Algio 2

9 1 0
                                    

  Untuk pertama kalinya, aku menginjakkan kaki ku di alam bebas tanpa bunda. Aku melangkah ke suatu tempat yang sangat ingin ku kunjungi.

Aku tersenyum ketika aku sampai di tempat ini. Tempat yang penuh bunga dan udara yang segar ini begitu sempurna di mataku.

Aku menyusuri setiap sudut taman ini dengan mataku. Mataku menyipit ketika ku lihat seseorang tengah bersepeda dengan santai.

  Entah mengapa ada suatu getaran di dalam hatiku. Apa maksudnya ini?

   Tanpa sadar kakiku melangkah mengikutinya. Saat ia berhenti di bawah sorot lampu taman di bawah langit yang mulai gelap. Sorot lampu itu memperlihatkan jelas wajahnya. Perlahan aku senyum melintas tanpa ku sadari.

   Kuputuskan mulai hari ini, kamu yang aku tidak tahu siapa, menjadi tempatku untuk pulang.

                   ▪♡▪♡▪♡▪♡▪

Ini kedua kalinya setelah seminggu lalu aku pergi. Aku kembali ke taman itu. Kali ini aku membawa kameraku. Berharap nanti aku bisa memotret gadis itu.

  Kulangkahkan kakiku di mana pertama kali aku melihatnya..
Ini waktu yang sama saat senja akan tiba hanya dalam hitungan menit.
  Hampir 20 menit aku menunggunya di tengah taman dan langit juga sepertinya jenuh sama sepertiku.

  Di mana gadis itu? Aku menyusuri setiap sudut taman namun masih juga belum menampakkan kehadirannya.

  Ku sandarkan punggungku menatap langit yang mendung. Ku pejamkan mataku menikmati angin yang berhembus sesaat.

  Kembali ku tegakkan tubuhku menatap kosong jalanan di depanku.

  Pupus sudah harapan ku untuk melihatnya hari ini. Aku melanakah malas meninggalkan tempat ini.

Brak...!!!!

Auuuuuuuuuuu
"Maaf... aku tidak sengaja..."
(Hujan turun)
Kulihat wajah itu. Manik mata kami bertemu. Wajah itu, wajah yang kutunggu. Aku tersenyum menatapnya. Ia mengerjapkan matanya pelan. Ia mencari sesuatu.

   Aku melihat kesamping, ku temukan kaca mata yang telah patah menjadi dua bagian.
"Ini yang kau cari nona..."
Aku mengulurkannya.
"Maaf, tapi sudah tak bisa dipakai lagi."

  Ia mengambil kaca mata itu lalu tersenyum tipis.
"Tidak apa-apa. Lagi pula ini karna kesalahanku."
Aku tersenyum.
"Ikutlah denganku.."

  Aku membantunya berdiri dan membawanya menepi.
"Tunggu sebentar ya.. aku akan kembali lagi."
Ia mengangguk dan aku pergi meninggalkannya.

  Tak jauh dari sini tadi aku melihat penjual kaca mata. Ku percepat langkahku menuju tempat itu.
Ya.. aku membeli kaca mata minus untuknya. Lalu kembali lagi dimana ia ku tinggalkan.

  Ku temukan ia duduk tertunduk memainkan kaca mata yang patah itu. Aku tersenyum menghampirinya. Ku pakaikan kaca mata itu. Ia terkejut, tubuhnya menegang. Dipegangnya kaca mata yang masih ku pasangkan. Aku tersenyum simpul kala ia menatapku dan tersenyum.

"Ka.. kau..." lagi ku tampakkan senyumku.
"Simpanlah untukmu."
Ia tersenyum menatapku matanya berbinar.
"Terima kasih"
"Sama-sama".

   Aku duduk di sampingnya.
"Aku belum mengetahui namamu.." ia tersenyum padaku.
"Namaku Kara Gianti Aprilia. Kamu...?"
"Algio Revinarga"
"Nama kamu keren sama kaya kamu." Ia tersenyum.
Aku tersenyum kaku dan menggaruk kepalaku.

Ia tertawa. Aku membuatnya tertawa.
"Kau lucu.." ia tersenyum.
Aku menunduk" terima kasih"

    Ia menatap lurus ke depan. Diam-diam aku memotretnya.
"Kau tau Al, aku selalu minta satu hal pada Tuhan.."
Aku mendekatinya.
"Aku minta pada Tuhan, agar suatu saat aku bisa menikmati hujan dengan seseorang yang tuhan takdirkan untukku.." ia memandangku.

"Entah suatu kebetulan atau memang takdir. Kamu, Tuhan mengirimmu datang padaku kala hujan seperti ini." Lagi ia tersenyum. Senyum termanis yang pernah ku lihat darinya.

"Kamu tahu, betapa bahagianya aku saat pertama kali melihatmu ada di depan mataku? " ia tersenyum" kala itu aku merasa Tuhan telah mengabulkan keinginanku." Lanjutnya.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih.
"Tapi.."
Ia mendekat dan menyentuh wajahku dengan tangannya yang dingin. Entah mengapa aku merasakan desiran aneh di dalam tubuhku.
.....
"Aku tidak pernah tahu apakah kamu adalah takdirku? "

Aku tersenyum dan menggenggam tangannya di pipiku.
"Tuhan tidak mempertemukan kedua insan tanpa sebuah rencana."
Aku mengelus pipinya dengan tangan kananku.
" kita lihat saja rencana apa yang tuhan takdirkan selanjutnya..."
Ia tersenyum lalu menarikku ke tengah hujan. Dalam sekejab baju kami basah tanpa sisa. Untungnya aku sudah melepaskan kameraku.

"Aku akan berdoa pada Tuhan, semoga ia berikan takdir indahnya pada kita. " teriaknya di tengah hujan.
Aku sedikit tertawa menatapnya. Tingkahnya lucu sekali. Aku sampai lupa siapa diriku saat bersamanya. Ia mampu merubahku dalam waktu singkat.

  Tubuhku menegang dan hampir terjatuh kebelakang kala ia memelukku. Dengan ragu aku membalas pelukannya.
"Aku berharap ini bukan pertemuan terakhir kita.."
"Aku juga begitu"
.........

AlgioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang