Perkenalan #2

28 3 0
                                    

# Akas POV

Hey, guys. Kenalin, nama gue Akas Geraldine. Panggil aja Akas.
Umur gue 21 tahun, sekarang gue masih jadi mahasiswa jurusan Kedokteran.

Gue seumuran sama Hisa. Kami lahir di tahun, bulan, dan tanggal yang sama, selayaknya anak kembar. Bedanya, jam kelahiran kami yang berbeda.
Hisa lahir pagi hari, gue lahir sorenya. Lebih tua Hisa beberapa jam.

Ohya, kalian udah tau banyak tentang gue kan? Pasti si Hisa yang ngasih tau. Iya kan?

Berhubung kalian udah tau tentang gue, gue jadi gak perlu mengenalkan diri gue lebih jauh lagi ke kalian. Eittss, tapi gue tetep bakal kenalan ke kalian kok, tenang aja.

Seperti yang Hisa katakan, kami berdua pacaran. Udah cukup lama, sekitar 4 tahun.

Kalo ditanya tentang bosen, ya pasti bosen karna selama 4 tahun ini gue selalu sama cewek yang sama. Lalu gimana caranya ngilangin kebosanan dan bisa lanjut? Caranya cuma satu yaitu percaya. Kalo lo udah percaya kalo dia adalah jodoh lo, apa lo mau melepas dia? Gak kan? Begitu pula dengan gue. Gue merasa cocok sama Hisa, gue merasa kalo Tuhan menciptakan Hisa itu untuk gue, gue percaya kalo dia bakal jadi jodoh gue. So, rasa bosan itu akan hilang begitu aja. Karena gue sadar, dimasa depan, gue akan selamanya hidup sama Hisa.

Berbeda dari yang Hisa lakukan, disini gue gak akan menceritakan tentang susah dan senangnya punya Hisa. Karena menurut gue, memiliki Hisa aja sudah cukup. Gue gak perlu memberi tau tentang hubungan kami ke kalian.

Kata Hisa, gue penuh dengan kegilaan. Ya memang benar, tapi gak 100%. Karna disisi lain, gue juga bisa serius, gue juga bisa marah. Tentunya bukan marah ke Hisa. Tapi marah ke seseorang yang mungkin akan mengganggu Hisa. Gue juga bisa serius. Dari awal sama Hisa gue udah serius. Kalo gak serius, buat apa gue pertahanin Hisa selama 4 tahun ini?

Karna 4 tahun itu bukan waktu yang singkat. Butuh banyak perjuangan dan pengorbanan yang gue lakukan untuk mempertahan hubungan ini.

Semua itu gak mungkin bisa gue lakukan tanpa campur tangan Hisa. Disaat gue lelah, selalu ada Hisa yang buat gue tersenyum. Ada Hisa saat gue sakit, dia juga ada buat gue saat gue jatuh dititik terendah, saat orang lain sama sekali gak mau memandang gue. Hisa selalu ada.

Gue tau apa yang membuat gue jatuh cinta ke Hisa, yaitu karena dia adalah Hisa. Gue gak butuh alasan lain untuk mencintai Hisa. Selama dia masih menjadi Hisa, gue akan tetap mencintai dia.

Tapi, gue gak tau apa yang membuat Hisa mencintai gue. Gue gak punya apa-apa, tampang biasa aja, gue juga bukan pujangga yang pandai merangkai kata. Gue benar-benar hanya lelaki biasa.

Tapi, Hisa selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya ke gue. Entah itu tulus atau enggak. Gue gak peduli. Intinya, yang gue tau, Hisa sayang ke gue. Itu udah cukup.

Gue masih ingat saat gue nembak Hisa 4 tahun lalu.

Saat itu, kami kelas 2 SMA. Hisa ada di kelas IPS dan gue kelas IPA. Kami beda jurusan, tapi walaupun begitu, gue tau banyak tentang Hisa. Dia itu termasuk siswi yang cukup menonjol di sekolah. Salah satu prestasinya adalah memenangkan lomba desain poster tingkat Asia-Pasifik yang digelar di Jepang.

Selain memenangkan lomba itu, dia juga udah sering bolak-balik memenangkan lomba-lomba lainnya yang berhubungan dengan seni.

Gue nembak Hisa tanpa persiapan apapun, gue gak ngasih dia bunga, gue gak mengucapkan kata-kata romantis. Gue pikir Hisa bakal nolak gue tapi ternyata booooooom, dia nerima gue. Pengen rasanya langsung gue peluk, tapi gak berani karna kami baru jadian.

Waktu berjalan begitu cepat, tapi hubungan kami belum berjalan dengan baik. Kami masih canggung satu sama lain. Gue puter otak, cari cara supaya kami bisa berhubungan seperti selayaknya pasangan kekasih.

Tapi jujur, gue gak bisa romantis. Jadi gue cari cara lain. Gue berusaha melawak didepan Hisa, garing sih, tapi Hisa ketawa ngakak. Mungkin sejak saat itu gue jadi kebiasaan suka ngelawak didepan Hisa. Berawal dari lawakan garing yang membawa hubungan kami langgeng hingga sekarang.

Fyi, gue sebenernya bukan orang yang jago ngelucu di depan orang. Tapi entah kenapa, gue bisa dengan bebas bertingkah konyol dan gila di depan Hisa. Intinya, gue bisa jadi diri sendiri saat sama Hisa.

Hisa, aku sayang kamu.

Sengklek CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang