IMAN 16

63 6 13
                                    

Setelah Nabila bersyahadat hal pertama yang dilakukan adalah mempelajari hal yang mendasar tentang Islam seperti rukun iman dan rukun Islam. Nabila sama sekali tak menampik bahwa Islam adalah agama yang sempurna tidak ada sedikit pun cela untuk bisa menyalahkan agama yang sempurna ini. Nabila diajarkan oleh seorang ustadz yang membimbingnya mengucap syahadat kemarin, namanya ustadz Malik. Dia sangat sabar dalam mengajarkan hal-hal mengenai Islam. Tentunya Nabila tidak sendiri dia ditemani oleh neneknya yang sudah beberapa hari ini menemaninya untuk belajar agama Islam di Surabaya. Yah jika ingin sebenarnya Nabila ingin tinggal di sini bersama neneknya, namun ia masih ingat bahwa ada Mamanya yang sangat membutuhkan dirinya. Sekolahnya pun terbengkalai, beberapa hari ini dia baru menyadari bahwa dia tidak mengirim surat atau meminta izin kepada pihak sekolah untuk beberapa hari. Jika dihitung Nabila sudah berada di Surabaya sekitar satu Minggu. Astaga bagaimana dengan Mama dan sekolahnya.

"Nek apa Nabila pulang saja dulu ya, Nabila takut Mama kenapa-napa," ucapnya kepada neneknya yang masih menyajikan makanan untuk makan malam.

"Nenek juga berfikiran seperti itu, oh ya bagaimana dengan sekolahmu?"

"Itu juga yang Nabila khawatirkan nek, besok Nabila pulang saja ke Bandung nek."

"Apa perlu nenek temani?"

"Tidak usah nek, aku takut Mama belum bisa menerima keislamanku," Nabila menghembuskan nafas sejenak.

"Pokonya kalau Mama sudah bisa menerima keislaman Bila dan Mama sudah berubah, nanti Nabila akan menjemput nenek dan kita bisa sama-sama tinggal di Bandung."

"Nenek selalu mendoakan semoga kamu bisa membuat Mama kamu kembali ke jalan Allah."

"Aamiin."

***

Setelah melewati perjalanan panjang dari Bandung ke Surabaya, Alhamdulillah Nabila berhasil menemukan kepingan puzzle terakhir hidupnya. Tugas Nabila sekarang adalah menyusunya untuk kembali rapi seperti sedia kala.

Disinilah dia sekarang di stasiun kereta api di Surabaya. Setelah berpamitan dengan neneknya dan Bi Iyem ia pun memutuskan untuk kembali ke Bandung. Ia khawatir dengan keadaan Mamanya dan tentu sekolahnya. Nabila sudah kelas tiga SMA bagaimana respon dari guru di sekolahnya nanti, sebab Nabila tidak masuk sekolah selama satu Minggu.

"Aku harap aku tidak di keluarkan dari sekolah." Ucap Nabila.

Penampilan Nabila pun sekarang berbeda, dia sudah memakai hijab walaupun belum sempurna memakai hijab syar'i namun Nabila berjanji akan memperbaiki diri untuk lebih mendekat kepada Allah.

"Semoga Mama nggak apa-apa," ucap Nabila yang telah duduk manis di kursi penumpang.

Nabila tidak memutus komunikasi dengan neneknya dia meminta nomor yang bisa dihubungi apabila nanti Mamanya telah kembali ke jalan Islam tentu Nabila ingin neneknya tinggal bersama mereka.

"Kalau lihat kereta aku jadi kangen Bagas," ucap Nabila sambil terkekeh pelan.

Tidak dipungkiri Nabila rindu dengan sahabat kilatnya itu, dialah yang sangat membantu Nabila hingga bisa bertemu neneknya dan menemukan kepingan puzzle terakhir untuk mengetahui siapa dirinya.

"Semoga kamu selalu dalam lindungan Allah," ucap Nabila sambil memandang pemandangan yang ada diluar kereta yang sedang berjalan.

Butuh waktu sekitar 13 jam untuk sampai ke Bandung. Nabila pun mengisi waktu luangnya untuk membaca Al-Qur'an, ya walaupun Nabila belum terlalu lancar membacanya ia berjanji akan terus belajar sampai ia bisa menghapal dan tentu saja memahami isi dalam Al-Qur'an, kitab yang sangat luar biasa.

Cahaya Iman yang Hilang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang