Delapan

7 6 25
                                    

Typo bersemi harap maklumi 😪

.
.
.

" kamu masuk kelas XI ips 1 " gue membulatkan mata gue. Wow.. Akhir nya gue gak masuk lokal ipa yang nyebelin nya luar binasah.

" serius pak? " pak arga mengangguk. Gue hampir aja loncat loncat kalau pak arga nggak nanya lagi

" memang nya kamu gak suka ya di kelas ips? " tanya pak arga dengan mimik sedih.

" senang lah pak. Senang banget malahan " jawab gue riang

Pak arga dan gue berjalan di koridor sekolah berbarengan hingga banyak siswa siswi yang menatap kami. Banyak siswi yang menatap pak arga dengan tatapan memuja dan ada pula siswa siswi yang menatap gue aneh, iri, dan sinis.

" kita sudah sampai di kelas, kamu tunggu disini dulu " gue mengangguk dan pak arga pun masuk ke kelas.

" assalamu'alaikum anak anak " semua murid yang berisik tadi tiba tiba diam saat mendengar suara pak arga yang wow... Tiba tiba tegas loh

" wa'alaikum salam pak arga " jawab murid kelas XI ips 1 koor.

" ok, bapak kesini mau mengantarkan teman baru kalian " semua menatap ke arah pintu dengan heran, mereka sama sekali tidak bertanya pada pak arga anak baru itu siswa atau siswi?

Saat merasa tidak ada lagi suara di dalam kelas gue coba mengintip. Apes nya saat gue melihat kedalam kelas, semua murid sudah menatap ke arah pintu dengan gugup gue berjalan perlahan lahan ke dalam kelas dengan wajah tertunduk.

" silahkan perkenalkan diri kamu " ucap pak arga. Siswa dan siswi masih menatap penampilan gue. Belum sekolah satu hari aja aura anak sekolah kayak iblis, gak seneng banget gue sekolah disini batin gue.

" hai, nama gue--- " pak arga berdehem pelan, kalian tau kenapa? Itu isyarat supaya gue menggunakan kata sopan.

" hemm... Maksud nya nama aku Nisya Yunita P. Aku pindahan dari Aceh lebih tepatnya Aceh Pidie. Aku harap kita semua bisa berteman baik " neorveus? Tentu.

Seorang siswa mengangkat tangan lalu dipersilahkan tanya oleh pak arga " pak anak Aceh penampilan nya begitu semua ya? " semua siswa siswi dalam kelas tertawa terbahak bahak terutama barisan perempuan bagian pojok bahkan tawa mereka bisa di katakan di buat buat, alay. Gue memutar bola malas mendengar pertanyaan siswa sinting itu.

" sudah sudah, sekarang kalian siap siap untuk olahraga. Bapak tunggu diruang indoor "

" baik pak " gue langsung menuju bangku kosong yang ternyata terletak di samping anak laki laki. Saat gue mau menaruh tas di bangku, dia langsung menghalangi

" lo gak boleh duduk disini, gue gak mau duduk sama lo ngerti " perintah nya dengan sombong

" lebih dari mengerti, lagian gue gak berencana duduk disini kok gue cuman mau ngambil nih kursi karena di meja belakang nggak ada kursi nya " dia melihat ke meja yang gue tunjuk akhir nya membiarkan gue mengambil kursi nya.
Kena loe, maka nya jangan sok sokan jadi orang batin gue tersenyum sinis ke arah lelaki itu.

" sialan lo " umpat nya masih bisa kedengaran oleh gue dan teman di belakang nya

" kalau tercyduk ya tercyduk aja gak usah ngeles bro hahahahaha... " kedua pria itu tertawa keras sambil memukul mukul meja

" doni, zen kalian jangan berisik sana ganti baju terus ke lapangan indoor " teriak seorang perempuan.

" hai " sapa ke dua orang di depan gue. Gue membalasn ya dengan tersenyum.

TAKDIR : Siapa Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang