika yang memiliki banyak cara. Tapi dengannya, kurasa bahagia. Walau dengan lara, kurasa itu biasa. Aku yakin akan ada tawa setelahnya' Milady, gadis cantik yang akrab disapa Mila itu popular dikalangan...