Daffa mengedarkan pandangannya ke arah dinda, kemudian berjalan menghampirinya yang sedang latihan basket dilapangan.
"din, udah jago aja lo sekarang"
"biasa kak" dinda menampakkan senyumnya
"ck, jam segini kok belum ada yang dateng" dercak daffa sambil melihat jam tangan yang dipakainya.
"kenapa kak? "
"sore ini kan ada seleksi osis, mana belum ada yang dateng lagi"
"ooh gitu, ya udah kak. Gue lanjut latihan dulu"
Dinda mulai mendribble bola basketnya.Luna melihat bayangannya dihadapan kaca, ia mulai menguncir rambutnya kemudian berjalan menuruni anak tangga, ternyata jennie sudah menunggunya sedari tadi di depan rumahnya.
"lama amat sih, untung gue gak jamuran nungguin lo" ucap jennie ketus
"sorry"
Jennie membonceng Luna dengan menaiki sepeda motornya.Semua murid yang mencalonkan dirininya sebagai osis sudah berbaris rapi di lapangan
Jennie berlarian kecil ke arah lapangan, sementara itu luna berjalan dengan santai dibelakangnya.
"kamu kenapa telat" tanya pak cahyo selaku pelatih seleksi osis dengan nada suara yang tegas
"sorry pak, tadi saya harus nunggu temen saya dulu"
"ya sudah sana baris, lain kali jangan diulang"
"siyap pak" ujar jennie kemudian segera berbaris menuruti perkataan pak cahyo."kamu juga telat? " suara pak cahyo kini membuat luna tersentak kaget.
"nggak pak"
"lalu ngapain kamu kesini?"
"nganter teman saya"
"lebih baik kamu juga ikut" saran pak cahyo.Sumua sudut pandang tertuju ke arah luna. Mereka melihat luna bukan karena luna sedang diberi nasehat oleh pak cahyo, melainkan karena penampilan luna yang begitu swag layaknya seorang selebgram, luna memakai hoodie berwarna merah muda dan dimasukkan kedalam celana jeans yang pinggirannya bersalur degan menggunakan sepatu hitam ber merk adidas ori.
Luna bingung harus menjawab
apa pertanyaan pak cahyo
"sana baris"
Luna pun mengangguk pasrah dan akhirnya ia ikut seleksi osis jugaSetelah tes tulis, tes lisan, dan latihan baris berbaris selesai. Semua peserta diperbolehkan untuk pulang.
Kini daffa menghampiri Luna yang sedang duduk di halte depan gerbang sekolah menunggu jennie yang masih mengambil sepeda motornya di parkiran."lun"
"ya kak? "
"bareng gue aja yuk"
Luna menelan ludahnya kemudian berpikir sebentar, sesekali ia melirik ke arah daffa, pria itu sedari tadi memandanginya, membuat luna menjadi grogi
"lo mau kan?" tanyanya lagi
"iya, tapi jennie nanti gimana"
"gampang, nanti gue ngomong sama dia di parkiran"Daffa berjalan menuju ke parkiran sekolah, disana terdapat jennie.
"gue izin pulang bareng temen lo" ucapnya
"oh iya gpp kak, bawa kemana aja, kalo bisa sampe besuk juga boleh"
Daffa segera mengambil motornya dan kemudian menuju ke halte dimana Luna yang sedari tadi menunggunya.Disela sela perjalanan, tak banyak yang mereka bicarakan. Sebenarnya luna ingin menanyakan mengenai daffa yang selalu menawarinya untuk pulang bareng, tapi keinginan untuk menyampaikan pertanyaan itu ditepisnya kuat. Luna tak ingin membuka pembicaraan terlebih dahulu, apalagi untuk menanyakan hal seperti itu.
Daffa memberhentikan mesin motornya.
"turun"
Luna masih tak mengerti dengan cara pikir daffa, bagaimana bisa daffa menyuruhnya turun begitu saja padahal rumah luna masih jauh Tetapi luna menuruti saja perkataan daffa, ia pun segera turun
"kok disini kak"
"ish, ban nya bocor" daffa menendang ban sepeda motornya
"terus gimana?"
"ya terpaksa kita harus nunggu dulu, gue udah nelfon tambal ban online"
"emang ada?"
"ada dong"Mereka berdua duduk di salah satu kursi yang ada di pinggir jalan.
"eh iya, gue mau minta nomor whattsapp lo" untuk kesekian kalinnya daffa yang memulai pembicaraan diantara mereka
"+62xxxxxxxxxxx" jawab luna tanpa pikir panjang
"thanks, besuk gue mau ngajak lo ke dufan"
"ngapain? "Perkataan luna tak mendapat balasan dari daffa karena kedatangan pak tambal ban onlen yang muncul secara tiba tiba dihadapan mereka *udah kayak cassper aja
💎💎💎💎💎
Mereka telah sampai di depan rumah luna, Hari sudah mulai petang dan jarum jam sudah menunjukkan angka 7.52 pm.
"makasih kak" cerca luna disertai dengan senyum yang mengembang
"ok, eh iya gue belum jawab pertanyaan lo tadi"
"yang mana? " luna pura pura tidak ingat
"yang lo nanya ngapain tadi, jadi gue sebenernya ngajak lo cuma buat refreshing aja kok, seriusan gak bakal aneh aneh"
Ekspresi daffa sangat menggemaskan, baru pertama ini ia melihat daffa bertingkah seperti itu, menurutnya ini adalah moment yang langka.
"iya kak"
"ya udah, sana masuk besuk gue jemput"
Luna mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah

KAMU SEDANG MEMBACA
Laluna
Teen FictionPanggil saja Luna. Gadis berparas cantik namun cukup terlihat cuek dimata cowok