13. Pasar

2.3K 247 14
                                    

Flashback on ... hari yang tak Mey ingat

Kenapa pasar adalah tempat yang sangat dibenci oleh Allah? Padahal pasar merupakan tempat orang mencari nafkah dan di sanalah banyak orang menggantungkan hidupnya.

Sejatinya tak ada yang salah dalam berniaga. Bahkan, perniagaan adalah wilayah yang dianjurkan untuk mencari nafkah. Katanya, sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah berdagang. Benarkah? Mungkin ya, mungkin tidak. Nyatanya memang ada sebuah hadits yang menyatakan ini, meskipun sekadar hadits yang dhaif. Kendati demikian, jelas dalam sejarahnya bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pedagang yang sukses dan sangat dipercaya.

Kembali lagi kepada pertanyaan awal, kenapa pasar dibenci Allah? Tentu ada alasan di balik itu. Ya, tentunya pasar merupakan tempat yang di dalamnya banyak orang melupakan salat karena lupa waktu, mereka sibuk memperjuangkan lembar-lembar kertas yang dibuat oleh mereka sendiri, lembar-lembar yang akan mereka pegang tak lebih dari satu hari, kemudian di keesokan harinya lembaran-lembaran itu bertransformasi menjadi limbah biologis yang menjijikkan.

Di tempat itu pulalah banyak ditemui orang-orang saling adu pintar mengelabui satu sama lain. Belum lagi peluang terjadinya kriminalitas di tempat yang penuh sesak akan manusia dengan harta yang mereka bawa.

Bagi Mey, semua itu adalah hal yang asing. Ia berdiri sambil mengamati setiap orang dengan aneh, seakan ia sedang berada di planet lain dan orang-orang yang berlalu lalang di sana adalah para alien yang tengah menyusun rencana menginvasi bumi.

Canggung, kaku, tapi ia masih berusaha tenang dan bersabar dengan suara-suara yang menjengkelkan di telinganya, hingga bau-bau tak sedap yang bercampur aduk dari mulai bau anyir daging dan ikan mentah, sampah, bau sayuran busuk, emisi kendaraan, hingga bau keringat orang-orang yang berlalu lalang. Jadi ini yang biasa orang-orang lakukan ketika berkumpul?Kenapa mereka suka sekali berkumpul di tempat seperti ini?

Sementara itu, Bi Cicih masih sibuk tawar menawar harga dengan seorang pedagang ikan berbadan besar dangan kumis dan jambang yang lebat. Mata orang itu tampak sangar, ditambah dengan nada bicara yang bersungut-sungut. Menyeramkan, tapi sepertinya tak cukup menyeramkan untuk Bi Cicih.

Wanita yang Mey kenal sangat penyayang itu tak terlihat di sana. Ia kini telah berubah menjadi sosok wanita yang tak punya ampun, pejuang harga, tak kenal takut melawan sengatan-sengatan yang terlontar dari si pria berjambang lebat. Mey dibuat merinding melihatnya, begitu juga Zen yang juga melongo memperhatikan kejadian itu dari gendongan Mey

Seakan tak terpengaruh, ikan-ikan mas yang sengaja dibiarkan hidup di dalam kolam kecil berukuran setengah kali dua meter berkecipak, mondar-mandir tak tentu arah sambil menggerak-gerakkan mulut mereka.

Bosan dengan perdebatan Bi Cicih dan si Mas Jambang, perhatian Mey mulai teralihkan pada makhluk-makhluk lucu itu. Ditatapnya lekat seekor ikan berwarna putih bercorak kuning di beberapa bagian tubuhnya. Ikan itu menatap Mey balik sambil tetap menggerak-gerakkan mulutnya.

Tak lebih dari sepuluh detik mereka saling menatap, ikan itu berbalik arah memunggunginya, meninggalkan kecipak air yang memantulkan bayangan wajahnya. Tak ada yang aneh selama beberapa detik setelahnya, hingga ia menyadari perubahan yang terjadi pada air itu.

Warna air perlahan berubah menghitam seakan ada gas tinta yang bocor dari dasar kolam. Semakin lama, air itu semakin gelap dan kental, menyembunyikan ikan-ikan yang kini tak lagi terlihat. Ditatapnya Bi Cicih dan si Mas Jambang, keduanya masih sibuk beradu argumen. Tak menyadari bahwa barang yang mereka perdebatkan kini telah menghilang tertelan air tinta yang kental.

Kemudian dari genangan tinta itu, muncul dua buah cahaya berwarna merah menyala, yang dalam beberapa detik semakin jelas terlihat bentuk aslinya sebagai sepasang mata yang menyeramkan, menatap Mey ganas, penuh rasa lapar.

"Does God Really Exist?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang