Kisah 2 - Tragedi UKS

22 1 0
                                    

Senin bukanlah hari yang menyenangkan terlebih untuk setiap siswa di penjuru bumi. Bahkan bagi Zikri yang memiliki hidup sesempurna bunga lotus di tengah kolam ikan, tak semudah itu untuk mengakuinya. Flag Ceremony yang jadi momok mengerikan ditambah jam pelajaran yang lebih panjang dari hari-hari biasanya. Jangan terlalu sering berharap adanya briefing. Bila beruntung sekalipun itu hanya akan diadakan setiap Senin di awal bulan dan ini adalah Senin di bulan April. Layaknya judul anime romance remaja bertajuk Shigatsu wa Kimi no Uso atau Your Lie in April menjadi pilihan terbaik untuk mengakui setiap kebohongan. Toh, bila sang pujaan tak tewas sebelum kamu mendapatkannya.

Dipikiran Zikri yang tengah berbaris di antara kumpulan anggota OSIS kelas X. Berseragam Almamater OSIS yang dibelinya seharga Rp 250.000,00 itu yang menjadikannya terlihat lebih tinggi beberapa anak tangga dari siswa yang turut berbaris di Ceremony Field sekolahnya. Mengeluarkan aura yang benar-benar berbeda dari setiap sudut barisan siswa yang turut berkeluh kesal. Tak hanya sampai di situ. Dari 811 siswa yang terbagi menjadi 29 rombongan belajar dengan 3 jurusan di setiap penjuru barisan, hanya ada satu hal yang membuatnya begitu tak bisa fokus pada pembicaraan pembina yang kebetulan adalah Kepala Sekolah. Seorang gadis yang tengah berdiri kepanasan terpapar sinar UV di barisan lokal X IS B.

"Pak Kepsek pakai jadi pembina. Kan jadi lama upacaranya." Alana yang jengah berbisik pada Winda yang berbaris di sebelahnya.

"Diem!" Winda menginjak kaki Alana sontak membuat wajahnya memerah bak tomat.

"Sakit tahu....."

"Udah diem aja. Itu muka lu kenapa merah. Kaya tomat tahu." Menahan tawa.

"Gua pingsan aja ya." Kata Alana.

Mata Alana mulai berkunang-kunang. Pijakannya mulai goyah. Tubuhnya rebah tepat ke arah Winda.

"Waduh, pingsan beneran nih. Tolongin dong." Katanya memanggil beberapa anak Bantara yang siaga di balik barisan.

Zikri tersadar. Sosok Alana kini tak lagi ada di barisannya.

"Kemana dia?" Melihat ke semua barisan.

Matanya melirik ke kiri barisannya. Di sana 4 orang Bantara yang terdiri dari Putra, Riki, Andra, dan Doni yang tengah membawa tandu berwarna hijau dengan seorang gadis tergeletak lemah di atasnya.

"Ya ampun, Alana..." Zikri sontak berlari menghampiri Alana.

***

Di UKS. Di sana terduduk santai Bu Nurul dengan catatan harian yang tak akan pernah berakhir hingga masa pensiunnya. Timbangan berat badan, buku-buku budidaya tanaman, obat-obatan tersusun rapi di lemari-lemari yang berdiri kokoh memagari sepanjang dinding di ruangan. Dua bilik yang disediakan kala ada pasien yang memutuskan maupun diputuskan untuk beristirahat. Tapi jangan salah, bila bukan benar-benar karena alasan sakit jangan harap untuk menginjakkan kaki di ruangan serba steril ini, bahkan bagi anggota UKS sendiri. Ketua UKS sendiri, Andi, bahkan tak akan pernah mau menginjakkan kaki di ruangan itu−kecuali benar-benar mendesak.

Alana yang tampak tengah terduduk dengan lemasnya di sofa yang terpajang di salah satu sudut ruang. Zikri muncul dari balik pintu sontak membuat Bu Nurul tersedak air liurnya sendiri. Memukulkan tangannya yang besar ke permukaan meja kayu yang malang dan menciptakan suasana gaduh oleh ulahnya sendiri.

"Apa-apaan kamu ini. Kalau mau masuk permisi dulu. Ini bukan tempat untuk main-main. Untung yang sakit udah siuman, kalau belum gimana coba."

"Iya maaf bu. Saya mau menemui Alana."

"Lu kenapa sih Zikri. Hampir buat gua malu dilihat siswa satu sekolah." Cetus Alana tampak kesal.

Zikri tersenyum kemudian mendekatinya. Alana bergeser beberapa senti. Zikri yang duduk berseberangan dengannya hanya memandang meski dibalas dengan tatapan jijik khas milik seorang gadis berkaca mata yang selama ini jadi incarannya.

Paper & ScissorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang