"aku, dan semua"

418 80 37
                                    

Kun menatap Jungwoo yang sedang menyisir rambut Xuxi. Senyuman tersungging di bibirnya saat melihat Xuxi yang menutupi lehernya karena tergelitik oleh jari-jari lentik Jungwoo. Jungwoo yang melihat Kun menatap ke arah mereka langsung tersenyum.

"Kau mau menyisirnya juga?"

Kun sedikit ragu; sebenarnya bukan itu yang dia inginkan. Dia tidak akan menolak, oke, itu sudah jelas. Tapi Kun tidak ingin menyisir Xuxi karena dia ingin menatap wajahnya.

....

Kenapa dia ingin menatap wajahnya?

"Xuxi, sudah ya?" Tanya Jungwoo pelan. Xuxi yang sedari tadi menyender di antara kaki Jungwoo menggeleng-geleng, tapi dia memberikan senyuman lebar. Kemudian dia menutup wajahnya di antara lutut Jungwoo.

"Kurasa Xuxi tidak suka dipegang orang lain selain dirimu." Kun mencoba mengerti. Ya, mungkin seharusnya Kun yang tidak ingin dekat-dekat dengan Xuxi karena dia yang berbahaya, tapi sepertinya itu terbalik sekarang.

"Hm, siapa yang tahu?" Jungwoo membangunkan tubuh Xuxi agar dia duduk tegak lurus, kemudian dia bangun.

"Aku sudah selesai. Aku harap kau masih mau berkomunikasi dengannya." Kata Jungwoo sebelum akhirnya dia mengangkat tasnya dan pergi, meninggalkan Xuxi yang mengeluarkan suara rengekan kecil. Kun melihat Jungwoo pergi, lalu menatap Xuxi.

Ini orang yang nyaris membunuhnya.

Wajah polos, dengan matanya yang besar seperti haus akan dunia, bibirnya yang lebar dan indah, ketika tersenyum dapat menyaingi sesuatu di atas, serta rambutnya. Rambutnya.... Terlalu panjang.

"Un, un!" Xuxi menyerukan suara. Seperti memanggil Kun. Kun reflek bangun dan berjalan ke arah Xuxi, "Kau memanggilku?"

Xuxi mengangguk, lalu mengacak-acak rambutnya. Lalu menangis.

"Haa?" Kun yang melihat Xuxi menangis jelas langsung panik. "Ada apa? Kenapa kau menangis? H-hei, beritahu aku.."

Xuxi menggeleng kepalanya dan mengusap air matanya. Dia menolak untuk mengangkat kepalanya, membuat Kun semakin khawatir.

"Kau baik?"

Xuxi menggeleng lagi. Dia hanya menunduk, membiarkan air mata menetes ke bawah. Dia mengangkat jarinya dan menulis-nulis lagi di atas tangan Kun.

T
A
K
U
T

"Kenapa kau takut? Apa yang kau takutkan?" Kun menarik nafasnya, "Kau tidak mungkin takut padaku 'kan?"

Karena seharusnya aku yang takut padamu...

Xuxi menggeleng. Kun langsung menarik tangannya. Kun tidak takut, dia hanya ragu. Apapun yang membuat Xuxi ketakutan hingga menangis sekarang pasti sangatlah mengkhawatirkan. Dengan caranya menggeleng-geleng, dan menutup kedua telinganya rapat-rapat.

"Da.." Kun mendengar suara pelan Xuxi. Dia berusaha berbicara lagi, tapi mulutnya langsung ditutup. Dia menarik tangan Kun kembali.

D
A
T
A
N
G

"Datang? Siapa yang datang Xuxi?" Kun memegang kedua bahunya, menggoyangkannya pelan-pelan karena dia tidak ingin membuatnya panik. "Siapa yang datang, Xuxi?!"

Haruskah Kun memanggil dokternya? Dia merasa takut. Bagaimana jika Xuxi sedang mengalami semacam episode? Kun tidak bisa menanganinya, dia hanya orang biasa.

Xuxi menangis sejadi-jadinya. Bahkan hingga memeluk Kun. Kun hanya diam menerima pelukan creepy itu. Namun tangannya dengan reflek mengelus punggung Xuxi yang kelewat besarnya dari dirinya.

"Xuxi, jangan menangis terus. Aku tak paham."

Meski menangis memang hobi Kun, jika dia harus berurusan menangani tangisan orang dia akan angkat tangan. Susahnya bukan main. Kun tidak tahu apa yang harus dia lakukan ketika orang menangis, karena biasanya dia lah yang menangis dan ditenangkan.

Kun memaksa melepas pelukannya, lalu menatap Xuxi yang terus saja menatap ke bawah. Matanya merah dan bengkak, serta bibir bergetar tak menentu.

Kenapa ketika bersama Jungwoo dia biasa saja, dan saat ditinggalkan oleh Kun dia mulai mengacau?

"Oke, tidak ada yang datang. Kau takut, Xuxi. Kau hanya takut."

Xuxi menggeleng. Dia tidak mengerti, bagaimana Kun dapat mengerti?

Dia menggerakkan bibirnya yang bergetar hebat, lalu membisikkan satu nama yang membuat Kun langsung bergidik ngeri.

"L-Lucas......"

Mata Kun membulat. Dan sebelum dia dapat memproses apa yang terjadi, Xuxi menutup kedua telinganya dan mengusapnya kuat-kuat, seperti sedang mengusir sesuatu. Kun tahu ada yang salah, itu sebabnya dia bangun untuk pergi memanggil dokter.

Sayangnya bukannya keluar, badannya justru dibanting ke atas di mana ranjangnya berada. Kun menatap ngeri pada orang yang baru saja menariknya kuat-kuat. Satu nama terlintas di kepala Kun saat itu.

"Mau ke mana kau?"

Jantungnya serasa merosot ke bawah. Kepalanya pusing melihat senyum sakit yang terpampang di wajah Xuxi sekarang. Mata Kun melebar ketika melihat wajah Xuxi yang mendekat.

Persis seperti saat dia berada di dalam bathtub.

"Tebak aku siapaaaa?" Tanya Xuxi dengan nada datar. Kun menggeleng. Tidak, Kun tidak bisa melawannya. Dia harus pergi, dia harus lari.

Dia harus meminta tolong.

"TOLONG!" jerit Kun. "DOYOUNG TO-MMPH!"

Xuxi menutup mulut kecil Kun dengan telapak tangannya yang besar, membungkamnya rapat-rapat. Kemudian dia menggeleng pelan sambil mendecak ejek.

"Nama yang salah."









.

.

.

.....udah hiatus ya:")

mimpi yang sempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang