Hisa bercermin, melihat tatanan rambut dan riasan wajahnya.
Malam ini, Hisa yang ditemani oleh sang pacar, Akas, akan berangkat ke acara pernikahan teman semasa SMA mereka, Ani.
Hisa memakai dress brukat sebetis berwarna biru tua dan Akas memakai pakaian formal tapi masih terlihat santai. Ia mengenakan kaos pendek hitam yang dibalut jas kotak-kotak berwarna abu dan celana hitam.
"Nanti jangan malu-maluin gue pas dikondangan," ucap Hisa, setelah itu memoles bibirnya dengan liptint merah.
"Iya. Yang ada mah gue yang malu."
"Loh kok?"
"Gini ya, Sa. Gue kan ganteng nih, masa ke kondangan bawa ondel-ondel kayak lo."
"Wah, kepala lo minta digetok pake palu?" kan mulai lagi mereka. Ribut terooos.
"Pake batako aja biar kepala gue remuk sekalian."
"Oke, besok gue cariin batako buat ancurin kepala lo yang isinya gak beres itu."
"Hehe."
"Apa lo ketawa?"
"Lo lucu kalo marah."
"Apasih?! Gak mempan rayuan kayak gitu."
"Ini fakta sis."
"Udah ah buruan. Ntar telat."
"Siap bu bos. Berangkat."
Akas menginjak pedal gas, melajukan mobilnya ke tempat acara berlangsung.
♦♦♦
"Ani, aaanii."
"Kas?"
"Hm?"
"Please, jangan buat gue jadi pengen bunuh lo."
"Kenapa?"
"Lo ngapain nyanyi begituan? Ya ampun!"
"Lo tenang aja sih, Sa. Pacar lo ini gak bakal bikin malu kok."
"Awas lo kalo sampe kejadian waktu itu keulang lagi."
"Iya-iya."
Jadi, waktu itu sekitar beberapa bulan yang lalu Akas dan Hisa pergi ke kondangan. Di sana itu Akas gak bisa diem, dia heboh banget liat temennya nikah sampe Akas gak sengaja narik taplak meja dan numpahin semua yang ada di atas meja itu.
Ya gak dimarahin sama yang punya acara sih, tapi Hisa malu. Karna saat itu mereka jadi pusat perhatian gara-gara kejadian itu. Akas sih santai, ia masih bisa ketawa-ketiwi, tapi Hisa? Demi apapun Hisa rasanya ingin ditelan bumi saja saat itu.
Mungkin sejak kejadian itu Hisa jadi sedikit trauma jika mengajak Akas pergi ke acara yang terdapat banyak orang.
"Gue mau datengin pengantinnya," ucap Hisa, ia menarik tangan Akas untuk mengikutinya.
"Aniiiiii," Hisa sedikit berlari. Ia memeluk Ani, memeluknya erat.
"Asem lo berhasil nikah ngeduluin gue. Padahal dulu pas suit siapa yang duluan nikah lo kan kalah. Eh nyatanya malah lo yang nikah duluan."
"Iya nih, Sa. Jodoh gue deket. Baru umur segini gue udah nikah."
"Tapi gak pa-pa lah. Selamat ya."
"Makasih, Hisa," mereka kembali berpelukan.
"Nanti kalo udah nikah jangan nangisan lagi. Apa-apa nangis. Aw."
Ani mencubit pinggang Hisa, "jangan bongkar rahasia gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sengklek Couple
Teen FictionBerkisah tentang kegilaan sepasang kekasih. . . . Start 23 Agustus 2018