"dalam mimpi"

455 74 28
                                    

Seorang pria dengan pakaian rapih mulai memasuki lobby, ditemani dengan satu orang lagi dengan baju yang sama dengan dirinya. Orang yang terus-terusan mengikutinya itu tidak bisa menahan kepalanya untuk terus menunduk, karena kerumunan ini membuatnya gugup. Orang yang di depannya itu sadar dan mengambil tangannya, meremasnya pelan.

"Gugup?"

Orang itu mengangguk.

"Mau keluar saja? Acaranya belum dimulai."

Dia memiringkan kepalanya. Apakah dia boleh...

Tidak. Dia menggeleng keras kepalanya. Dia tidak ditinggal sendiri, nanti..

"Hei, hei," orang yang memegang tangannya itu mengelus punggungnya. "Jangan panik. Kau boleh keluar, tapi jika kau sudah merasa pusing, cepatlah kembali."

Dia melepaskan tangannya dan mengangguk. Rasanya kerumunan mulai mencekik, jadi dia terburu-buru pergi dari sana dan mencari udara segar.

"Hei, Jungwoo.." tiba-tiba saja ada pria lain yang mendekat, dan jauh lebih pendek darinya. "Apa dia baik-baik saja dibiarkan seperti itu?"

Yang disapa hanya tersenyum.

"Tidak apa. Aku rasa dia dapat mengendalikan dirinya, meski untuk sehari saja."









.















"Kenapa bisa dia lepas dari pengawasanmu! Sudah kubilang perhatikan dia terus! Kau ingin ku tembak?!"

"Winwin, percuma kau memarahiku, aku juga tak akan mendengarkanmu. Lebih baik cari barangmu itu."

Johnny melompat ketika sesuatu meletus di sebelah kakinya. Dia melihat karpet merah yang sudah terkoyak karena peluru yang meledak di sana. Bisa dibayangkan kalau refleks Johnny tidak sebagus itu, kakinya bisa berakhir seperti karpet itu, menambah warna merah di atasnya.

"Serius?! Winwin!" Bentak Johnny. Dia melihat Winwin yang senyum miring.

"Kau mendapatkanku. Di mana dia terjatuh?"













.









Kun membuka matanya. Badannya sakit semua. Terselip jatuh dari jendela dari lantai 2, memang siapa yang tidak kesakitan? Beruntung saja bawahnya itu semak-semak keras yang ada di taman. Hanya ada luka goresan sedikit karena tertusuk batang-batang kecil dari semak itu.

Kun berguling turun dari semak itu dan terjatuh ke atas tanah, kemudian melihat ke arah sekitar.

Banyak semak. Kiri, kanan, depan, bahkan belakangnya semak semua.

Jangan bilang dia di dalam sebuah-

Kun bangun dan mencoba melompat, tapi semak-semaknya terlalu tinggi. Kun kemudian berjalan sebentar tanpa arah dan menggeram kesal. Bagus. Dia terjebak di dalam labirin semak-semak.

Bagus sekali. Untung saja tidak ada mereka, jadi Kun tidak terlalu terburu-buru. Hanya saja, badannya sakit semua sekarang. Baju mewah yang tadi dikenakannya memiliki bercak merah di lutut karena jatuh tadi.

Karena tahu tidak ada yang harus ditakutkan, Kun duduk saja di sana. Badannya sakit, mau apa lagi dia? Dia saja sampai petugas menemukannya, lalu mengusirnya ke jalanan.

"Uhhh bodoh bodoh!" Gerutu Kun kesal. "Kenapa aku bodoh sekali?!"

Dia memeluk lututnya, berusaha menghapus darah yang mengalir dari lututnya.

Harusnya dia tahu.

Harusnya dia tahu kenapa dia meninggalkannya.

Percuma memiliki gelar yang dia pegang saat ini, jika akhirnya perasaan tak berguna dapat membodohi sampai segininya.

mimpi yang sempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang