"Silahkan duduk."
Gadis itu tersenyum lebar sambil mengisyaratkan kepada Kibum agar duduk di kursi tepat di seberangnya.
Kibum membalas senyuman gadis itu dan duduk.
Seorang dayang tiba-tiba menghampiri mereka, gadis itu, Son Naeun memberikan perintah agar membawakan empat cangkir teh susu kepada mereka. Kibum tidak sempat menanyakan mengapa gadis itu memesan empat cangkir padahal mereka hanya berdua.
Kibum merasa tidak berada di dalam tradisi kuno negaranya, ia justru merasa sedang berada dalam negara lain. Bangunan berjenis mediterian ini menjadi jadwal kunjungannya hari itu. Kibum mulai disibukkan dengan proyek yang diberikan kerajaan kepadanya dan peserta Seleksi lainnya, yaitu pesta pertunangan salah satu kenalan dekat anggota keluarga kerajaan.
Pihak kerajaan dengan senang hati menawarkan kebaikan mereka untuk membantu pesta tersebut. Tetapi, pihak kerajaan tidak langsung mengulurkan tangan mereka, melainkan lewat peserta Seleksi.
Tidak ada yang tahu maksud tersembunyi di balik mengapa pihak kerajaan tiba-tiba mengeleminasi peserta secara massal. Hanya Kibum yang tahu.
Beberapa hari yang lalu, saat Kibum berada di satu ruangan dengan Jinki, di depan piano kesayangan lelaki itu, Jinki bercerita kalau Ayahnya meminta untuk mengeleminasikan peserta secepat mungkin karena desakan dari beberapa pihak. Pemberontak maupun teroris dari negara sebelah semakin menentang dengan adanya kontes semacam Seleksi.
Maksud mereka menentang adalah tidak ingin ada lagi penerus kerajaan, mereka tidak ingin penerus kerajaan itu akan meneruskan pimpinannya dengan cara tidak adil seperti pembedaan kelas sosial.
Jonghyun benar, negara ini butuh penghancuran.
"Gwiboon-ssi?"
Kibum tersentak dari lamunannya dan meminta maaf kepada gadis yang umurnya di bawah dirinya itu.
"Ah, maafkan saya, My Lady. Jadi, apa bisa kita lakukan saja wawancaranya?"
Gadis itu tertawa kecil, manis sekali, penuh dengan keanggunan. Kalau saja Kibum masih menyebut dirinya sebagai lelaki normal—yang mana ia tidak menyukai lelaki saat ini, mungkin Kibum dengan mudahnya mengatakan pada gadis itu bahwa ia sangat cantik saat tertawa seperti itu.
Lee Taemin beruntung mempunyai kekasih seperti Naeun. Mereka pasti bahagia memiliki satu sama lain. Sayang, dibalik kebahagiaan yang hampir sempurna itu, ada seseorang di belakang mereka yang terluka.
"Ya, silahkan." Anggun sekali, tipikal seorang gadis dengan kasta atas.
"Naeun-ssi memanggil saya?"
Tiba-tiba sebuah suara menghentikan niat Kibum yang sudah membuka setengah mulutnya. Nada suara yang dibuat-buat seolah anggun, sayangnya di telinga Kibum, nadanya begitu angkuh.
"Ah, Jungah-ssi?" Jungah mengangguk dan tersenyum penuh hormat. "Silahkan duduk," ujar Naeun lagi.
Kibum berharap Naeun tidak menyuruh perempuan itu duduk di sampingnya. Meskipun Naeun tidak menyuruhnya untuk duduk di samping Kibum, wanita itu tetap menempatkan dirinya di samping Kibum.
Ia tersenyum sekilas pada Kibum sebagai tanda sapanya. Kibum pun membalas senyuman itu dengan senyuman canggung.
"Aku rasa anggota kelompok kalian belum sepenuhnya datang?" tanya Naeun.
Naeun menggumamkan kata terima kasih kepada dayang yang sudah menaruh minumannya. Rupanya itu sebabnya Naeun memesan empat cangkir teh.
"Silahkan diminum," katanya menawarkan kepada Kibum dan Jungah. Dua-duanya mengangguk. Kibum tidak menyentuh minumannya, sedangkan Jungah menyeruput teh susu itu sedikit kemudian menaruhnya dengan cara anggunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SELECTION - OnKey Vers.
Fiksi PenggemarTHE SELECTION (((RE-PUBLISH))) Sebuah kompetisi dan seleksi dari kerajaan untuk mencari istri sang Putra Mahkota, Pangeran Lee Jinki. 33 peserta perempuan, berjuang untuk mendapatkan hati sang Pangeran. Salah satunya adalah Kim Kibum. Terlahir seba...