Haydar melipat tangannya didepan dada, ia menatap datar Pangeran yang masih sibuk memakan nasi goreng. Matanya menyipit tak suka, kala Pangeran lebih fokus dengan nasi goreng ketimbang dirinya.
"Elo ini bener-bener gak punya hati ya?Gue gak masalah kalo lo ngehajar cowok, lah ini? Lo ngehajar cewek! gila kali ya?!"Entah sudah berapa kali, Haydar mengomel seperti itu.
Namun Pangeran masih setia dengan kebisuannya, ia hanya mengangkat wajahnya menatap Haydar lalu kembali menatap nasi gorengnya.
"Ran, denger gue nggak sih?!"Haydar sudah mulai emosi.
"Gue nggak hajar dia Bang."Sahut Pangeran datar. "Cuma ngedorong doang, dia aja yang lebay."Lanjutnya mencibir.
Haydar meremas rambutnya frustrasi, "Sama aja Ran, lo bikin dia luka. Sampe dibawa ke rumah sakit lagi, wah anjir. Pasti parah banget kan tuh?"
Pangeran mendorong piringnya yang sudah kosong, ia menatap Haydar datar. "Gue dorong dia pelan, mana mungkin separah itu sampe dibawa ke rumah sakit."
"Pelannya lo itu, seribu kali lebih kuat dari cewek."Sinis Haydar.
Pangeran memutar bola matanya, "Ya sebodo amat, nggak peduli."Sahutnya cuek.
"Gue tanya sama lo, seandainya Ratu yang ada diposisi Gista. Seandainya Ratu yang diperlakukan kasar sama cowok, kaya yang lo lakuin ke Gista, lo bakal marah nggak?"Kata Haydar menggebu-gebu.
Rahang Pangeran langsung mengeras ketika mendengar nama Ratu, kedua tangannya mengepal diatas meja. Ia masih diam, menatap Haydar dengan kilat emosi.
"See? Dari ekspresi lo sekarang, gue yakin jawaban lo, ya. Lo marah kan kalo Ratu dikasarin sama orang lain?terus kenapa lo perlakuan Gista kaya gitu?"
Pangeran diam.
Haydar menghela nafas, "Orang bilang, kalo laki-laki nyakitin perempuan. Maka, perempuan yang dia sayang, suatu saat nanti bakal ngerasain juga. Lo mau kaya gitu?"Tanyanya.
"Lo nyakitin perempuan manapun, sama aja lo nyakitin mereka, perempuan yang lo sayang."Lanjut Haydar, menatap tenang Pangeran.
Pangeran bangkit, melangkah menjauh tanpa menyahuti ucapan Haydar. Haydar berdesis kesal, lalu mengumpat dalam hati.
"Pergi sana lah setan, kacang mulu."Kata Haydar, menatap punggung Pangeran dengan tatapan seribu kali lebih kesal.
Pangeran melangkah menuju pintu rumah. Membuat Alka dan beberapa temannya yang ada di ruang tamu, menoleh kearahnya.
"Woy, kemana lo?"Alka bertanya, dengan snack ditangannya.
Pangeran menoleh sesaat, lalu kembali melangkah. "Club."Sahutnya cuek.
"Ikut anjir!"Seru Bastian, Alka dan Aldo berlari menghampiri Pangeran yang terus melangkah menuju motornya.
Tanpa banyak bicara, mereka naik keatas motor masing-masing. Pangeran lebih dulu menarik pedal gas motornya, dan pergi keluar rumah, tanpa mengucapkan apapun.
"WOY ANJIR MALAH DITINGGAL!"Seru Aldo menatap motor Pangeran yang semakin jauh.
Ketiganya kompak mengendus sebal, lalu kembali memakai helm. Dan entah sejak kapan, Haydar sudah berdiri di ambang pintu. Memandangi mereka dengan kening berkerut.
"Mau kemana lo pada?" Tanya Haydar, maju satu langkah menuju teras rumahnya.
Ketiga laki-laki yang tengah memaki helm itu menoleh, lalu menyahut kompak. "Club."
Haydar menganggukkan kepalanya, lalu matanya bergerak mencari seseorang yang tak terlihat disana. "Pangeran mana?"Tanyanya.
"Udah duluan."Sahut Alka, mulai menyalakan mesin motornya.