Dua

20 2 0
                                    

"Akas!"

"Apa?"

Akas heran, tumben Hisa memanggil namanya dengan nada manja. Biasanya kan teriak-teriak kaya ibu kos diakhir bulan.

"Akas ih. Ngadep sini, liat gue."

"Apa sayang?"

Malam ini, Akas dan Hisa tengah berada di sebuah taman.
Lampu kerlap-kerlip yang indah, bintang, bulan, langit yang hitam dan semilir angin malam menemani mereka.

"Lo tau kan gue ikut seleksi fashion design di kampus?"

Akas mengangguk, "iya, tau. Terus?"

"Salah satu karya yang gue kirim lolos. Gue harus menampilkan karya itu bulan depan."

"Waahh. Bagus dong. Selamat ya sayang."

"Tapi," ucap Hisa menggantung.

"Tapi apa?"

"Yang lolos itu desain baju cowok. Gue gak punya model cowok buat pake baju itu. Lo mau ya jadi model baju gue?"

"Gue?" Akas menunjuk dirinya sendiri dengan heran.

"Iya, lo. Please, mau ya?" Hisa menarik-narik lengan baju milik Akas.

"Gue mana bisa jadi model?"

"Please."

"Gue gak bisa, Sa."

Hisa menghela nafas berat, "kata orang, sebuah pakaian akan terlihat indah saat proses menggambarnya sambil membayangkan orang yang disayang memakai pakaian itu. Saat gue gambar baju itu, gue sambil bayangin lo. Gue yakin 100% baju itu akan cocok di lo," ucap Hisa kukuh. Ia berusaha meyakinkan kekasihnya agar ia mau menjadi model pakaiannya.

"Gue boleh liat gambarnya dulu?"

"Boleh, bentar," Hisa mengeluarkan ponsel dari tas slempang miliknya. Ia menunjukan sebuah desain pakaian pria pada Akas.

"Gimana?" tanyanya.

"Gimana ya? Gue gak cocok pake baju ginian, Sa."

"Tapi siapa lagi yang mau pake kalo bukan lo?"

"Emmm," Akas berpikir.
"Gimana kalo gue bantu cariin modelnya aja?"

Hisa cemberut, "gue gak punya uang buat bayar model, Akas. Kalo cari modelnya si gampang. Duitnya itu yang gak ada."

"Lah trus?" Akas kembali bertanya.

"Lo yang jadi model ya, please."

"Gue gak bisa jalan di catwalk."

"Gue ajarin. Yang penting lo mau jadi modelnya."

"Ada syaratnya."

"Apa?"

Akas menatap Hisa dengan tatapan penuh arti, "cium dulu."

"Aaahhh, gak mau."

"Buruan cium dulu," dengan tak tahu malu, Akas menyodorkan pipinya pada Hisa.

"Gak mau."

"Yaudah, gue juga gak mau."

Akas berpaling, ia menatap arah lain dan bersedekap tangan. Pura-pura ngambek.

"Akas, please," lagi-lagi Hisa menarik-narik lengan bajunya.
"Nanti kalo menang, hadiahnya kita bagi dua."

"Kalo gak menang?"

"Ya mau gimana lagi. Mau ya, Kas?"

Akas menggeleng, "ogah."

"Akaaaas."

Sengklek CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang