*chapter three*

167 33 0
                                    

Jihoon tersentak setelah mendengar ucapan Guanlin barusan, Jihoon hanya heran dengan Guanlin, sifatnya dari tadi pagi hingga saat ini bisa di bilang cukup dingin tapi perkataannya tadi terdengar lembut namun terkesan dingin.

Jihoon menoleh ke arah Guanlin, tapi yang ia dapat adalah Guanlin yang kembali sibuk dengan ponselnya. Aneh bagi Jihoon, Guanlin mengucapkan selamat ulang tahun tapi matanya tertuju pada ponselnya bukan ke arah Jihoon.

Jihoon hanya mengangguk dan mencoba untuk bangkit dari duduknya, namun Jihoon merasakan ada tangan besar yang menggenggam pergelangan tangannya. Jihoon kembali menengok ke belakang, tentu saja itu tangan Guanlin.

"Kenapa?" tanya Jihoon ketus, karna ia merasa bosan jika terus terusan seperti ini.

"Mau kemana lo?" Guanlin bertanya balik ke Jihoon. Jihoon mengernyitkan alisnya.

"Gua mau ke kamar, bosen gua lama-lama disini." Jihoon melepaskan tangan Guanlin dari pergelangan tangannya, namun tidak bisa.

"Lepasin ih gua mau ke kamar!" bentak Jihoon.

"Lo kan disuruh temenin gua." ucap Guanlin santai.

"Tapi gua bosen!" kata Jihoon sambil terus berusaha melepaskan tangan Guanlin.

"Yaudah yaudah mau lo apa??" tanya Guanlin sambil menarik Jihoon untuk kembali duduk.

"Gua mau ayam! Gua laper!!" kata Jihoon sambil manyunin bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada nya.

Gilaa itu bibir cowo apa cewe sih? Merah banget, ehh apaansi lo lin lo itu straight lin.. bibir cewe lebih enak. Gerutu Guanlin dalam hati.

"Yaudah ayo." Guanlin bangkit dari duduknya dan kembali menarik tangan Jihoon.

"Mau kemana ihh pelan-pelan apa narik nya!!" Bentak Jihoon yang ikut kebawa dengan Guanlin karna terus di tarik oleh Guanlin.

Sebelum mereka berdua keluar rumah, Minki sempat melihat mereka berdua yang ingin keluar rumah dan akhirnya Minki buka suara dan bertanya kepada Guanlin. "Kalian mau kemana?" itu lah yang di tanyakan oleh Minki.

Guanlin membalik badannya dan menjawab pertanyaan Minki. "Jihoon pengen ayam, jadi saya ingin membawanya ke kedai ayam."

Minki mengangguk setuju sambil tersenyum, biarlah mereka menghabiskan waktu berdua, masih belum terlalu malam jadi Minki izinkan mereka berdua untuk keluar.

Luhan pun sama dengan Minki, sama-sama tersenyum melihat anaknya yang kini mulai akrab dengan Jihoon.
Tapi kenyataannya? Jihoon dan Guanlin masih belum bisa mendekatkan dirinya, masih jauh di antara mereka.

"Yaudah kami pergi dulu ya." Guanlin menarik tangan Jihoon lagi, Jihoon hanya memutar mata nya malas membiarkan tangan nya terus di tarik oleh Guanlin.

~~~

Guanlin tersentak melihat beberapa potong ayam yang tertera di atas meja, bisa di bilang 'banyak' itu yang bisa di ucapkan Guanlin di dalam hati. Pantas saja Jihoon berisi, orang porsi makannya segitu banyaknya.

Tidak habis pikir Guanlin, bagaimana bisa Jihoon memakan ayam segitu banyaknya, tiga saja Guanlin sudah merasa kenyang.

Guanlin menatap Jihoon dengan tatapan seperti orang kebingungan, Jihoon yang merasa di tatap oleh Guanlin segera menatapnya balik.

"Kenapa?" tanya Jihoon. Guanlin kembali seperti biasa saja dan menjawab kata Jihoon tadi. "Lo abis makan segitu?" tanya Guanlin santai.

"Iya emangnya kenapa? Lo mau? Ambil tinggal ambil, dan jangan kaget dengan porsi makan gua, gua bisa lebih banyak lagi lebih dari ini." ujar Jihoon angkuh.

"Nggak makasih, udah abisin aja ayam lo." kata Guanlin dan kembali memainkan ponselnya namun baru saja Guanlin ingin menyalakan ponsel nya, ada telpon masuk dari ponsel Guanlin.

Guanlin melihat siapa orang yang menelponnya langsung sumringah dan buru buru menekan button hijau.

"Halo som~"

Jihoon yang mendengar nada bicara Guanlin seperti itu, jadi tidak nafsu makan rasanya.

"Kamu dimana? Jemput aku dong aku baru pulang dari kampus nih."

Guanlin diam sejenak saat mendengar permintaannya untuk menjemput nya, kalau Guanlin iya kan untuk menjemput seseorang, bagaimana dengan Jihoon nanti? Sekarang sudah malam dan kedai ke rumah Jihoon cukup jauh, transportasi umum juga sudah jarang lewat.

"Ah gimana? Emm maaf som aku nggak bisa jemput kamu dulu, soal nya aku lagi ada acara keluarga."

Jihoon kembali menoleh ke arah guanlin dan menatapnya heran. Begitu juga Guanlin yang langsung memberi aba-aba ke Jihoon supaya diam.

"Ahh begitu? Yaudah aku minta jemput Daniel aja dah.. bye!"

Guanlin membuang nafas lega,

"Ya bye~"

Setelah itu Guanlin kembali memasang wajah seperti biasanya yaitu datar sambil melihat Jihoon makan, tapi tungguu.. bukankah sebelum Guanlin menelpon ayamnya masih banyak? Kenapa sekarang tinggal dua?

"Ini lo yang makan apa kucing dah?" tanya Guanlin bingung.

"Ya gua lah!!" balas Jihoon sewot sambil memasukkan ayamnya lagi ke dalam mulut. Padahal di dalam mulutnya masih ada.

"Ck, pantes gendut." ucap Guanlin pelan, tapi ternyata Jihoon mendengarnya.

"Apa lo bilang?!!??" pekik Jihoon.

Guanlin tersentak, dan langsung tersenyum lebar sambil mengacungkan dua jarinya.

Jihoon menahan amarahnya dan kembali memakan sisa ayamnya dengan penuh emosi.

Selesai itu Jihoon langsung meninggalkan Guanlin dan masuk ke dalam mobilnya Guanlin.

"Eh bayar lo!!" teriak Guanlin namun Jihoon pura-pura tidak mendengarnya.

Guanlin terpaksa harus membayar semua pesanan Jihoon, tekor lama-lama Guanlin jika membawa Jihoon makan terus, ini saja langsung habis 15k won.

Kemudian Guanlin masuk ke dalam mobil nya, dan melihat Jihoon sudah tertidur lelap. Guanlin berdecak sebal hari ini, mengapa ayahnya mempunyai teman dengan anaknya yang seperti ini sih? Pikir Guanlin.

Guanlin membenarkan posisi tidur Jihoon yang dilihatnya tidak nyaman itu, dan memasangkan selbeat nya.

"Ngerepotin banget sih." gerutu Guanlin sambil menyalakan mesin mobil nya dan berlalu dari parkiran kedai ayam tadi.

~~~

"Eh gendut bangun, udah sampe." panggil Guanlin sambil menepuk nepuk pipi nya yang gembul itu. Pipi nya enak juga. Batin Guanlin.

Jihoon merasakan pipi nya di tepuk tepuk, dan Jihoon perlahan membuka mata nya.. "AAAAKKK!!" teriak Jihoon.

Guanlin sontak kaget dan langsung menghindari Jihoon namun kepalanya langsung kepentok atap mobil. "Aw!!" ringis Guanlin sambil mengelus kepalanya.

"Heh kuali!! Mao apa lo tadi hah?!!!" teriak Jihoon yang muka nya sudah merah, bukan karna malu soal Guanlin yang tadi wajah nya tinggal beberapa centi lagi dari wajah Jihoon, tapi karna Jihoon kesal dengan Guanlin, soal nya pikiran Jihoon Guanlin itu mau apa-apain jihoon.

"Pikiran lo buang jauh jauh deh!! Gua cuma mao bangunin lo doang tadi!! Kepedean banget jadi anak lo!? Gua juga ogah kali pengen nyium lo!!" bentak Guanlin.

Jihoon langsung diam, guanlin juga diam.

"Yaudah!" Jihoon keluar dari mobil Guanlin dan menutupnya dengan kencang.

"Heh mobil gua ini!!" teriak Guanlin yang juga ikut keluar dari mobil, dan melihat Jihoon sudah berlari masuk ke dalam rumah nya.

Guanlin geleng geleng kepala melihat tingkah jihoon yang bisa di bilang imut, namun menyebalkan.

Btw gua suka pipi dan bibirnya.




~Tbc~

MOCCACHINO || [•Panwink•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang