Aku tersentak. Tanpa sadar kejujuranmu membuatku tertelungkup malu, menimbulkan kegundahan yang kian menjarah kata 'terserah'. Antara mengalah dan pasrah, sama-sama membuatku terluka. Apalah daya, selembut sutra yang kujaga, kini kasar bagai duri yang tega meluka.
Diam saja; antara memendam dan ingin menerkam. Raga ini sudah ringkih, begitu pula jiwa yang tersakiti, lemah dan akan mati.
Aku bisa apa Tuhan? Haruskah aku mengambil tali lalu gantung diri? Menggenggam duri untuk menusuk diri? Atau bahkan menguras air mata sampai tak bersisa sama sekali?
Bodoh! Aku memang bodoh. Sudah tau licin, tetap saja berlari. Alhasil, ku tergelincir. Sudah tau panas, tetap saja merayap. Alhasil, kisah cinta ini berakhir dengan nahas.
Biarlah ... aku mengalah. Meski jiwa penuh luka, meski rasa cinta kian meronta, meski tersayat oleh seribu duka nelangsa.
Aku melambaikan tangan; tanda tak mampu tuk melanjutkan. Silahkan pecat aku dan buka lowongan baru. Akan ada banyak pelamar yang menunggu. Lalu aku? Tentu saja akan diam membisu serta akan pergi jauh.
Ilhmh
Kota Udang
01 Agustus 2018
;)-'-_'_
KAMU SEDANG MEMBACA
Malka Aksara
PoetryMakna dari sebuah kata tidak akan ada bila kita tidak merangkainya. Masih jauh dari kata sempurna? Ya. Tapi setidaknya aku belajar mempertemukan kata dengan kata hingga menjadi kalimat, lalu kalimat dengan kalimat menjadi sebuah paragraf. Puisi, saj...