Halo masih ada yang baca kan😶
.
.
.
.
.Nikmat Islam adalah hal yang paling Nabila syukuri dalam hidupnya, sepahit apapun cobaan yang akan menerpanya ia akan lalui bukankah saat ingin naik kelas harus ada ujian dulu? Nabila percaya bahwa ini adalah ujian untuknya saat dia bisa melewatinya nanti mungkin dia akan naik kelas. Namun sesudah naik kelas Nabila harus bersiap lagi bukan untuk menghadapi ujian yang lebih berat?
"Astaghfirullah aku ketiduran," Nabila pun melihat jam dinding yang telah menunjuk ke angka sebelas.
"Ya Allah belum sholat isya!" ucap Nabila sambil bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Setelah siap dengan mukena berwarna baby pink yang menutupi seluruh tubuhnya Nabila pun beranjak untuk sholat.
"Apa aku sholat di sini saja ya? Mama kan sudah tidur," pikir Nabila dan ia pun langsung menggelar sajadah nya dan menunaikan sholatnya di kamar Mamanya.
"Allahuakbar....,"
"Assalamualaikum warahmatullah, assalamualaikum warahmatullah."
Nabila pun berdzikir sebentar dan dilanjutkan dengan do'a. Dia akan berdoa lebih khusyuk malam ini.
"Ya Allah hamba mohon berilah hidayah kepada Mama, Nabila nggak mau melihat Mama ingkar kepada-Mu ya Allah. Berilah ia kesempatan untuk memperbaiki imannya. Kembalikan cahaya iman dan cahaya Islam di hatinya. Sentuh hatinya ya Allah, ikhlaskan hatinya untuk menerima seluruh garis takdrimu. Nabila mohon ya Allah kabulkan lah doaku, aamiin." Lirih doa Nabila namun mampu menggetarkan sanubari.
Nabila pun hendak beranjak dan merapikan mukenahnya. Namun tunggu dulu Nabila melihat pemandangan yang sungguh luar biasa saat ini. Mamanya sedang duduk bersandar di ranjangnya dan tersenyum ke arah Nabila.
"Ya Allah apakah ini mimpi?" batin Nabila.
"Kalau sudah merapikan mukenah nya segera tidur ya, Mama tahu kamu capek." Ucap Mama Nabila dan reaksi Nabila saat ini hanya diam membeku. Apakah dia tidak salah dengar apa yang diucapkan oleh Mamanya tadi. Tidak lama setelah itu Mamanya itu pun kembali berbaring dan tertidur. Namun tidak dengan Nabila dia masih terpaku di tempatnya sholat tadi.
"Ya Allah ini keajaiban!" gumam Nabila.
***
Nabila menceritakan kejadian tadi malam kepada neneknya, neneknya itupun tidak henti-hentinya merapalkan kalimat Alhamdulillah atas apa yang terjadi semalam. Ya seperti keajaiban saat Mamanya menatap Nabila sambil tersenyum ramah, senyum yang hampir tidak dilihat Nabila selama setahun.
Hari ini adalah jadwal Mama Nabila untuk ke psikolog. Alhamdulillah Nabila menemukan orang yang cocok untuk menangani Mamanya. Namanya Anjani ayu, masih muda mungkin umurnya sekitar 26 tahunan.
Setelah konsultasi tahap awal Alhamdulillah ada kemajuan dari Mama Nabila meskipun belum terlalu signifikan namun menurut penuturan Anjani itu adalah hal yang luar biasa karena Mama Nabila sangat terbuka tentang apa yang dirasakannya saat ini.
Anjani bilang Mama Nabila merasakan rasa kecewa yang amat sangat pada beberapa tahun lalu, Nabila mengambil kesimpulan bahwa Mamanya pasti belum mengikhlaskan kepergian ayahnya.
"Kemajuan Mama kamu sangat baik sampai saat ini. Dia sekarang mau berbicara banyak hal dengan saya. Walaupun belum seratus persen namun saya yakin Mama kamu segera pulih, terus berdoa saja." Ucapan Anjani itu selalu terngiang-ngiang di kepala Nabila. Entahlah Nabila sangat suka ketika Anjani memberi tahunya soal itu rasanya beban nya sedikit terangkat.
"Ma makan dulu ya," ucap Nabila sambil membawa satu mangkuk bubur ayam kesukaan Mamanya. Mamanya itu pun hanya mengangguk dan tersenyum.
Kabar baiknya lagi Mama Nabila saat ini sudah sangat jarang kambuh dan mengamuk. Bahkan ia sudah tidak takut lagi ketika Nabila memakai jilbab dan melaksanakan sholat.
"Buka mulutnya Ma," Nabila pun menyuapi Mamanya dengan telaten. Selalu ada doa di setiap suapan yang di berikan Nabila yaitu berharap bahwa Allah cepat-cepat memberi hidayah kepada Mamanya itu.
"Alhamdulillah sudah habis." Nabila pun ingin beranjak dari kasur Mamanya namun tangannya terlebih dahulu di tahan Mamanya.
"Nabila maafkan Mama ya kalau Mama menyusahkan kamu," ucap Mamanya lembut penuh dengan kasih sayang. Oh bolehkah Nabila menangis sekarang? dia tidak tahan, dia sangat bahagia mendengar ucapan lembut dari bibir wanita yang ia sayangi itu. Nabila pun langsung merengkuh tubuh Mamanya itu dengan erat. Ya Nabila tidak ingin kehilangan Mamanya lagi.
"Nggak Ma, Mama sama sekali nggak menyusahkan Nabila. Ini adalah kewajiban Nabila untuk merawat Mama dan membuat Mama seperti dulu lagi. Seperti Sarah istri yang dicintai ustadz Umar." Mendengar penuturan Nabila tubuh Mamanya itu pun sampai bergetar karena tangisnya. Mama Nabila saat ini sedang menangis hebat di bahu anak semata wayangnya itu.
"Maafkan Mama Bil, maafkan Mama." Nabila pun menghapus air mata Mamanya sambil menunjukkan senyum terbaiknya yang seolah berkata dia baik-baik saja.
***
Besoknya Nabila pun memulai rutinitas nya sebagai pengusaha, ya pengusaha kecil-kecilan. Tetapi tidak apa kan dari sinilah Nabila bisa menyambung hidupnya.
"Nek, Nabila berangkat dulu nganterin pesanan. Nenek jaga Mama ya!" ucap Nabila sedikit memekik untuk memberi tahu neneknya yang sedang ada di dapur.
"Iya Bil hati-hati," ucap neneknya yang masih belum memunculkan sosoknya di depan Nabila.
"Oke, assalamualaikum!"
"Wa'alaikumussalam!"
"Huh capek!" ucap Nabila sambil mengusap keringat di keningnya. Ya Nabila mengantar kuenya menggunakan angkutan umum karena dia tidak mempunyai kendaraan untuk mengantarkan pesanan pembeli. Karena itulah Nabila membatasi jumlah pesanan dan jarak pemesanan tidak terlalu jauh.
"Hem pria itu lagi," ucap Nabila sambil memperhatikan laki-laki memakai sweater putih yang sedang berdiri di dekat pohon.
"Kalau mau ngikutin aku harusnya itu kan sembunyi sembunyi. Eh ini nggak malah memperlihatkan diri kan orang yang diikuti jadi tau!" ucap Nabila sebal.
"Eh tapi kan belum tentu dia ngikutin kamu Bil!" ucap Nabila sambil tersenyum-senyum.
"Eh nanti aku dikatain orang gila lagi senyum-senyum sendiri," ucapnya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Nabila pun mengelus dadanya lega karena tidak ada yang memperhatikan dirinya.
"Eh mana laki-laki itu? kok ngilang?" Nabila pun mencoba menyusuri jalan di dekat rumahnya namun nihil laki-laki itu lenyap.
"Sudahlah nggak usah dipikirin!" ucap Nabila sambil ingin berbalik dan terlebih dahulu dikejutkan oleh laki-laki di depannya. Laki-laki bersweater putih yang memperhatikan dirinya beberapa hari ini.
"Astaghfirullah, untung aja nggak jantungan!" ucap Nabila sambil mengelus dadanya.
Laki-laki itu pun perlahan membuka penutup kepalanya dan surprise!
"Bagas!" laki-laki itu hanya tersenyum manis.
Hai hai aku balik lagi😝
Makasih yang udah nyempetin baca, vote dan komen😚
Sorry for typo 😁
Oh ya beberapa part lagi ending loh! Ikutin terus ya🤗
Tatah...
D E L E
2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Iman yang Hilang [SUDAH TERBIT]
SpiritualCahaya iman? Apa yang terlintas di pikiran mu ketika mendengar kata-kata ini? Pasti iman Islam bukan? Ya itu benar sekali! Cerita ini mengisahkan tentang bagaimana seorang Nabila berjuang untuk menikmati indahnya cahaya iman itu. Ya cahaya yang tel...