Hari berlalu begitu cepat saat ini Nabila telah sampai di masa-masa yang kata orang sangat indah dan tak terlupakan, masa SMA. Ia sebenarnya sedikit ragu bagaimana kejadian di sekolah menengah pertamanya terulang lagi, dia langsung dicecar pertanyaan oleh guru dan temannya karena dia tidak tahu apa agamanya.
"Semoga itu tidak terjadi lagi," gumam Nabila di dalam hati.
Bagaimana jika orang-orang di sekitarnya tidak menerimanya? Bagaimana jika orang disekitarnya mengejeknya?
"Aku harus inget pesan Mama, aku nggak boleh berteman dengan siapa pun!" Ucap Nabila sambil membenahi baju putih abu-abu nya itu.
"Oke aku siap."
"Ma, Bila mau berangkat." Tidak ada jawaban dari sang Mama.
"Ma ... Mama dimana?" Masih tidak ada jawaban.
"Mungkin Mama di kamar," ucap Nabila yang langsung bergegas menuju kamar Mamanya itu.
"Mama kenapa?" Nabila terkejut ketika melihat Mamanya menangis di depan lemari pakaian.
"Mama kenapa? Kenapa Mama nangis? Mama sakit?" Ucap Nabila sambil menaikan tubuh Mamanya ke atas kasur.
"Ma, Mama kenapa?" Nabila pun memeluk erat Mamanya itu ia takut terjadi sesuatu pada Mamanya.
"Mama ...," Masih tidak ada jawaban dari Mamanya.
"Mama nggak apa-apa Bila, Bila mau berangkat sekolah kan? Nanti Bila bisa kesiangan," ucap Mama Nabila dengan suara sengau, sepertinya Mamanya itu telah lama menangis di kamarnya.
"Tapi Mama beneran nggak apa-apa kan?"
"Iya Mama nggak apa-apa, kamu berangkat sekolah gih!" Ucap Mama Nabila sambil merapikan baju anak kesayangannya itu.
"Ya udah Bila berangkat ya Ma, dah Mama." Ucap Nabila sambil memeluk dan mencium pipi Mamanya itu.
"Apa yang terjadi pada Mamaku?" Batin Nabila.
***
Suasana sekolah Nabila seperti sekolah pada umumnya, biasa-biasa saja. Sebenarnya ada sedikit rasa iri padanya saat melihat anak-anak lain di sekolahnya telah mendapat teman.
"Aku nggak perlu teman, aku harus fokus belajar!" Ucap Nabila dengan berapi-api.
Nabila pun memasuki ruang kelasnya, ruang kelas berwarna abu-abu dan putih. Semua tampak bercengkrama hangat dengan satu sama lain, ia pun duduk di kursi nomor tiga dari depan. Dia hanya duduk sendirian dan berharap tidak ada yang akan duduk di sebelahnya.
"Assalamualaikum." Ucap gadis cantik berhijab kepada Nabila. Nabila pun hanya tersenyum getir.
"Assalamualaikum ...," Gadis itu mengulangi perkataanya.
"Kamu kenapa nggak jawab salam aku?"
"Hah ... Apa? Aku nggak dengar." Ucap Nabila, sebenarnya Nabila bingung atas apa yang dikatakan oleh gadis itu.
"Jawab salam itu wajib loh!" Gadis itu pun nampak memandangi Nabila intens.
"Selamat pagi," ucap Nabila memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Oh ... Kamu bukan muslim, maaf ya saya tidak tahu." Ucap gadis itu sambil menggaruk-garuk hijabnya.
"Nggak apa-apa."
"Aku boleh duduk disini?" Ucap gadis itu. Sebenarnya Nabila sangat tidak ingin mendengar kata-kata itu.
"Apa aku tolak saja ya? Tapi kelihatannya dia orang baik-baik, tapi kan kata Mama jauhi orang yg pakaiannya seperti dia," gumam Nabila dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Iman yang Hilang [SUDAH TERBIT]
SpiritualCahaya iman? Apa yang terlintas di pikiran mu ketika mendengar kata-kata ini? Pasti iman Islam bukan? Ya itu benar sekali! Cerita ini mengisahkan tentang bagaimana seorang Nabila berjuang untuk menikmati indahnya cahaya iman itu. Ya cahaya yang tel...