Sekalinya Na Jaemin jatuh cinta, ia terjatuh untuk Lee Jeno, anak baru yang matanya hanya tertuju kepada Huang Renjun, sahabat Na Jaemin yang sudah berkeluarga.
Akankah Na Jaemin berhasil menarik perhatian Lee Jeno?
Jeno tiba di lobby, ia mencari ID cardnya yang tadi pagi sembarang ia masukkan ke dalam tas. "Pagi Jeno." Sebuah suara menyapanya. "Ah...Pagi Renjun." Senyum Jeno mengembang saat melihat Renjun datang. "Lagi ngapain?" "Ini, cari ID Card. Tadi lupa masukin kemana." "Ya udah minta tolong security dulu buat bukain gate, nanti cari dengan tenang di meja." Renjun menyarankan sambil memanggil salah satu security. "Pak tolong dibantu Jeno untuk masuk. ID nya nyelip di tas." "Baik Pak Renjun. Silakan Pak Jeno." Security membuka gate masuk untuk Jeno. "Terimakasih." Jeno tersenyum ke security lalu segera menyusul Renjun yang sudah masuk duluan. "Besok-besok, ID Card langsung dipake aja dari rumah. Untung kamu di tim Haechan, coba di tim Jaemin. Bisa diceramahin kamu pagi-pagi kalo ketauan Jaemin." Jeno tertawa kecil. "Apa Jaemin seseram itu?" "Kalau urusan pekerjaan atau yang menyangkut perusahaan, dia akan bela mati-matian." "Kalau kamu?" tanya Jeno lagi. "Cukup Jaemin aja yang begitu. Aku tergolong bandel sih, cuma Jaemin nggak pernah beneran marahin aku. Cuma sesekali negur kalo aku melakukan kesalahan berturut-turut." "Kalau Haechan orangnya bagaimana, Jun?" "Haechan menurut pengamatan kamu gimana? Udah sebulan belum sih kamu disini?" tanya Renjun. "Baru dua minggu." "Oh ya? Rasanya kaya udah lama aja loh." kata Renjun, membuat Jeno makin tersenyum. "Yang betah ya disini. Jadi timnya Haechan masih lebih mudah dibanding jadi timnya Jaemin. Tapi jangan sampai Taeyong hyung yang turun tangan. Seharusnya Taeyong jadi atasan Jaemin, dan Jaehyun jadi atasan Haechan. Ketuker mereka." "Oh ya? Taeyong hyung galak?" "Nggak, cuma cerewet banget." Jeno manggut-manggut mendengarkan penjelasan Renjun. "Kamu selalu datang jam segini Jun?" tanya Jeno lagi. "Iya. Tapi kadang kesiangan. Biasanya sih jam segini." Jeno hanya tersenyum. Mereka tiba di ruang kerja dan berpisah. "Kok tumben bareng Jeno?" tanya Jaemin dari mejanya. "Ketemu di lift tadi." jawan Renjun. Jaemin hanya mengangguk. Matanya mengawasi pergerakan Jeno di ruang sebelah yang hanya terhalang kaca pembatas.
Hari ini ada meeting koordinasi antar divisi. Jaemin sudah mempersiapkan semua bahan untuk Jaehyun presentasikan. Dia juga menunggu meeting hari ini karena menurut Haechan, Jeno akan diikutkan dalam meeting hari ini, biar belajar katanya. "Ayo Nana. Jisungnya mana?" Jaehyun yang baru keluar ruangan mengajak Jaemin. Jisung yang melihat Jaehyun di meja Jaemin langsung bangun dan menghampiri mereka. "Aku siap hyung." mereka bertiga menuju ruang rapat besar. Jaehyun, Jaemin dan Jisung duduk bersebelahan. Di seberang mereka ada Mark, manager divisi lainnya bersama dua anggotanya, Yuta dan Winwin. Taeyong baru datang bersama Haechan dan Jeno. "Semua sudah hadir?" Jhonny, Kepala Kantor sudah menunggu. "Sudah pak." Jawab Jaehyun. "Baiklah, siapa presentasi dulu?" Divisi Jaehyun mulai terlebih dahulu. Na Jaemin dengan sigap menyiapkan segalanya membuat Jaehyun lancar mempresentasikan data mereka. Semua Manager di ruangan itu merasa iri dengan Jaehyun karena punya Supervisor secekatan Jaemin. Termasuk Taeyong, karena Haechan lebih lambat dibanding Jaemin.
Sepanjang meeting Jaemin memperhatikan tingkah laku Jeno, yang sangat serius mengikuti jalannya meeting. Sampai akhirnya meeting selesai, wajah Jeno masih saja serius. "Jeno, gimana rasanya meeting koordinasi pertama kamu?" tanya Jaemin. Jeno akhirnya tersenyum. "Rasanya luar biasa. Semua orang bergerak sangat cepat. Aku harus banyak belajar." "Nanti juga kamu bakal terbiasa. Ayo kita makan siang." Ajak Jaemin. Seluruh tim yang mengikuti meeting pasti melanjutkan kegiatan dengan makan siang bersama. Menurut Jhonny hal itu penting untuk mempererat kebersamaan mereka.
Jaemin duduk berdampingan dengan Jisung dan di depannya ada Mark Lee. Disamping Mark ada Jeno dan Haechan. "Jaeminnie, seperti biasa bahan yang kamu siapkan sangat lengkap. Jadi, kapan mau pindah ke tempatku?" tanya Mark yang disambut oleh tawa Jaemin. "Jangan mulai ya Mark, main ambil anak orang." Jaehyun mewanti-wanti. "Jangankan kamu Mark. Aku aja nggak berhasil-berhasil nikung Jaemin." Taeyong menambahkan. "Nope. Jaemin is mine. Kamu masih sayang sama aku kan Nana?" Jaemin hanya tertawa dan mengangguk. Jaemin selalu menjadi rebutan para manager. "Jaemin ternyata terkenal ya." bisik Jeno ke Haechan. "Ya begitulah." jawab Haechan singkat.
Jam pulang kantor hujan turun sangat lebat. Renjun sudah pulang duluan karena anaknya sakit dan dia langsung pergi begitu jam pulang tiba. Jaemin berdiri di lobby, mengamati langit yang sepertinya enggan mengusir awan hitam diatasnya. Jaemin bawa motor jadi dia nggak mungkin hujan-hujanan. Sudah setengah jam dia menunggu disini. "Eh Jaemin." Sebuah suara mengejutkan dia. "Loh, Jeno? Baru pulang?" "Iya, tadi habis belajar sama Haechan. Hujannya deras ya." Jeno menatap langit. "Iya, udah setengah jam nggak ada tanda tanda reda." "Kamu naik apa Jaem?" "Bawa motor, tapi lagi mikir apa naik taksi aja." "Bareng sama aku aja. Kamu ke arah mana? Aku anter pake mobil." Jaemin terpana melihat Jeno yang menawarinya tumpangan. "Ah...aku ke arah sana..." Jaemin menunjuk sisi kanannya. "Kalau gitu kita searah. Sebentar aku pinjam payung dulu." Jeno menghilang dan tidak lama kembali dengan sebuah payung. "Darimana?" "Security gedung. Pasti ada payung yang bisa dipinjam. Aku ke mobil dulu ya, kamu tunggu sini." Jeno berjalan ke parkiran tanpa menunggu jawaban Jaemin. Jantung Jaemin lagi-lagi berdegup kencang. Tidak lama mobil Jeno sampai di lobby. "Aku kembalikan payung dulu ya, kamu naik aja." Jaemin dengan patuh duduk di kursi penumpang. Jeno kembali dan mereka berangkat.
"Renjun kemana?" tanya Jeno. "Pulang duluan, ada urusan." "Kalian kelihatannya sangat dekat. Udah lama berteman?" tanya Jeno lagi. "Injun teman pertamaku disini. Usia persahabatan kami ya selama aku bekerja disini. "Dia kelihatannya orang baik." "Renjun? Sangat baik. Aku merasa berhutang budi sama dia karena dia selalu menolongku dan menyemangati aku." "Kedengerannya Renjun banget." Jaemin hanya tersenyum. Mereka berdua banyak ngobrol sepanjang perjalanan, membicarakan apapun, termasuk Renjun. Jeno banyak mengajukan pertanyaan tentang Renjun dan Jaemin menjawabnya tanpa curiga. Jeno juga mengajak Jaemin mampir ke kafe untuk makan dulu. "Makan dulu ya Jaem, aku lapar banget rasanya." Mereka berdua pun akhirnya menepi dan makan malam bersama.
Keduanya akhirnya tiba di rumah Jaemin. "Mampir dulu Jen?" tawar Jaemin. "Thanks Jaem, tapi maaf aku harus pulang, ditunggu orang rumah. Maybe next time." jawab Jeno ramah. "Terimakasih atas tumpangannya ya Jen." "No problem. Selamat istirahat Na Jaemin. Sampai jumpa besok." Jaemin melambaikan tangan, sampai mobil Jeno hilang dari pandangan. Jaemin menyentuh dadanya, jantungnya masih berdegup terlalu cepat walaupun Jeno sudah tidak terlihat.
Jaemin semakin yakin, bahwa dia telah terjatuh, untuk Lee Jeno. Dan Jaemin sudah terjatuh dengan sangat hebat. Untuk pertama kali setelah sekian lama, Na Jaemin akhirnya jatuh cinta, dan orang yang beruntung adalah Lee Jeno. Jaemin memutuskan untuk berusaha mengejar Lee Jeno, dan membuatnya mencintai Jaemin.
*tbc*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.