10

8.4K 1.6K 44
                                    

Pdf bisa order di wa +62 822-1377-8824 ( putri)

Sudah ada di kbm app dan karyakarsa.

Untuk ebook bisa di beli di playstore buku.

***

Caera sudah memikirkannya matang, demi kebaikan anak anaknya ia akan ikut dengan Kano ke kota, lagian penagih hutang yang lain bisa saja mendatangi nya ke desa kalau ia tetap bertahan di sini dan ia takutkan kejadian kemarin akan terulang lebih parah anak anaknya akan di rebut paksa darinya demi jaminan semua hutang yang masih belum bisa di lunasi. Memang mendiang suaminya meninggalkan hutang yang sangat banyak padahal Caera sudah membayarinya dengan menjual rumah dan semua hartanya yang dulu tapi belum juga menutupinya, penagih hutang berdalih bunga dari hutang masih belum di bayar membuat Caera merasa terbebani dan lari ke desa.

Caera membenahi pakaian dirinya dan anak anaknya ke dalam tas jinjing lusuh, tinggal menunggu Kano menjemputnya maka ia akan meninggalkan rumah ini.

Tok tok tok

Suara ketukan terdengar berapa kali, bergegas Caera melangkah membukanya di pandanginya Kano yang sudah berdiri sangat tampan dengan penampilan maskulinnya mengenakan kemeja abu abu dan celana hitam membalut pas tubuh atletisnya.

"Aku ingin pamit sekaligus untuk menjemput mu dan anak anak." Kata Kano. Sejenak Caera meruduk ini adalah pilihan finalnya demi anak anaknya maka jangan ada kata ragu.

"Tunggu lah sebentar." Kata Caera lembut berlalu masuk ke dalam rumah tidak lama ia kembali membawa tas jinjingnya dan menggandeng kedua anak nya.

"Bu kita mau kemana?" Tanya Zio spontan menatap Caera.

"Kita akan pindah ke kota nak ikut om ini." Jawab Caera mengelus rambut Zio.

Zio beralih menatap Kano seksama." Kenapa kita harus ikut om ini bu?" Tanya Zio lagi.

Pertanyaan Zio kali ini Caera tidak bisa menjawab ia bingung memilih bungkam.

"Karena kalian akan aman bersama om, tidak ada orang jahat lagi mengganggu kalian seperti kemarin." Sahut Kano menyapu rambut Zio gemas.

Zio menatap Caera yang mengangguk samar.

"Benar nak, om adalah orang baik yang akan membantu kita." Timpal Caera.

Tanpa bertanya lagi Zio mengikuti langkah Kano yang mengandeng tangan mungilnya ke arah mobil. Di sana seseorang pria menunggu membukakan pintu untuk Zio masuk ke dalam. Kano berbalik menunggu Caera yang menyusulnya, Kano juga membantu Maura masuk ke dalam mobil duduk di samping Zio.

"Masuk lah Caera." Kata Kano.

"Tunggu sebentar, aku ingin pamit dengan bibi Inggrid." Kata Caera.

"Aku juga ingin pamit, biar kita barengen ke rumahnya." Kata Kano menarik tangan Caera hingga ia tercekat menatap tangan Kano yang erat menggenggam pergelangan tangannya.

Tangan Kano sangat hangat, seperti perlakukan hangatnya pada dirinya dan anak anak, beruntunglah wanita yang kelak menjadi kekasih Kano. Wanita yang setara yang tepat pastinya.

Sampai di teras rumah bibi Inggrid Kano mengetuk pintunya tidak lama bi Inggrid membukanya menatap Kano dan Caera bergantian.

"Tuan dan Caera!" Sapa bi Inggrid.

"Aku pamit pulang bi, liburan ku sudah habis di sini." Kata Kano.

"Hati hati di jalan tuan Kano salam untuk nyonya dan tuan besar di kota." Kata bi Iggrid.

"Tentu bi dan aku juga mengajak Caera dan anak anaknya tinggal di kota."

Bi inggrid mengerutkan keningnya menatap Caera.

"Benar bi, aku akan mencari kerja di sana karena kejadian kemarin membuat ku sedikit trauma maka demi kebaikan aku terima tawaran tuan Kano untuk menjadi pelayan di tempat tinggalnya." Ucapan Caera membuat Kano tercengang, ia ingin protes namun Caera mendelik memberi isyarat agar Kano tetap diam.

Bi Inggrid mengerti dengan keputusan Caera, ia pun baru tau penyerangan itu saat ia mengujungi rumah Caera dan wanita ini menceritakan semuanya padanya.

Sebenarnya bi Inggrid berat berpisah dengan Zio dan Maura tapi demi masa depan untuk mereka maka bi Inggrid harus mengikhlaskannya tanpa menampakan kesedihannya ia memberi senyum tulus memeluk Caera hangat.

"Kalau sempat nanti kirim surat ke desa biar bibi tau kabar mu dan anak anak." Bisik bi Inggrid serak.

"Iya bi makasih atas kebaikan bibi selama ini." Kata Caera haru.

"Apa yang kau katakan, bibi senang membantu kalian sudah bibi anggap bagian keluarga bibi, pasti sangat sepi tanpa kalian."

"Aku janji akan mengirim kabar selalu bi."

Setelah pamit kini Caera sudah berada di dalam mobil hanya bergeming dengan pandangan kosong, Kano sempat mendelikan matanya tapi ia tidak bertanya memilih diam mendengar celotehan Zio dan Maura yang kegirangan selama di dalam perjalanan menuju kota.

"Kita ke apartemen." Kata Kano pada Alex.

"Baik tuan."

Menempuh perjalanan cukup jauh akhirnya mobil berhenti di pakiran luas gedung apartemen.

Kano keluar dari mobil lebih dulu membukakan pintu untuk Caera dan kedua anaknya.

"Sudah sampai." Kata Kano.

Maura tertidur dan saat Caera ingin meraihnya namun di cegah Kano yang lebih dulu menggendong Maura.

"Ayo!" Ajaknya lagi menatap Caera dan Zio.

Caera mengandeng Zio melangkah mengiringi langkah Kano yang berjalan di depannya sampai mereka memasuki lift menuju lantai atas.

Kini mereka sudah berdiri di depan pintu, kano membukanya dan mempersilakan Caera masuk ke dalam tempat tinggalnya.

Caera melangkah menatap sekelilingnya, kediaman yang sangat nyaman dan bersih, Zio terlihat senang menatap penuh kagum.

"Ibu apa kita akan tinggal di sini?" Tanya Zio.

"Tentu." Sahut Kano lebih dulu." Semua ini milik mu."

Bertambah kegirangannya Zio ia berlari mengitari ruangan. Pemandangan membuat Caera haru selama ini ia belum bisa memberikan kehidupan layak untuk Zio apa lagi Maura, lalu Kano datang seakan menumbuhkan mimpi Caera agar anak anaknya hidup sejahtra.

Caera mengikuti Kano yang berjalan menuju sebuah kamar untuk membaringkan Maura di atas tempat tidur.

"Ini kamar anak anak." Kata Kano.

"Terima kasih tuan sangat baik pada kami." Kata Caera.

Kano tersenyum mendekati Caera tepat berdiri di hadapan Caera yang cangung.

"Entah berapa kali kau selalu mengucapkan terima kasih, padahal ini hanya bagian kecil yang ku lakukan untuk kalian." Kata Kano.

"Tuan sangat berlebihan, dengan tuan memberikan semua ini saja saya bingung harus membalas budi dengan apa." Kata Caera meruduk.

Kano mengerutkan keningnya tidak suka, ia menyentuh dagu Caera.

"Ini adalah kewajiban ku, aku tidak senang saat kau mengungkit apa yang ku berikan, sungguh Caera aku tulus memberikan semuanya untuk kalian." Kata Kano menatap lekat tepat di manik mata Caera yang tenggelam dalam kesungguhan Kano.

"Kau mengerti." Kata Kano di balas anggukan Caera.

🖤🖤🖤

One SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang