BAGIAN 6

3K 91 0
                                    

Pradya Dagma atau Pendeta Murtad dari Selatan mengebutkan tasbih mutiaranya. Setiap kebutan menimbulkan suara mendem bagai angin topan. Tatra Pari yang sudah merasakan sabetan tasbih mutiara itu tak sungkan-sungkan lagi. Dicabut pedangnya kembali, lalu diserangnya lawan ke bagian-bagian yang mematikan.
Namun pendeta cebol itu dengan gesit dapat menghindar dari sabetan dan tusukan pedang lawannya. Bahkan dibalasnya serangan-serangan Tatra Pari dengan tasbih mutiaranya. Dalam waktu singkat mereka telah melampaui sepuluh jurus.
Sementara itu pertarungan lain masih terus berlangsung sengit. Pertarungan antara Kala Srenggi dengan Langlang Pari telah berlangsung di luar kedai. Disusul oleh Kanta Pari, Dadap Pari, dan Baga Pari yang bertarung melawan Tiga Serangkai Rantai Baja.
"Jangan lari, Pendeta Murtad!" seru Tatra Pari melihat Pradya Dagma melompat menembus atap kedai.
Tatra Pari mengikutinya. Di atas atap kedai mereka kembali bertarung. Saka Lintang yang kini sudah berada di l uar kedai, mengawasi pertarungan tanpa mengedipkan mata. Hatinya agak khawatir melihat salah seorang dari Tiga Serangkai Rantai Baja terpojok melawan Baga Pari.
Hingga tiba-tiba:... "Crab!"

Pedang Baga Pari menembus lawannya. Darah muncrat bersamaan dengan limbungnya salah satu dari Tiga Serangkai Rantai Baja. Tanpa bersuara sedikit pun, orang itu ambruk tidak bergerak lagi
Baga Pari berdiri tegang dengan pedang tergenggam erat di  tangan kanannya. Ujung mata pedangnya berlumuran darah. Saat matanya melihat Tatra Pari bertempur melawan pendeta cebol itu, hatinya terkesiap. Pendeta Murtad dari Selatan bukan tandingan Tatra  Pari.  Kecuali jika  mereka berlima bersama-sama menghadapi pendeta itu.
Namun sebagai pendekar sejati, Baga Pari tidak mau berlaku curang Dia hanya memperhatikan saja setiap gerakan lawan. Bibirnya tersungging melihat saudaranya masih mampu menandingi pendeta cebol itu.
"Aaaakh...!"
Tiba-tiba terdengar jerit melengking disusul ambruknya seorang lagi dari Tiga Serangkai Rantai Baja yang melawan Dadap Pari. Dari dadanya yang koyak, menyembur darah segar. Dadap Pari melompat menghampiri saudaranya yang lebih dulu menyelesaikan pertarungannya. Mereka berdiri berdampingan dengan dada bergerak turun naik Pedang berlumuran darah masih tergenggam.
Dilihat dari  tingkatannya, memang Lima  Pari Emas bukanlah tandingan Tiga Serangkai Rantai Baja. Tidak  sampai sepuluh jurus,  dua  dari  Ti ga Serangkai itu telah tewas. Dan kini....
"Mampus!" "Akh!" Kanta Pari segera melompat mendekati dua saudaranya setelah menyelesaikan pertarungannya. Tuntas sudah Tiga Serangkai Rantai Baja! Kini hanya Langlang Pari yang berhadapan dengan Kala Srenggi, dan Tatra Pari yang bertarung di atas atap melawan Pendeta Murtad dari Selatan.
Pertarungan mereka telah sampai pada tingkat yang paling genting. Langlang Pari telah mengeluarkan jurus Jurus andalannya. Kala Srenggi tak kalah dengan mengeluarkan jurus 'Pedang Kembar' nya. Tubuh mereka telah tergulung oleh sinar pedang sehingga seperti tak nampak lagi.
Tiba-tiba Kala Srenggi mencelat ke atas. Setelah bersalto tiga kali di udara, dijejakkan kakinya  di tanah sejauh dua tombak. Dengan sigap tangannya memasukkan pedang kembar ke dalam sarungnya. Segera dinaikkan tangannya ke atas, lalu turun per- lahan-lahan, dan berhenrj sejajar di ketiak.
"Racun Merah...," desis Langlang Pari.
Tiga saudara Langlang Pari yang tengah memperhatikan, terkejut melihat Kala Srenggi mengeluarkan jurus 'Aji Racun Merah'. Langlang Pari segera memasukkan pedangnya. Bergegas dirapatkan kedua telapak tangannya ke depan dada. Sesaat  kemudian  tubuhnya  telah menggigil seperti orang kedinginan.
Langlang Pari  mengeluarkan  aji  pamungkasnya. Suatu ajian yang jarang dikeluarkan kecuali terpaksa. Melihat Kala  Srenggi  mengeluarkan 'Aji Racun Merah'nya, tiga dari Lima Pari Emas segera berpegangan  tangan.  Ujung  pedang  mereka satukan, lalu diarahkan ke Langlang Pari.

Dari ujung pedang yang menyatu, keluar cahaya kuning keemasan. Cahaya itu segera menerpa Langlang Pari. Tiba-tiba tubuh Langlang Pari bergetar, dan secara perlahan-lahan berubah menjadi keemasan. Setelah tubuh Langlang Pari berubah warna, segera tiga saudaranya itu menurunkan pedangnya.
Bukan  hanya  Kala  Srenggi  yang terkejut. Saka Lintang  pun  terkesiap melihat ilmu yang djkeluarkan Lima Pari Emas. Sementara itu telapak tangan Kala Srenggi juga telah bembah merah. Disalurkan seluruh tenaga dalamnya setelah dia tahu kalau lawan  mengerahkan  'Ajian  Pari  Emas' yang sangat dahsyat.
Kejadian itu tak luput dari perhatian Pradya Dagma dan Tatra Pari sehingga pertarungan mereka terhenti dengan seketika. Pradya Dagma segera meleompat turun dan mendarat di samping Saka Lintang. Sementara Tatra Pari telah berdiri di antara saudara-saudaranya.
"Hiyaaa...!"
Dengan satu teriakan melengking, Kala Srenggi melompat bagai kilat menyambar menerjang' Langlang Pari. Bersamaan dengan itu Langlang Pari pun tak kalah gesitnya. Tubuhnya melompat menerjang. Dalam sekejap mereka bertemu di udara.
Ledakan dahsyat pun terjadi ketika dua telapak tangan mereka bertemu. Tubuh Kala Srenggi terlontar ke belakang dengan keras. Dia lalu dengan cepat bangkit. Lain halnya dengan Langlang Pari. Tubuhnya hanya terdorong-sedikit, dan dengan mulus kakinya terjejak di tanah.

1. Pendekar Rajawali Sakti : Iblis Lembah TengkorakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang