Prolog

32 2 0
                                    

Ghata merentangkan kedua tangannya dan tersenyum begitu lebar. Sesekali dia melompat-lompat kegirangan, yang menyebabkan lumpur memercik ke pakaian teman]-temannya.

"GHATA! Kamu ini kerasukan setan apa sih!" Kiren kesal dengan tingkah Ghata.

"HOREEE! ujian sudah selesai, rayakan kemenangaaan." seru Ghata kegirangan.

"Jangan terlalu cepat senang Gha, belum tentu hasilnya bagus." Nindya mengingatkan

"Ah, kau jangan mematahkan semangatku dong!" Ghata tertunduk lesu.

"Sudahlah Nin, biarkan dia senang. Bukankah seharusnya kita ikut senang kalau sahabat kita sedang bahagia. Kita juga harus mendoakan agar hasil ujian kita semua bagus. " kata Mahesa.

"Iya, kamu benar. Tapi kalau senang jangan kelewatan, Gha. " Kiren mengingatkan.

"Yess, bisa bebaaas. Horeee, Yeay, aku bebass dari ujiaan. " Seru Ghata sambil melompat kegirangan, tapi tiba-tiba...

BRUUK... Ghata terpeset lumpur yang licin dan kemudian terjatuh. Karena tubuhnya yang gemuk, lumpur memercik kemana-mana. Sekujur tubuh keempat sahabat itu sekarang kotor berlumur lumpur.

"GHAAATTAAA!" teriak Kiren yang kerasnya seperti TOA Masjid. Gadis berumur duabelas tahun ini tidak suka kalau ada noda yang menempel di tubuhnya, meskipun hanya sebesar zarrah.

"Kalian terlihat seperti es krim coklat. " kata Ghata sambil menjilatkan lidah ke bibirnya. Seperti biasa, pikiran Ghata hanya berisi soal makanan.

"Ghata, Ghata. Entah bagaimana caranya memisahkan dirimu dengan makanan. " Kata Nindya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ghata, pokoknya kamu harus nyuci baju aku sampe kinclong! Titik!" Perintah Kiren yang masih kesal.

"Sudahlah, lebih baik kita cepat pulang dan membersihkan diri. Kiren, kau juga jangan menyuruh Ghata seperti itu. Kan kasihan Ghata, sudah jatuh disuruh nyuci pula." Mahesa menasehati. Seringkali kata-kata Mahesa bijak, mengingat ia adalah anak dari kepala desa Nusa Jaya, Pak Danu.

"Iya, kita pulang yuk." ajak Nindya.

"Eh, tunggu dulu, tolong bantu aku berdiri." pinta Ghata.

Mahesa, Kiren, dan Nindya membantu Ghata untuk berdiri. Mereka agak kesulitan karena badan Ghata yang gemuknya minta ampun. Tapi pada akhirnya mereka berhasil.

"Gha, kayaknya kamu harus diet. " Kata Kiren.

"Iya Gha, berat badanmu sangat ringan seperti Badak. " sindir Nindya.

"Waah, Ghata, berat badanmu bahkan lebih ringan daripada gajah." tambah Mahesa.

"Hahahahaha" anak-anak itu tertawa bersama, kecuali Ghata yang cemberut.

"Sudahlah Gha, jangan diambil hati. Kami hanya bercanda. " kata Mahesa sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ghata menerima uluran tangan Mahesa.

Nindya dan Kiren juga bersalaman dengan Ghata. Merekapun pulang bersama sama. Keempat sahabat ini tidak pernah bermaksud menyakiti hati satu sama lain. Sesekali mereka bercanda, tetapi tidak pernah membuat sahabat mereka sampai sakit fisik ataupun hati . Persahabatan memang begitu indah.

Sahabat HIJAU-BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang