Sungguh bukan hal yang menyenangkan pagi-pagi Belsa sudah berada di perpustakaan bukan untuk memcari novel atau cerita fiksi lainnya, ini karena ia lupa mengerjakan tugas sejarahnya yang sudah bisa ditebak seberapa banyak lembar ia harus menulis. Ia sempat bingung karena buku-buku yang sudah diubah tata letaknya ditambah lagi perpustakaan yang luas membuat pening kepalanya saja.
Ia mendongkak memastikan mungkin buku yang ia cari berada di atas, dan benar saja buku itu berada di bagian atas. Ia merutuki siapa yang telah mengubah tata letak perpustakaan ini. Belsa berjinjit untuk mengambil buku sejarah namun tetap saja tangannya tak sampai karena itu terlalu tinggi baginya.
"nih buku yang lo cari" tiba-tiba saja ada cowok yang dengan baik hati mengambilkan buku untuknya.
"terimakasih banyakk, eh lo yang kemarin kan" Belsa menatap wajah laki-laki itu dan ia ingat bahwa dia yang bertubrukan dengannya kemarin
"yang kemarin?"dahinya berkerut seperti bertanya-tanya
"iya yang kamrin nubruk gue,udah gue maafin karna lo udah bantu gue ngambil nih buku"
"siapa yang niat buat minta maaf"
"ya lo harusnya minta maaf karena udah nubruk gue kemarin, ga ada rasa sosialnya banget sih"
"banyak bacot lo" ia pergi meninggalkan Belsa sendirian lagi
Belsa benar-benar double kesel dengan entah siapa nama cowok tadi ia tak sempat berkenalan sifatnya tidak beda jauh dengan kakaknya, atau mungkin memang banyak cowok sejenis dia dan kakaknya di sekolah ini, Belsa tak mau peduli waktunya sudah banyak terbuang karena berdebat dengan makhluk dingin tadi.
"lo lama banget sih Bel cari buku apa cari tikus sih" puti bertanya karena Belsa yang tak kunjung kembali
"kuker banget gue cari tikus di perpus, sebelah gue aja udah ada ratu tikus" Belsa menjawab dengan asal
"sialan lo, oh iya nih ada tugas sejarah gurunya ada rapat ke kantor dinas jadi ga bisa dateng"
"seriusan lo Put? Ah sia-sia gue cari buku ngerjain tugas sampek tangan gue kriting kayak gini"
"hay kunyuk-kunyuk gue,nih gue kasih contekan gue udah selesai tuh" Andin tiba-tiba datang dan meletakkan bukunya di meja
"dapet contekan dari mana lo kadal" Puti seperti tak percaya tugas baru saja diberikan bagaimana bisa Andin selesai secepat itu
"enak aja ngerjain sendiri dong,gue udah tau bakal dikasih tugas ini kemarin Bu.Sita salah sms ke nomer gue" wajah Andin menunjukkan penuh kemenangan
"main curang lo Ndin" Belsa dengan cepat menyalin tulisan Andin yang juga diikuti oleh Puti
"giliran gini aja cepet lo berdua, gue mau ke perpus dulu cari novel kalo ada guru telfon gue"
Sudah tiga menit yang lalu Andin meninggalkan Belsa dan puti yang sedang sibuk menyalin perkerjaannya yang bisa dibilang lumayan banyak itu, karena memang guru sejarahnya itu tidak pernah memberikan tugas yang sedikit.
"eh berhenti dulu ngerjainnya" Andin seperti memberi peringatan bahaya
"ke perpus cepet banget tumben" Puti mulai menyelidik namun tangan dan pandangannya tetap tertuju pada buku sejarahnya
"ga jadi tadi di depan ada anak IPS 1 mau ngasih pengumuman katanya" belum selesai Andin berbicara orang yang Andin maksut sudah masuk ke kelas mereka
"hoy diem dulu guys, ada pengumuman penting" Rizal ketua kelas XI-IIS 2 mulai membunyikan suara toanya
"terimakasih, kami perwakilan dari kelas IPS 1 mau kasih pengumuman selaku perwakilan dari ekstra musik, bagi nama yang saya panggil, silahkan nanti sepulang sekolah berkumpul di ruang musik"
"yang pertama Belsa, yang kedua Agik dan yang terakhir Rizal. Dan bagi nama yang saya panggil tidak ada penolakan karena ini wali kelas kalian sendiri yang memilihnya, terimakasih atas perhatiannya."
Sepeninggal dua cowok perwakilan dari ekstra musik tadi Belsa masih bertanya-tanya untuk apa wali kelasnya memilihnya.
"ah curang lo Bel, enak dong bisa deket-deket sama Frega" Puti membuyarkan lamunanya
"Frega siapa sih?"
"Omg Belsa lo gatau Frega siapa? Lo bukan anak baru masak ga tau sih" Andin menyahuti dengan nada hebohnya
"emang segitu pentingnya sampai gue harus tau gitu?"
"anak kelas 10 pun juga tau kali siapa Frega, dia yang ngumumin pengumuman tadi di depan kelas" Puti seakan geram dengan Belsa
"seriusan lo, jadi dia namanya Frega. Sialan emang tu anak" seketika saja Belsa berdiri dengan wajah yang merah menahan amarah
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Belsa
Teen FictionBelsa yang tidak menyangka bahwa takdir yang harus ia lewati harus serumit ini, terlebih banyak masalah yang begitu mencekik dengan waktu yang bersamaan seolah bagi Belsa tak adil jika semua harus ia hadapi sendiri bagaimana mungkin ia bisa menyeles...