3

654 101 5
                                    

Weekend aku selalu bersemangat dengan hari ini, aku bisa melakukan semua yang kusukai saat libur.

Tapi yang membuatku lebih bersemangat adalah kencan bersama Shintarou senpai.  

Aku sudah siap dengan setelan casual dan rambut yang biasa ku kuncir dua (twintail).

Kami janji bertemu jam 8.30 pagi di stasiun, tapi karena terlalu bersemangat, aku menunggu 30 menit sebelum waktu yg di tentukan.

Aku duduk di bangku sambil membayangkan apa yang akan kami lakukan nanti. Apa Shintarou senpai sudah mengaturnya atau aku yang harus mengajaknya berkeliling seperti yang biasa aku lakukan.

Ini kencan pertama kami, jadi aku agak sedikit gugup. Aku jadi melihat jam berkali-kali saking gugupnya. Haaaahhh~~ Seharusnya aku bersikap biasa saja kan. Menyebalkan sekali.

"(Name) kau sudah lama menunggu?"

Aku menoleh kearah asal suara dan menemukan Shintarou senpai berdiri disampingku. Dia sangat tampan dengan pakaian biasa, maksudku ini pertama kalinya aku melihat senpai tanpa seragam sekolah dan seragam basketnya.

"O-oi berhenti menatapku seperti itu. Kau membuatku tidak nyaman. Nanodayo"

A-aah aku yang terlalu terpesona olehnya malah jadi menatapnya terlalu lama. Aku jadi malu, kurasa pipiku memerah sekarang.

"Hehee gomen senpai. Jadi kita akan kemana dulu?"

Shin senpai tidak menjawab, dia hanya berjalan mendahuluiku dan aku mengikutinya dari belakang.

Tujuan utama kami adalah toko barang antik. Tentu saja untuk mencari benda keberuntungan untuk Shin senpai.

Awalnya kupikir Shin itu tipe orang yang realistis dan tidak akan percaya pada hal-hal seperti ramalan dan apalah itu.

Ternyata benar penampilan memang bisa menipu, Shin senpai itu nyaris sempurna. Dia pintar, jago main basket, dan tampan minus kebiasaan anehnya yang suka membawa benda-benda yang dia sebut lucky item.

Yaaah, lagipula tidak ada manusia yang sempurna bukan.

Aku termenung sampai-sampai tidak menyadari jika Shin sudah selesai membeli barang yang dia butuhkan dan sudah berada diluar tanpa memberitahuku.

"O-oi (Name) cepatlah, ji-jika tidak aku akan meninggalkanmu nanodayo."

Ada perasaan tidak nyaman ketika Shin mengatakan bahwa dia akan meninggalkanku. Seperti sebuah isyarat untuk hubungan kami, jika aku lengah sedikit saja maka dia akan benar-benar meninggalkanku.

"Ha-hai' senpai."

Aku berlari untuk mengejar langkah Shin agar tidak tertinggal.

Kami pergi ke toko buku, Shin bilang dia ingin membeli buku untuk referensi belajarnya. Aku? Aku tentu saja tidak terlalu peduli, belajar membuatku pusing dan terasa sangat menyebalkan.

Aku selalu mendapatkan omelan dari Shin ketika dia mengajariku bersama Taka-chan. Dia akan berlagak sok keren dengan menggeser kacamatanya dan berkata seperti ini:

"Ka-kau harus rajin belajar dan memperbaiki nilai-nilaimu. Karena aku tidak suka berpacaran dengan gadis yang bodoh, nanodayo."

"Ja-jangan salah paham, aku mengatakan ini agar kau mendapat motivasi untuk belajar. Bukan karena aku menyukaimu. Nanodayo!"

Dan setelah itu dia akan ditertawakan oleh Taka-chan karena wajahnya yang memerah.

Setelah cukup lama berkeliling, aku melihat kedai es krim. Dicuaca panas seperti ini, aku jadi merasa haus dan lapar.

Aku menoleh kebelakang untuk mengajak Shin membeli es krim. Tapi, 

Eh? Dimana dia?

Shin sudah tidak ada disebelahku. Sedikit menyebalkan karena dia justru tidak mengatakan padaku, dia akan kemana.

Hei!! Ini kencan kan? Seharusnya dia bilang padaku jika dia akan ketoilet atau apa pun. Ya sudah aku membeli es krimnya sendiri saja.

Aku berjalan ke kedai untuk membeli es krim. Terlalu ramai dan beberapa anak laki-laki bertubuh tinggi mulai mendekat kearahku.

Astaga, aku sering melihat anak-anak tinggi seperti mereka di tim basket dan voli tapi mereka terlihat berbeda dan agak menyeramkan. Perasaanku jadi tidak enak sekarang.

"Yoo! Chibi-chan kau ingin es krim? Kenapa pergi sendiri? Bagaimana kalau ikut dengan kami saja."

Salah satu dari mereka mulai memegang tanganku. Astaga aku takut. Aku berharap Shin ada disampingku sekarang. 

Aku menutup mataku rapat-rapat karena hanya ini yang bisa kulakukan sekarang. Ini menakutkan, rasanya ingin menangis.

Plakk!!

"Menjauh darinya atau aku akan memanggil polisi nodayo."

Aku membuka mata dan melihat Shin sudah berada didepanku, menghalangi mereka dari penglihatanku.

Aku tidak tau apa yang terjadi pada mereka tapi yang terdengar hanya bisikan-bisikan dan mereka menjauh dari kami.

"Satu hal lagi, jika kalian punya harga diri. Jangan pernah menyentuh milik orang lain."

Shin berbalik dan menghadap kearahku. Ekspresinya sulit ditebak dan aku terlalu takut untuk bertanya. Dia pasti akan marah padaku karena tadi aku tidak menunggunya kembali lebih dulu.

Shin hanya diam dan menggenggam tanganku erat berjalan kearah sebuah restoran cepat saji.

"Waah, Midorima-kun. Jadi kau berangkat pagi-pagi sekali tadi karena akan berkencan ya."

Aku menoleh ketika mendengar suara lembut dari seorang gadis. Aku melihat Sasahara-senpai bersama seorang pria berambut merah. Kalau tidak salah namanya adalah Akashi.

Aku beberapa kali melihatnya di majalah olahraga. Ternyata dari dekat dia terlihat jauh menyeramkan. Dan jujur saja aku takut melihat tatapan matanya.

Jika tatapannya dapat membunuh, maka aku akan mati didepannya.

"Aaahh, Ternyata lebih cepat dari dugaanku ya Shintarou. Tapi jika kau tetap seperti itu yang dalam genggaman sekalipun akan pergi. Tanpa kau sadari."

Akashi menatapku sambil menyeringai dan itu membuatku bingung sekaligus takut. Aku mengalihkan pandanganku pada Shin.

A-are Shin jadi terlihat menyeramkan. Pandangannya seolah mengatakan pada Akashi untuk tidak mengatakan apapun lagi.

"Hn."

Shintarou membawaku keluar restoran tanpa mengucapkan apa pun pada Akashi dan Sasahara-senpai.

Walaupun aku lapar tapi aku merasa lega karena menjauh dari Akashi. Akashi terlalu menakutkan dan aku tidak suka caranya memandang orang lain. 

***

Shin mengantarku sampai didepan Apato ku, kami tidak berbicara apa pun setelah pertemuan kami dengan Akashi. Dan aku pun tidak berani bertanya tentang kalimat Akashi juga tentang Sasahara-senpai.

"(Name), ini untukmu."

Shin memberikan sepasang jepitan rambut kecil dengan hiasan kelinci padaku. Aku tidak tau kapan dia membelinya.

"Ka-kau harus selalu memakainya karena itu dariku nodayo."

Aku tersenyum lalu memeluknya erat. Shin selalu membuatku bingung tentang perasaan yang sebenarnya padaku.

Tapi aku ingin selalu menikmati saat-saat seperti ini dengannya.

"Arigatou Shin-senpai. Suki desu"

🐣🐣🐣

OLS Series (Midorima x Reader) -KnB-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang