Rencana Camping

7 2 0
                                    

Mahesa sudah memberitahu ayahnya, Pak Danu bahwa ia membuat tim penyelamat alam dengan ketiga sahabatnya. Ayahnya sangat setuju. Dia sangat senang mengetahui anaknya peduli pada alam.

Ayah Mahesa bahkan mengumumkan pada warga bahwa keempat anak kecil itu membuat tim penyelamat alam. Mahesa sangat senang. Sekarang ia punya tim penyelamat alam sungguhan. Dia sudah tidak sabar untuk memberitahu ketiga sahabatnya.

Pukul tiga sore, sesuai perjanjian Mahesa datang ke markas barunya, di bawah pohon gayam di pinggir sungai.  Nindya dan Ghata sudah menunggu di sana. Mereka bertiga duduk menikmati pemandangan di sana sambil menunggu Kiren datang.

"Haii Sahabat HIJAU-BIRU!" sapa Kiren yang baru datang dengan gembira.

"Dari mana saja kau?" tanya Ghata setelah melihat penampilan Kiren.

Kiren tampil berbeda. Biasanya, saat sedang bermain ia hanya mengenakan kaus pendek dan dan rok selutut. Tapi kali ini ia memakai kaus panjang pink dilengkapi rompi ungu, serta lejing panjang hitam yang dibalut dengan rok pendek berwarna ungu muda. Tak lupa ia mengepang rambutnya dengan gaya fish tail dan mengenakan bando pink berhiaskan pita merah.

"Tadi pagi papa pulang, terus aku diajak jalan-jalan ke pantai sama papa." jawab Kiren.

"Sekarang, apa yang akan kita bahas?" tanya Mahesa.

"Kita sudah punya tim penyelamat alam, sekarang program apa yang akan kita lakukan?" Nindya balik bertanya.

"Sebelum menyuruh orang lain, kita harus memulai semuanya dari diri sendiri. Kita harus membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya , tidak merusak tanaman, mendaur ulang sampah, dan masih banyak hal yang bisa kita lakukan." jelas Mahesa.

"Setelah itu berhasil, apa yang akan kita lakukan?" tanya Ghata.

"Kurasa kita bisa menyelidiki pelaku penebangan liar. Kayaknya seru deh." usul Kiren.

"Aku setuju, ini pasti akan menjadi petualangan yang sangat menyenangkan." Nindya sependapat.

"Tetap saja menjelajahi kuliner adalah hal yang paling menyenangkan. Tapi kurasa boleh juga kalau aku mencoba berpetualang." kata Ghata setuju.

"Itu berbahaya, bisa saja para penebang mengakhiri nyawa kita menggunakan gergaji mesin." Mahesa memperingatkan.

"Kita coba camping di hutan Asri aja. Sambil menyelidiki penebang liar. Lagian kan belum tentu penebang liar ada di hutan. Ayolah, pasti seru." Kiren meyakinkan.

Mahesa terjebak dalam kebingungan. Sebenarnya dia juga ingin berpetualang bersama sahabatnya. Tapi Mahesa tahu resikonya besar. Bisa saja dia dimakan binatang buas, atau ditangkap para penebang liar. Akan tetapi, kalau tidak ada yang menyelidiki pelaku penebang liar, maka bisa saja hutan Asri menjadi tandus.

Semakin lama berpikir, Mahesa semakin bingung. Kalau ia menolak, sahabatnya pasti kecewa. Ditambah lagi dia tidak bisa menyelidiki pelaku penebangan liar. Tapi kalau menerima dia harus berani ambil resiko. Tiba-tiba Mahesa teringat pada slogan tim mereka, 'Demi alamku, aku rela kehilangan nyawaku'.

"Baiklah, tapi kita harus minta izin dulu pada orangtua kita." akhirnya Mahesa setuju.

"Nah, gitu dong, besok kumpul lagi di sini ya. Laporan, udah dapet izin apa balum." kata Kiren dengan wajah berseri.

Tim Sahabat HIJAU-BIRU sudah sepakat untuk melakukan camping sekaligus menyelidiki soal penebang liar. Namun, dalam hati mereka tidak yakin akan mendapat izin dari orangtua mereka. Mereka sendiri tahu, risikonya besar. Tetapi keempat anak itu bukan penakut. Mereka berani menanggung segala risiko dari perbuatan mereka.

Sahabat HIJAU-BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang