Part 3

30 0 0
                                    

Julian berlari menuju ruang UKS yang bersebelahan dengan ruang sekretariat OSIS.
"Alen mana?" Julian bertanya pada siswa yang menjadi petugas piket UKS.
"Ada di kasur kedua kak dari pintu kamar pertama." jelas siswa itu.

Julian langsung memasuki kamar pertama dan benar saja, Alen sedang terbaring tak sadarkan diri dengan ditemani oleh Yuna yang menangis.
"Kenapa bisa begini Na?" Julian menuntut penjelasan.
"Habel buang minyak bekas praktek sembarangan di lantai kelas terus Alen lewat. Akhirnya kepeleset,kepalanya kebentur lantai Jun." Yuna terisak.
"Ahhh.." Alen merintih memegangi kepalanya.
"Alen!" Julian mendekat pada Alen.
"Al bangun Al." Yuna menggenggam tangan Alen.
"Kepala gue sakit banget Na." Alen belum membuka matanya.
"Gue ambil kompresan dulu." Julian pamit.
Alen terdiam mengingat kejadian sebelumnya.

*Flashback on*

Siang ini adalah siang terpanjang yang sangat sibuk bagi kelas yang ditempati Alen dan Habel karena akan diadakan praktek pelajaran Kimia dengan bahan dasar minyak goreng.Seluruh siswa dibagi menjadi empat kelompok. Untungnya,Alen tidak satu kelompok dengan Habel.
Praktek berlangsung selama satu jam. Setelah itu, seluruh siswa membereskan kelasnya. Habel yang tidak suka bersih-bersih malah membuang minyak bekas praktek di lantai. Ketika Alen hendak membuang sampah bekas praktek, ia melewati lantai yang terkena minyak yang dibuang oleh Habel menyebabkan Alen tergelincir dan kepala belakangnya terbentur dengan keras.

"Haha makanya jalan pake mata,cupu!" Habel terbahak.
"Alen!"
"Aleeen!"
Sontak saja membuat seluruh siswa berlari ke arah Alen yang setengah sadar.
"Alen, lo gapapa?"
"Alen..."
Berbagai macam pertanyaan dan kepanikan memburu Alen yang dalam keadaan lemah. Lalu, seseorang datang membelah kerumunan teman-teman Alen. Seorang siswa laki-laki yang tidak ia kenal. Hidungnya mancung, matanya setajam burung Elang, dan tinggi putih dengan potongan rambut under cut. Meggendong Alen yang setengah sadar. Ketika Alen ingin melihat wajah sang penyelamat, matanya memberat dan berakhir Alen tak sadarkan diri.

*Flashback off*

Alen terdiam.
"Al, lo gapapa?" Yuna menggoyangkan tangannya di depan wajah Alen.
"Oh iya sorry gue ngelamun." Alen mendudukkan dirinya.
"Oh iya lo tau cowok yang gendong lo ke uks?" Yuna teringat dengan si penyelamat Alen.
"Entah, gue tau mukanya tapi nggak pernah mau tau namanya." Alen acuh tak acuh.
"Kompres datang." Julian datang membawa kompresan.
"Gue kompresin lo ya." Julian mulai mengompres dahi Alen.
"Gue tinggal dulu ya." Yuna pamit.
"Gimana kepalanya? Lo ijin aja display." Julian masih setia mengompres dahi Alen.
"Nggak Jul, gue tetep harus display." Alen menghentikan kegiatan mengompres yang dilakukan Julian.
"Lo lebih mentingin ekskul lo ketimbang kesehatan lo?" Julian khawatir.
"Kenapa Jul? Kenapa khawatir lo baru muncul sekarang? Kenapa? Kenapa?!" Alen menahan sesak di dada mengingat perlakuan Julian ketika masih berpacaran dengannya setahun yang lalu.
"Alen, maafin gue.Gue sayang sama lo Len. Maafin gue." Julian memegang kedua tangan Alen yang masih lemah.
"Lo sayang tapi ninggalin gue dengan gampang itu yang namanya 'sayang' ?" Alen bangkit dari kasur namun Julian mendorong bahu Alen agar tetap duduk di kasur.
"Len gue sayang sama lo tapi-"
"Lo nggak bisa hubungan sama gue. Lo nggak bisa nerima kehadiran gue. Lo nggak bisa nyaman sama gue tapi sekarang apa Julian? Seakan-akan lo nggak nerima gue tapi lo minta gue buat nerima kehadiran lo, what are you doing?!" Alen menghela nafas berat.
"Poor Alendra." sahut Habel dengan wajah tak bersalah.
"Ngapain lo di sini?!" desis Julian.
"Gue? Mau jenguk Alendra kesayangan guelah." Habel melangkah mendekat namun dihalangi oleh Yuna.
"Ikut gue bege!" Yuna menarik paksa tangan Habel keluar ruangan UKS.

"Maaf kak,nggak boleh berduaan di kamar rawar UKS." petugas UKS telah berganti.
"Iya maaf ya." Alen tersenyum ramah lalu pergi keluar meninggalkan Julian.
"Loh Al mau kemana?" Yuna berhenti di depan pintu UKS.
"Gue mau persiapin display, ayo!" Alen menarik Yuna.

Waktunya display ekstrakurikuler telah tiba. Seluruh siswa mempersiapkan kostum dan sebagainya. Seluruh siswa baru dikumpulkan di gor basket SMA 21 Gentala yang berada dekat taman belakang sekolah.
Saat ini, tim Taekwondo sedang menunjukkan hasil latihan display mereka. Kebanyakan siswa memuji gerakan Brio yang terlihat lebih baik dari yang lain.

"Briy nya akuuu! Semangat sayang! teriak Karin yang dibalas senyuman oleh Brio.

Sontak saja teriakan Karin membuat siswa perempuan yang memuji Brio mendadak bungkam.

Ekskul RESE sedang mempersiapkan display mereka di pintu luar Gor.
"Gimana? Siap semuanya?" Alen tersenyum.
"Kita siap!" jawab mereka serempak.
"Alen, Yuna, Fatir, Serin, Tyas. Kita penentu RESE akan tetap berjalan atau nggak. So, we can do it gaes!" Alen menyemangati.
"Tenang, lo nggak perlu nervous gitu." Yuna merangkul Alen.
"Thanks kembaran gue yang nggak mirip." Alen balas merangkul Yuna.
"Gue juga mau dong dirangkul." Fatir manja.
"Manja lo mode off dulu deh." Serin mencebik.
"Hahaha Fat ada tiang nganggur noh." Tyas terkikik.
"Ish! Gue nggak doyan benda mati coet!" Fatir mengerucutkan bibirnya.

Kini, giliran ekskul RESE yang menampilkan pertunjukan mereka demi RESE.Alen dan yang lainnya telah berkumpul di tengah lapangan guna mempersiapkan peralatan display.

"1..2..3.. Go!"

Ekskul RESE menampilkan sebuah nyanyian yel-yel mereka dengan gerakan menari dan mini drama tentang bahayanya obat-obatan terlarang. Pertunjukan mereka berlangsung sekitar 7 menit. Suara tepuk tangan menggema merespon penampilan RESE dengan gembira.

Alen terharu. Mungkin bagi ketua ekskul lainnya itu lebay. Tapi, Alen tidak peduli. Yang jelas, ia sangat bangga sebagai ketua kepada ekskul yang mati-matian dipertahankannya setahun terakhir ini. Ekskul yang baru dibentuk tahun lalu, yang belum memiliki prestasi apapun tapi melakukan kerja nyata membantu bagian Kesiswaan untuk membentuk siswa SMA 21 Gentala ini menjadi yang lebih baik.
"Congrats bro you get them!" Yuna memeluk Alen.
"Thank you so much Yuna for everything matters." Alen membalas pelukan Yuna.
"Selamat ya." Alen tau itu suara Julian.
"Makasih. Ayo Yuna,kita harus ke ruangan." Alen menarik pergelangan tangan Yuna agar secepatnya pergi.
"Jul, ayo! Kita harus display.Kok lo lesu gitu sih?" Leon heran.
"Gue gapapa. Ini kan display terakhir karena gue besok nggak bakal ada di sini lagi." Julian lesu.
"Mau lo ada dimana pun gue tetep dukung lo Jul.Tenang, gue nggak akan ngilang." Leon merangkul Julian mengarahkan untuk pergi ke lapangan.

Ekskul RESE sedang berbangga hati mengenai display pertama mereka yang sukses. Maka dari itu, pembina pun mentraktir mereka seperti sekarang. Ada pizza, ayam dan lainnya.
"Wagelasehh enak banget ayam terbangnya." Fatir makan menu ayam terbang dengan lahap.
"Pelan-pelan makannya oy." Serin menggeleng-gelengkan kepala.
"Eh soda gue abis nih." Tyas merengut.
"Ada stok noh tenang aja gan." Yuna menunjuk botol soda di di meja belakang.
"Na, lo coba deh ayam kerucut punya gue." Alen menyuapi Yuna.
"Pedess lo level 1 yak?" Yuna mengunyah.
"Segini itu udah pedes ngaco." Alen memonyongkan bibirnya yang sudah memerah karena menahan pedas.
"Kok gue kurang ya pedesnya." Yuna terheran.
"Lo mah pedes gelaaa." Alen tertawa ringan.
"Pret lo." Yuna kembali mengunyah.
"Alendra." Leon muncul di depan pintu ruangan RESE.

Ruangan RESE mendadak hening.

"Ngapain lo kesini singa?" tanya Serin malas.
"Gue ada perlu sama Alendra Ayunasti." Leon menekankan setiap kata yang terlontar dari mulutnya.
"Gaes, kalian lanjut makan. Gue pergi dulu." Alen pamit mengikuti Leon.

Leon dan Alen berhenti di kantin membuat Alen mengernyit.
"Lo laper?" tanya Alen.
"Gue mau cerita tapi perut gue belum diisi. Sekalian ya." Leon nyengir.
"Dasar Leon gembul." Alen tersenyum.
"Sini Al duduk." Leon menepuk-nepuk meja mengarah kepada bangku di depannya.
"Oke." Alen duduk dengan sedikit cemas.
"Gue tau gue cuma temen Julian,tapi karena itulah gue harus cerita ke lo demi kebaikan sobat karib gue." Leon mencoba menahan laparnya.
"Terus apa yang mau lo ceritain?" Alen datar.
"Julian. Dia besok keluar dari sekolah ini." Leon memperhatikan ekspresi Alen yang tetap diam datar.

Alen terdiam. Ia harus secepat mungkin mencerna kalimat Leon barusan.'Julian. Dia besok out dari sekolah ini'. Apa ini? Keluar? Julian akan pindah sekolah atau keluar dari sekolah? Kenapa? Ada apa? Alen menghela nafas sebentar.
"Kenapa?" Alen tetap datar menutupi keterkejutannya serta kecemasannya.
"Dia ditarik sama pelatih basket provinsi buat ikut sekolah Basket di luar kota." Leon menahan lapar lebih lama. 'Anjir gue laper banget gela.' batin Leon.
"Lo makan aja dulu." Alen peka dengan ekspresi kelaparan yang Leon tunjukkan.
"RESE emang paling peka! Bu,baso 2 sama es teh 2 bu!" Leon setengah teriak.
"Gue nggak minta baso." Alen bingung.
"Kata siapa buat lo? Baso 2 mangkok buat gue terus es teh satuan sama gue." Leon nyengir.

Alen mendengus malu.

DONE ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang