Hidup memang soal memilih. Meninggalkan atau ditinggalkan menjadi sebuah pilihan yang hanya kau dan aku yang bisa memutuskannya. Bodohnya, aku memilih untuk tetap tinggal pada seseorang yang sudah jelas-jelas pergi meninggalkan. Sementara waktu akan terus memberi tekanan untuk tetap maju melangkah. Tak memberikan kesempatan pada hati yang masih ingin tetap menunggumu di sini.
Menunggumu? Apakah itu menjadi pilihan kedua setelah aku memilih untuk tetap tinggal?
Seolah semesta menertawaiku atas pilihan yang terucap barusan. Tak ada kata "menunggu" untuk seseorang yang tak lagi diharapkan kedatangannya. Tak ada kata "tinggal" untuk seseorang yang sudah tak lagi dijadikan rumah untuk berpulang.
Memilih tetap tinggal saja sudah menjadi keputusan bodoh yang kuambil. Lalu kini, mengambil keputusan yang jauh lebih bodoh untuk menunggumu di sini?
Mungkin aku tak pandai dalam memilih. Seperti kau yang langsung memilih pergi tanpa berpikir panjang lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temaram
شِعرSajak selalu bisa mewakili rasa yang sulit dijadikan kata. Pertemuan dan perpisahan, seperti halnya matahari terbit yang cepat atau lambat juga akan tenggelam membawa senjanya. Menjadi bisu. Hanya meninggalkan jejak kata.