5

11.3K 1.8K 84
                                    

Pdf bisa order di wa +62 822-1377-8824 ( putri) atau wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Sudah ada di kbm app dan karyakarsa.

Untuk ebook bisa di beli di playstore buku.

****



"Bi Inggrid kan?" Kano sedikit terkejut tenyata di depannya berdiri sosok tidak asing sangat ia kenali yang sudah lama tidak bertemu lagi.

"Tuan kano!" Kata wanita tua itu respon memeluk Kano tanpa sungkan karena terlalu senang tapi setelah ia menyadari secepatnya menjauh meminta maaf atas sikapnya tapi Kano tidak mempermasalahkannya malah memeluk wanita itu sekali lagi.

"Ini rumah bibi?" Tanya Kano.

"Iya tuan, sejak bibi tidak bekerja di rumah nyonya besar, bibi tinggal di sini." Jawab bibi Inggrid.

"Padahal papa sama mama menyayangkan bibi berhenti bekerja, terutama mama dia kesepian tidak ada teman ngobrol." Kata Kano.

"Tuan berlebihan, maunya saya juga bertahan di kota tapi rumah di sini tidak ada yang mengurus sejak kakak saya meninggal jadi bibi putuskan untuk menetap di sini." Jelas bibi Inggrid.

"Aku tau itu bi, mama pernah mengatakan pada ku."

"Begitu lah tuan, dan bibi senang tuan di sini tapi kenapa bisa tuan tau rumah bibi?"

"Aku liburan di sini hanya sebentar sih, kebetulan aku mencari alamat ini, taunya nyasar ke rumah bibi." Kata Kano menyodorkan kertas tertera alamat pada wanita paruh baya itu.

"Ini alamat rumah Caera."

"Bibi kenal, dia pelayan di villa dimana aku menginap."

"Kenal, rumahnya tidak jauh dari rumah bibi, tuan Kano mau kesana?"

"Ya..bisa bibi bisa antarkan kalau tidak merepotkan."

"Apa yang tuan katakan, tentu tidak merepotkan, ayo tuan ikuti bibi."

"Apa kita gunakan mobil bi." Kata Kano saat bibi Inggrid melangkah laju keluar dari rumah menyusuri tepi jalan.

"Tidak perlu tuan jaraknya dekat kok." Kata bibi Inggrid di balas anggukan Kano.

Sampai mereka di teras rumah sederhana bahkan terlalu sederhana yang kayunya sudah kropos di makan usia.

Kano memperhatikan sekeliling sampai ke atas langit teras, hatinya sedikit miris baginya rumah ini tidak layak di huni.

"Caera!" Panggil bibi Inggrid mengetuk pintu pelan.

Tidak lama pintu terbuka, Caera yang mengenakan daster dengan rambut di ikat asal berdiri di ambang pintu menyapa lembut bibi Inggrid tapi mimik wajahnya pias seketika saat tatapannya terfokus pada Kano yang masih belum menyadari keberadaannya.

"Caera, ini tuan Kano ingin bertemu dengan mu." Kata bibi Inggrid hingga barulah Kano menyadari membalas tatapan Caera.

Deg

Raut wajah Kano pun sama, wajah tampan yang menyiratkan keterkejutan luar biasa.

"Kau!" Bisik Kano.

Bibi inggrid hanya melirik bengong keduanya.

Keringat dingin mengalir di pelipis Caera ia menggengam tangannya yang bergetar.

"Bibi aku mau bicara dengan dia bedua, bisa tinggalkan kami." Kata Kano tidak lepas menatap Caera dalam.

"Te...tentu." buru buru bibi Inggrid berbalik pergi tidak sempat lagi pamit pulang pada Caera.

Entah apa yang terjadi dengan keduanya, tapi bibi Inggrid percaya Kano pria yang baik tidak akan berbuat macam macam pada Caera.

Kaki kano mendarat satu langkah dan Caera memudurkan langkahnya.

"Jadi ini kenapa sewaktu di villa kamu menghindar dengan ku, sampai rela masih mengenakan masker dalam keadaan basah." Sindir Kano.

Caera merunduk, meneguk salivanya dengan kegugupan yang sangat luar biasa.

"Maaf tuan saya tidak mengerti maksud tuan." Kata Caera.

"Tidak mengerti atau pura pura menutup mata dengan kehadiran ku." Kata Kano mengeraskan suaranya hingga Caera terkejut sampai ia tidak bisa memundurkan tubuhnya karena terhalang kursi kayu dan saat Kano menghimpitnya Caera terjatuh duduk, kepalanya menengadah memohon pada Kano.

"Apa yang anda inginkan sebenarnya?" Tanya Caera dengan pandangan berkaca kaca.

Kano mengeraskan rahangnya, sungguh biasa tanggapan Caera pada dirinya dan pertanyaan Caera berhasil menyulut kemarahannya yang masih tertanam sejak lima tahun lalu.

Kano sangat kecewa pada Caera, wanita ini yang di tidurinya hanya satu malam tidak meninggalkan jejak apapun, salam perpisahan pun tidak ada sama sekali, menghilang begitu saja dan Kano merasa tidak di hargai.

"Kamu seperti wanita nakal, lima tahun lalu datang dan pergi sekejap seperti tidak bersalah sedikit pun, bahkan kita di pertemukan kembali kamu tidak ada penyesalan untuk meminta maaf padaku." Kata Kano menyentuh bahu Caera dengan kedua tangannya sedikit meremasnya.

Caera semakin bingung, seharusnya Kanolah meminta maaf atas kejadian lima tahun lalu yang menyeretnya dalam hubungan satu malam tapi kenapa malah sebaliknya pria ini menyalahkannya.

"Kenapa aku harus minta maaf!" Kata Caera mulai kesal menepis tangan Kano di bahunya.

"Karena...karena kau meninggalkan ku, kenapa kau pergi begitu saja?"

Caera membuang nafasnya jengah melalui mulutnya.

"Anda gila atau tidak waras tuan Kano, kita bahkan tidak saling kenal terlibat dalam hubungan..." Ucapan Caera tersendat.

"Dalam hubungan sesaat bahkan hanya hitungan jam, kenapa aku pergi...ku pikir kita tidak terikat apapun."

Kano menyipitkan matanya memperhatikan Caera, memilih tidak membalas ucapan Caera, ia berbalik ingin pergi.

Apakah Kano marah. batin Caera menatap punggung Kano yang ingin keluar dari rumahnya.

"Mama!"

Caera dan Kano bersamaan menoleh pada Zio dan Maura berdiri di ambang pintu kamar.

Keduanya menatap ke arah Kano, sedikit waspada saat Kano membalas tatapan mereka.

Caera bangkit dari tempat duduk, dengan cepat mendorong Kano keluar dari rumahnya.

"Anak anak ku sudah bangun jadi aku harus memberikan mereka makan, jadi sebaiknya tuan pergi."

Kano mengernyit kan keningnya atas sikap Caera yang mengusirnya sedikit kasar.

"Tidak perlu kau mengusirku." Bentak Kano jengah.

Caera tidak peduli ia berbalik ingin masuk.

"Sore kau harus datang ke villa siapkan makan malam untukku." Kata Kano.

"Bukan nya anda ingin makan di luar.", Kata Caera menoleh pada Kano.

"Aku berubah fikiran." Kata Kano sambil berjalan menjauh.

"Pria itu." Gumam Caera lelah.

One SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang