8 :: rela.

687 210 36
                                    

pagi ini, seperti janjinya kemarin, qila menghadiri pertemuan wali murid atas nama orangtua juandra.

pemuda itu bahagia bukan main saat melihat naqila tampil manis dengan  sweater rajut berwarna warni tak lupa sling bag berwarna coklat muda yang diketahui itu adalah milik kakak perempuannya.

juandra tetap tak mau mengalihkan pandangannya barang sejenak walaupun qila berkali-kali memukul lengannya. bukan apa-apa, hanya saja, bagi juandra, qila terlampau cantik.

"kakak hitung sampai tiga, kalo kamu tetep ngelihatin kakak, kakak nggak mau ikut kamu ke sekolah."

spontan, juandra menggelengkan kepalanya kuat begitu qila mengakhiri ucapannya. pemuda itu menepuk dadanya pelan sembari berujar, beralibi jika qila tak cantik.

"apaan pake sweater kaya gitu, kaya gembel." ceplos juandra berbohong.

qila tak peduli, walau juandra menghujaninya dengan segala perkataan bahwa dirinya tak cantik, yang terpenting saat ini adalah kewajibannya atas pertemuan wali murid mewakili orangtua juandra.

gadis itu berdecak sebentar sebelum langkah kakinya membawanya menuju hadapan juandra.

"tunggu aja, aku bakal bikin hati kamu berantakan." sarkas qila sembari mengulas sebuah seringai.

sungguh juandra sangat mengutuk apa yang barusan ia katakan.











banyak sekali yang qila dapat hari ini saat dirinya menghadiri pertemuan wali murid, salah satunya adalah bertemu dengan teman kuliahnya di kantin sekolah juandra.

awalnya, qila tak menyadari bahwa seseorang yang sedari tadi duduk membelakanginya adalah temannya yang berkebangsaan indonesia.

namanya dara, bukan tanpa alasan gadis itu duduk di salah satu bangku kantin sekolah ini, melainkan tugasnya sama dengan qila, mewakili atas nama wali murid.

"aku nggak nyangka loh ketemu temen sesama indonesia disini." ujar naqila berbasa-basi.

dara yang notabenenya duduk di seberang qila hanya mengulas senyum tipis sembari terus mengaduk jus tomat yang ada di hadapannya. seakan tak ada gairah untuk membalas ucapan qila.

"dara," panggil qila pelan. "aku ganggu waktu kamu ya?"

dara kontan menggeleng. bukan-bukan, bukan qila penyebabnya, qila tak tahu apa-apa tentang apa yang ia alami saat ini.

"nggak kok! justru aku bersyukur dengan kehadiran kamu nggak bikin aku sendirian."

sebuah jawaban yang terlontar dari bibir dara membuat qila menarik ujung bibirnya keatas. gadis itu bernapas lega saat mengetahui bahwa seseorang yang belum lama ini menjadi temannya dalam keadaan baik-baik saja.

"kamu sendirian kesini?"

"nggak," dara menggeleng. "sama adik aku. kalau kamu?"

"sama!" balas qila antusias dengan mata yang berbinar一ciri khas seorang chyntia naqila demi membuat lawan bicaranya nyaman, "bedanya, ini sepupu, bukan saudara kandung. adik kamu kelas berapa?"

"kelas dua, kalau adik kamu?"

"sama juga! jangan-jangan, kita jo一"

"doh!"

antusias qila nyatanya merambat pada dara yang semula mengatupkan bibirnya rapat-rapat kini terburu untuk mengulas senyum yang tak kalah cantik.

keduanya larut dalam pembicaraan, sampai tak sadar bahwa sosok yang baru saja qila temui kemarin mengawasi tingkah mereka.

sosok itu perlahan mendekat pada meja tempat qila dan dara berbicara, pandangannya kian meneduh saat netranya menangkap sosok gadis yang selama ini ia rindukan ternyata baik-baik saja.

"a-abi?"

dara membeku saat sosok yang selama ini hanya hadir di mimpinya tiba-tiba berdiri di hadapannya dengan senyum yang sama saat pertama kali keduanya bertemu.

"halo sadara, aku senang banget karena kamu bisa jaga diri tanpa aku."

dia rasya abidzar, seseorang yang menjadi alasan mengapa sadara lebih banyak menghabiskan waktu sendiri. seseorang yang menjadi alasan mengapa sadara lebih sering menangis.

dan,

saat ini, seseorang yang hadir dalam mimpinya tanpa sedikitpun ia harapkan hadir dalam nyata tiba-tiba saja muncul dengan pandangan teduh yang sukses membuat sadara paham apa arti rumah yang sebenarnya.

"ayo pulang."

bahkan sampai saat ini pun, sadara tak percaya bahwa suara itu bisa kembali ia dengar setelah sekian lama.

qila menyaksikan semuanya, termasuk saat abi dengan rindunya mendekap dara dengan erat seakan tak mau melepaskan.

qila menyaksikan semuanya, termasuk saat abi menyuruh daea untuk pulang.

qila menyaksikan semuanya. abidzar cinta sadara, begitupun sebaliknya.

tanpa sadar, tangan qila mengepal. berujar beberapa patah kata sebelum akhirnya ia berbalik badan untuk membiarkan abi melepas rindu pada kekasihnya

qila menyesal telah memilih kantin sebagai tempatnya untuk menunggu juandra mengurus administrasi terakhirnya sebelum pemuda itu naik ke kelas yang lebih tinggi.

qila menyesal telah menjadi saksi bisu seorang rasya abidzar一teman dekatnya dulu, saat mengutarakan bahwa pemuda itu benar-benar mencintai sadara.

ia tak pernah tau bahwa akan secepat ini waktu mendewasakannya. merubah dengan cepat hati dan pikirnya untuk lebih merelakan sesuatu demi kebahagiaan.

perlahan, qila bisa merasakan tangannya menghangat akibat jemari seseorang menggenggamnya dengan erat.

"udah waktunya kak qila untuk pulang ke rumah yang sebenarnya."














juandraafkar stay strong, sweetheart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

juandraafkar stay strong, sweetheart.

turn off commenting.















wahai kalian penumpang kapal rajendra-naqila, apa sudah oleng?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

wahai kalian penumpang kapal rajendra-naqila, apa sudah oleng?

[✔] ii. too good at goodbyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang