Tanah Longsor

33 2 0
                                    

Bukit Sanskara adalah bukit yang terletak di desa Sanskara, tidak terlalu jauh dari desa Nusa Jaya. Bukit ini memiliki tinggi sekitar 190 mdpl dan memiliki luas kurang lebih 1500 meter persegi. Di bukit ini banyak terdapat tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, contohnya pohon jati dan pohon kasturi.

Baru-baru ini terjadi bencana tanah longsor di bukit Sanskara. Beruntung tidak ada korban saat peristiwa ini terjadi, karena bukit ini memang agak jauh dari pemukiman warga. Namun, hal ini tentu saja meresahkan warga. Untuk mencari solusi dari permasalahan ini, kepala desa Sanskara, Pak Arif mengadakan musyawarah. Siapapun yang berkehendak boleh mengikuti musyawarah ini.

***

Nindya, Kiren, Ghata, dan Mahesa sedang mengobrol di bawah pohon mangga yang terletak di depan rumah Mahesa. Mereka memang biasa bermain di situ. Keempat anak itu tampak membicarakan hal yang begitu menyenangkan.

"Akhirnya kita lulus juga ya." Kata Ghata.

"Iya, setelah ini kita akan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Kalian mau sekolah di mana? " tanya Nindya.

"Papa nyuruh aku sekolah di Jakarta sih, tapi aku gak mau jauh-jauh dari kalian. Jadi aku mau sekolah di SMP NUSA JAYA aja." jawab Kiren

"Aku juga akan melanjutkan sekolah di situ." kata Mahesa senang.

"Kalau kamu gimana Gha?" tanya Kiren pada Ghata.

"Aku akan melanjutkan sekolah di SMP NUSA JAYA saja. Ibu tidak mengizinkanku sekolah terlalu jauh. Lagipula, kata ibu semua sekolah sama saja." jawab Ghata.

"Jadi kita semua akan sekolah di SMP NUSA JAYA? semoga kita masuk kelas yang sama, ya." Nindya senang sekali mendengar jawaban sahabatnya.

"Eh, kalian sudah tahu belum, soal tanah longsor si bukit Sanskara. Malam ini, kepala desa Sanskara akan mengadakan musyawarah untuk mencari solusi dari permasalahan ini. "kata Mahesa.

"Hes, kok bisa ya, bukit Sanskara longsor. Katanya bukit Sanskara itu banyak pohonnya. Kok bisa longsor?" tanya Kiren dengan penuh heran.

"Mungkin karena sering hujan. " jawab Ghata asal.

"Tapi, hujan saja tidak akan membuat tanah menjadi longsor kalau ada akar tumbuhan yang menahan tanah tersebut." Nindya tidak setuju dengan Ghata.

"Ayahku bilang, bukit Sanskara sudah gundul. Tapi aku tidak tahu itu benar atau tidak." kata Mahesa ragu.

"Lho, ini malah lebih aneh lagi. Kok bisa gini sih?" Kiren semakin heran

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Kalau ada informasi lagi, aku beritahu kalian. Ini sudah sore, sebaiknya kalian pulang." Mahesa menyarankan.

"Ya sudah, kami pulang dulu ya, Hes." Nindya berpamitan.

"Iya, hati-hati di jalan." kata Mahesa sambil melambaikan tangan.

Nindya, Kiren, dan Ghata pulang dengan penuh pertanyaan di kepala mereka. Terlebih soal penyebab bukit Sanskara bisa longsor. Mereka tidak habis pikir, kenapa bukit yang begitu lebat bisa longsor dengan mudahnya. Tiga anak itu benar-benar menantikan informasi lebih lanjut dari Mahesa.

***

Malam pun tiba. Para warga yang berkehendak mengikuti musyawarah sudah berkumpul di balai desa Sanskara. Pak Danu, kepala desa Nusa Jaya sekaligus ayahnya Mahesa juga turut hadir dalam musyawarah tersebut.

"Baiklah, para warga yang sudah bersedia menghadiri kegiatan musyawarah ini, silakan duduk di kursi yang sudah disediakan. Kita langsung mulai saja kegiatan ini." Pak Arif memulai kegiatan musyawarah.

"Begini pak, bagian bukit Sanskara yang menghadap barat sudah gundul. Diperkirakan inilah penyebab tanah longsor terjadi.   Bagian bukit yang mengalami longsor juga bagian barat." jelas salah satu warga.

"Kami tidak tahu kenapa pohon-pohon di situ hilang. Tiba-tiba saja terjadi longsor dan kami baru tahu kalau bukit bagian barat sudah gundul." jelas warga yang duduk di sudut ruangan.

"Jadi apa yang harus dilakukan untuk mengatasi bencana tanah longsor ini?" tanya pak Arif.

"Kita lakukan patroli di sekitar bukit saja, dengan begitu tidak ada yang berani menebang pohon di situ." usul warga lain.

"Kita selidiki dulu siapa pelakunya, lalu kita tangkap, dengan begitu bukit
Sanskara aman dari ancaman longsor." warga lain mengusulkan.

"Menurut saya proses itu terlalu lama.  Bukit Sanskara bisa saja longsor lagi." Pak Danu tidak setuju.

"Saya sependapat dengan pak Danu, apa ada usulan lain?" tanya pak Arif

"Bagaimana kalau kita lakukan reboisasi?" usul pak Danu.

"Saya setuju, hari minggu kita lakukan reboisasi di bukit Sanskara. Warga yang mau ikut harap berkumpul di balai desa pukul 08.00 pagi. Jangan lupa membawa bibit tanaman dan peralatan reboisasi. Setuju?" pak Arif memutuskan hasil akhir musyawarah.

"Setuju. " jawab warga serempak.

"Pak, bagaimana dengan pelaku penebangan liarnya? Apa kita akan melakukan penyelidikan mengenai hal ini?" tanya salah satu warga.

"Untuk sementara tindakan yang kita ambil hanya melakukan reboisasi saja. Soal pelakunya kita bahas lain kali. Baiklah, terimakasih bagi para warga yang bersedia menghadiri musyawarah ini. Selamat malam." pak Arif mengakhiri kegiatan musyawarah.

Para warga pulang ke rumah masing-masing. Namun, beberapa warga kecewa karena pak Arif tidak berencana menyelidiki siapa pelaku penebangan liar. Tidak ada yang tahu alasan Pak Arif tidak melakukan hal tersebut.

Sahabat HIJAU-BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang