5. B E L S A

5 2 0
                                    

Sepulang sekolah seperti apa yang dikatakan oleh Frega, Belsa dan temannya sudah berada di ruang musik dan suasana sudah cukup ramai entah ada apa hingga mereka dikumpulkan seperti saat ini. Jujur Belsa ingin pulang perutnya sudah meronta terlebih hari ini ia harus naik angkot karena kakaknya tidak bisa menjemputnya.

"mohon perhatiannya maksud kita mengumpulkan temen-temen semua disini karena kita akan mengadakan seleksi untuk dijadikan sebagai vokalis band yang akan mewakili lomba dua bulan kedepan saya harap temen-temen yang lain harap mempersiapkan diri" Bayu yang diketahui sebagai gitaris keren itu mulai memberi penjelasan untuk apa mereka dikumpulkan

"jadi karena awalnya kita mengambil 3 orang perwakilan dari 1 kelas, sekarang kalian pilih siapa yang kiranya kalian ajukan namanya untuk mewakili kelas kalian" Reyhan menambahkan penjelasan

Kini semua tampak bingung memilih siapa yang kiranya pantas, ruang musik terlihat riuh karena saling tunjuk menunjuk. Belsa hanya diam ia tak ada minat untuk mengikutinya terlebih ada Frega.

"Belsa lo yang ngewakilin kelas kita ya, barusan nama lo udah ditulis di daftar" Rizal membuyarkan lamunan Belsa

"lo gila gamau gue"

"baiklah bagi nama yang sudah ada di daftar kita anggap data yang fiks tidak ada perubahan, dan nama yang sudah ada silahkan besok istirahat kedua sudah ada di sini, terimakasih sudah meluangkan waktunya kalian boleh kembali ke rumah masing-masing" Bayu menutup pertemuan kali ini.

Belsa berjalan malas menuju halte sekolah ia tak yakin dapat masuk seleksi vokalis itu bahkan Belsa sudah tidak berniat mengikutinya. Belsa duduk sembari mengayunkan kakinya menunggu angkot yang ditunggunya datang.

"kenapa ga pulang?" suara berat itu sontak membuat Belsa mengangkat kepalanya

"nunggu angkot" jawabnya tak acuh

"rumah lo dimana" sekali lagi pria itu bertanya

"ga gue bawa, berat"

"mau nebeng?" tawarnya

"makasih" Belsa enggan menatap wajahnya

Frega meninggalkan Belsa tanpa sepatah katapun ia melajukan motor sportnya. Entah mengapa perasaan Belsa seperti tidak enak hatinya sakit ketika Frega tak lagi terlihat padahal dia sendiri yang menolaknya mengapa sekarang ia harus menyesal.

Tiba-tiba ada mobil berhenti di depannya Belsa seperti pernah melihat mobil hitam itu namun ia tak yakin, dan benar saja Renald keluar dari mobil itu dengan seragam SMA Garuda yang masih melekat di tubuhnya. Renald menghampiri Belsa yang duduk sendirian. Belsa tak minat berbicara dengannya jangankan berbicara menatap wajahnya saja ia enggan.

"kenapa belum pulang?" Renald bertanya dengan nada lembut dan ikut duduk di sebelah Belsa

Namun Belsa tak menjawab pertanyaanya

"ayo gue anterin pulang keburu gelap"

"ngapain lo disini" Belsa mulai bersuara

"gue sengaja lewat sini karena pengen jemput lo Bel"

"kenapa lo ga pernah paham, udah berapa kali gue bilang jangan pernah temui gue"

"Bel, gue tau lo sakit hati,lo kecewa. Oke lo boleh marah sama gue Bel tapi tolong ma'afin gue jangan diemin gue"

"Re berapa kali lo minta ma'af dan berapa kali gue ma'afin lo? Tapi lo selalu ngulangin buat yang kesekian kalinya Re apa lo pikir hati gue bisa lo permainin sesuka lo?" tak tau debu dari mana tiba-tiba saja Belsa menangis

"gue tau gue salah, untuk kali ini gue ga akan ngelakuin kesalahan lagi Bel plis ma'afin gue balik lagi sama gue" Renald memaksa Belsa dengan wajah memohon

"tinggalin gue Re gue mohon" Belsa mulai beranjak dari duduknya tangisnya seperti tak mau berhenti

"ga akan Bel sebelum lo mau nerima gue lagi"

"sebenernya lo beneran sayang sama gue apa cuma obsesi sama gue?"

"Gue beneran sayang sama lo Bel" Renald berusaha memegang tangan Belsa namun Belsa menepisnya

"tin tin" suara klakson yang berbunyi tiba-tiba membuyarkan perdebatan mereka sontak Belsa dan Renald menatap ke sumber suara

"Belsa pulang sama gue"

"siapa dia?" Renald menatap Belsa dengan tatapan yang menusuk

"kenalin gue Frega calon pacarnya Belsa"

"oh bagus, jadi bener karena ada cowok lain lo jadi kayak gini? Benerkan kata gue lo itu murahan Bel baru putus dua minggu dan lo udah dapet cowok baru? Haha dasar wanita munafik"

Seketika saja tangisnya seperti menjadi-jadi,hatinya bagaikan disayat oleh pisau yang tajam,harga dirinya seakan runtuh karena perkataan Renald yang membuatnya merasa tertampar.

"jaga mulut lo, Belsa wanita baik. Lo aja bro yang ga bisa mengharagai cewek jangan pernah kasar sama cewek bangsat lo" Frega mengangkat krah seragam milik Renald, Frega sudah mengambil ancang-ancang ingin memukul wajah Renald namun usahanya dicegah oleh Belsa

"gausah diladenin Ga kita pulang aja"

Frega dan Belsa meninggalkan Renald yang geram tangannya mengepal seperti menahan amarah. Sepeninggal Frega dan Belsa, Renald masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan yang tinggi fikirannya kacau seperti ingin marah namun tak tau harus berbuat apa.

Frega melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata wajahnya serius menatap jalanan yang sedikit padat ia tak mengeluarkan sepatah katapun. Sepertinya ia tak ingin mengganggu fikiran Belsa yang tengah kacau.

"rumah gue di perumahan belakang jalan veteran, rumah warna putih pagar hitam ada pohon cemara di depannya" Belsa memberi tahu letak rumahnya karena ia tahu Frega pasti tidak tau dimana rumahnya

Frega hanya menjawab dengan satu anggukan tanpa mengelurakan suara. 15 menit kemudian mereka sampai di depan rumah Belsa.

"makasih" Belsa tak berani menatap mata Frega

"gue pulang, besok pulang bareng gue dan ga ada penolakan"

Belum sempat Belsa menjawab Frega sudah melajukan motornya sepertinya Frega memang tak ingin dibantah. Belsa menghempaskan nafas panjang hari ini melelahkan menurutnya ia benci hari ini ingin rasanya ia segera tidur dan menjalani hari esok karena menurutnya hari jum'at menjadi hari favoritnya dimana hari dekat dengan weekend dan pelajaran yang santai.

***

Sorry absurd banget ya lagi badmood tapi pingin nulis wkwk jadi bingung, jangan lupa vote ya manteman

BelsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang