Kau Hujan Hujan yang Belum Reda
Kau huja hujan yang belum reda
Ingatkan aku pada rintik pertama
Lalu hembuskan aroma remah tanah
hembusku, tak sanggup lagi kau hirupHembusku tak mampu lagi
Bertemu pelukmu
Hanya bayang sebuah bayangAku tertawa
Kau meratap
Apa guna?
Kau rentangkan, teriakkan!Kau sebuah jiwa
Yang tak beda
Dari napas uap kopi
Diseduh pertamaParadoxina, Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Argumentasi Rasa Dan Implementasi Bahagia
PoetryIni persoalan rasa jiwa dan laksana bahagia. Dari puisiku Nikmati imajinasi duniamu Dari 2017-2018