Episode Delapan

308 11 1
                                    

Mekkah, April 1997.

Mekkah adalah tanah haram yang paling dicintai Allah dan RasulNya. Allah telah mengukuhkannya sebagai tanah haram yang dihormati sejak langit dan bumi diciptakan. Di sana ada Ka'bah, tempat ibadah kepada Allah yang pertama di muka bumi. Di dalamnya terdapat rasa aman, bahkan pada pepohonan dan tumbuh-tumbuhan dengan larangan memotongnya, dan burung-burung tidak boleh diusir dari tempatnya. Allah memberikan pahala amal kebaikan di dalamnya lebih utama daripada pahala amalan di tempat yang lain.

Mekkah memiliki banyak nama, hampir mencapai 50 nama. Allah memberi lima nama untuk kota yang mulia dan agung ini: Mekkah, Bakkah, al-Balad, al-Qoryah, dan Ummul Qura. Tanah haram ini juga memiliki nama-nama lain seperti Nassasah, al-Hathimah, al-Haram, Shalah, al-Basah, Ma'az, al-Ra'as, al-Balad al-Amin, Kuusa, dan nama-nama lainnya.

Rizal teringat dengan buku yang dibacanya sampai khatam tiga kali. Buku Sirah Nabawiyah berbahasa Arab karangan Syaikh Shafiyur Rahman Mubarak Furi menceritakan betapa kecintaan Rasulullah pada tanah haram ini begitu dalam. Disaat akan meninggalkan kota Makkah menuju Madinah, beliau menangis dan beberapa kali menengok ke belakang ke arah Ka'bah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kota kelahiran yang dicintainya.

"Demi Allah, sesungguhnya engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan bumi yang paling dicintai Nya. Seandainya aku tidak diusir oleh kaumku, maka aku tidak akan keluar dari negeri itu".

Maka ketika terjadi Fathu Mekkah, Rasulullah berdiri di hadapan masyarakat Makkah, mengucapkan puji syukur kepada Allah lalu berkata,

"Sesungguhnya dulu Allah telah melarang tentara gajah masuk ke kota Makkah dan Dia telah membinasakan mereka. Dan sekarang Allah telah menaklukan kota Makkah untuk Rasul Nya dan orang orang yang beriman kepadaNya. Sesungguhnya diharamkan bagi orang sebelumku untuk menyerbu kota Makkah, hanya dihalalkan satu saat saja yaitu khusus untukku pada hari ini. Dan sesungguhnya haram bagi siapapun yang ingin merebut kota Makkah setelahku. Maka dilarang mengusir hewan buruannya, dilarang memotong pohonya dan dilarang memungut barang barang yang tercecer kecuali dengan niat ingin mengembalikanya kepada pemiliknya."

Beruntung Rizal ditempatkan di kota kecintaan Nabi, Mekkah, tepatnya di Maktab Aziziah dekat Muasassah atau lembaga yang ditunjuk untuk mengurusi penginapan dan catering jamaah haji selama berada di Mekkah. Bersama dua orang mahasiswa Indonesia lainnya, Hamid dari Sudan dan Arfan dari Maroko, mereka bertugas mengawasi kinerja lembaga tersebut dalam menempatkan jamaah atau juga menjembatani keluhan-keluhan dari jamaah terhadap fasilitas tempat yang mereka diami.

Kawasan Aziziah sendiri terdiri dari dua distrik, Janubiah dan Syawaliyah. Meskipun jauh dari Masjidil Haram, tapi kawasan ini merupakan tempat yang strategis karena dekat dengan Mina dan Arafah. Untuk para jamaah Indonesia disediakan tramco gratis menuju Masjidil Haram pada waktu-waktu shalat.

Tidak seperti beberapa kawasan di Mekkah yang gersang dan panas, kawasan Aziziah justru terlihat asri dengan hadirnya deretan pepohonan yang ada di sepanjang jalan. Setiap pagi, terdengar kicauan burung menandai segarnya pagi di kawasan ini. Udaranya terasa segar tanpa polusi dan kebisingan berarti. Namun pastinya suasana ini akan berganti keramaian dan kepadatan ketika mendekati hari-hari wukuf nantinya.

Dari booklet yang didapat Rizal di Muassasah, Tanah Haram memiliki batas-batas yang mengitari kota Mekkah dan sebagian batasnya lebih dekat ke Ka'bah. Tapal-tapal batas ini ditancapkan di jalan-jalan utama yang menuju Mekkah. Penjelasan sejarah di booklet itu menjelaskan kalau orang yang pertama menancapkan tapal di batas tanah haram ini adalah nabi Ibrahim melalui petunjuk malaikat Jibril. Pada saat Fathu Mekkah, Rasulullah mengutus salah satu sahabatnya, Tamim bin Asad Al-Khuza'i untuk memperbaharui tapal tersebut. Tanda ini tidak diganggu-gugat hingga pada masa Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah yang mengutus orang-orang Quraisy untuk memperbaharui tapal tersebut.

ADA CINTA DI HAJAR ASWADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang