14

7.1K 1.6K 75
                                    

Pdf bisa order di wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Untuk ebook bisa di beli di playstore buku. Ketik pencarian Aqiladyna atau judulnya

Bisa juga di baca di kbm app ikuti Aqiladyna. Cerita lengkap di sanaPdf bisa order di wa  ‪+62 895‑2600‑4971‬

Selesai pulang dari pesta Caera tidak bisa tidur, ia masih kefikiran tentang Kano yang memperkenalkan Caera pada rekan kerjanya sebagai calon istri Kano, tentu hal itu membuat Caera sedikit salah tingkah, ia pun tidak bertanya apakah ucapan Kano benar adanya karena Caera takut.

Caera takut berharap pada hal yang tidak semestinya ia fikirkan atau mimpikan sekalipun, karena Caera tidak pantas bersanding dengan Kano, dia bukan Caera yang dulu punya segalanya, Caera hanya seorang janda dengan dua anak sedangkan Kano sosok pria yang belum menikah, ketampanannya dan kekayaaan Kano punya pasti bisa memikat hati perempuan lebih berkelas yang sepadan dengan Kano.

Caera menyentuh dadanya yang terasa sesak bila memikirkan Kano suatu saat bersama dengan wanita lain.

Ada apa dengan dirinya, atau kah ia mencintai Kano secara tidak sadar tapi kenapa terlalu cepat perasaan ini tumbuh.

Mungkin Caera bodoh karena perasaan cintanya sudah tumbuh saat ia dan Kano pertama kali bertemu di club lima tahun lalu dan tidak pernah pudar.

Air mata Caera menetes andai lima tahun lalu ia tidak bertemu dengan Kano atau andai ia belum menikah mungkin takdir hidupnya akan berbeda tidak seperti ini, banyak hal Caera lewati setelah menikah terlebih mendiang suaminya meninggalkan dirinya dengan mengakhiri hidup, sempat Caera depresi dan berfikir singkat untuk ikut bunuh diri tapi niatnya urung saat menatap kedua buah hatinya. Siapa lagi bukan Caera yang merawat mereka kalau Caera tidak ada.

Caera menangis tersedu setiap ia rapuh selalu di tatapnya wajah Zio dan Maura karena buah hatinya lah pelita penerang hatinya yang kadang meredup dan teramat lelah.

Kini hadirnya Kano mengubah jalan hidup Caera, Kano memberi penerang yang teramat nyata untuk Caera dan kedua buah hatinya.

Caera tidak akan mengharap banyak, cukup seperti ini Caera sudah bersyukur.

Tok tok tok

Pintu kamar Caera di ketuk tidak sabaran dari luar bibi Hami memanggil namanya, Caera mengerutkan keningnya ia beranjak bangun dari tempat tidur melangkah membuka pintu menatap bibi Hami yang memucat.

"Ada apa bi."

"Caera, suhu badan Maura sangat panas kita harus telpon dokter." Kata bibi Hami.

Raut wajah Caera pias, ia berlari menuju kamar putrinya menatap Maura yang berbaring di atas tepat tidur tanpa mau membuka matanya, Caera menyentuh kening Maura yang suhunya sangat panas.

"Dokter mana yang harus aku hubungi bi?" Tanya Caera panik menoleh pada bibi Hami yang barusan menyusul.

"Biar bibi telpon tuan Kano dulu." Sahut bibi Hami berbalik cepat keluar dari kamar.

Caera tidak tinggal diam, ia ke dapur mengambil air hangat dan kain dan kembali ke kamar Maura meletakan kain yang basah di dahi Maura.

"Bu, Maura kenapa?" Tanya Zio yang terbangun bocah itu terlihat masih mengantuk melangkah terhuyung mendekati Caera.

Caera meraih Zio kedalam pelukannya mengecup pucuk kepalanya lembut.

"Maura cuma demam, doain moga demamnya cepat turun, sekarang Zio tidur lagi, kan besok sekolah." Kata Caera di balas anggukan Zio yang mengecup pipi Caera dan kembali ke kamarnya lagi.

Bibi Hami memasuki kamar mendekati Caera.

"Sebentar lagi dokter datang dan tuan Kano akan kemari juga." Kata bibi Hami memberitahu Caera.

Kadang Caera tidak enak hati seharusnya ia tidak menganggu Kano saat larut malam begini, tapi Caera tidak mempunyai pilihan.

Tidak lama dokter datang memeriksa kondisi Maura, dokter menuliskan resep obat untuk Maura yang di nyatakan hanya demam biasa dan setelahnya dokter pamit undur diri.

"Biar bibi yang nebus obatnya."

"Hati hati ya bi." Kata Caera memberikan uang yang ia ambil dari dompet. Kebetulan jarak antara apartemen dan apotik sangat dekat.

"Iya Caera." Kata bibi Hami sambil tersenyum.

Tidak lama bibi Hami pergi bel berbunyi, Caera membukanya dan di depannya berdiri sosok Kano yang langsung masuk terlihat panik melangkah menuju kamar Maura.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Kano duduk di sisi ranjang menyentuh kening Maura.

"Panas." Gumam Kano.

"Dia hanya demam, dokter baru saja memeriksa nya." Kata Caera, hatinya terenyuh melihat perhatian Kano. Sangat jelas Kano menyayangi Maura tulus padahal Maura bukan darah dagingnya, Kano tidak membedakan perhatian nya pada Zio maupun Maura mereka sama di sayangi Kano. Atau apakah memang tabiat Kano yang sebenarnya penyayang anak anak.

"Maaf menganggu mu larut malam begini." Kata Caera.

"Apa yang kau katakan, aku malah senang kau memberitahu ku karena kalau tidak aku bisa marah." Kata Kano mendekati Caera.

"Kau bisa marah?" Caera mengejapkan matanya, selama ini ia tidak pernah melihat Kano sangat marah padanya malah sebaliknya pria ini sangat manis memperlakukannya.

"Apa kau ingin aku marah?" Kata Kano semakin merapat, saat Caera memundurkan tubuhnya dengan sigap Kano meraih pinggang Caera mengurungnya dalam pelukannya.

"Kano!" Gumam Caera gugup.

Kano menatap Caera sangat intens, saat ia ingin menyentuh bibir Caera suara langkah seseorang mendekat membuat mereka menjauhkan diri.

"Caera ini obatnya." Kata bibi Hami setelahnya terdiam mendapati Kano jug berada di kamar.

"Tuan kano!" Sapa bibi Hami penuh hormat.

Kano membalas sapaan bibi Hami dengan senyuman.

Bibi Hami meletakan obat di meja nakas.

"Tuan mau minum apa?" Tanya Bibi Hami.

"Tidak perlu bi, sebaiknya bibi istirahat." Kata Kano.

"Baiklah, selamat malam tuan." Bibi Hami berbalik keluar.

"Zio sudah tidur." Tanya Kano buka suara sesaat keheningan di antara mereka.

"Tadi dia sempat terbangun lalu tidur lagi."jawab Caera.

"Saat Maura sudah sembuh nanti aku ingin mengajak liburan kalian." Kata Kano antusias.

"Boleh kah aku bertanya sesuatu?" Tanya Caera.

"Tentu."

"Kenapa kamu sangat baik pada kami, karena kasihan semata kah?" Tanya Caera.

"Jadi selama ini kamu bepikir aku baik padamu dan anak anak hanya kasihan semata?" Tanya Kano.

"Lalu." Bisik Caera.

Kano mendekat meraih tengkuk leher Caera membungkam bibir Caera dengan bibirnya.

Tbc

One SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang