6

8.8K 1.6K 57
                                    

Pdf redy ya minat koleksi membelinya di wa +62 822-1377-8824

Versi ebook https://play.google.com/store/books/details?id=dr92DwAAQBAJ

Atau bisa di baca di kbm app / KARYAKARSA ketik judul cerita atau nama penulis Aqiladyna.

***

Meski Caera enggan pergi ke villa tapi ia harus melakukan kewajibannya yang sudah di embankan padanya, ia tidak akan mencampurkan urusan pribadi pada pekerjaannya.

Sekali lagi ia mengantar Zio dan Maura ke rumah Bibi Inggrid, untung lah Bibi Inggrid selalu mengerti dengan suka rela menjaga dua buah hatinya. Walau Caera sering tidak enak hati merepotan Bibi Inggrid, tapi ia tidak ada pilihan karena hanya Bibi Inggrid yang mau membantunya tanpa pamrih. Dalam keadaan perekonomian yang sangat terbatas hanya sedikit tetangga mau peduli tapi Caera maklumi, mereka pun punya tanggung jawab pada keluarga mereka masing masing.

Bergegas Caera dengan berjalan kaki menuju ke villa, akhirnya ia sampai masuk lewat pintu belakang yang terhubung ke dapur, suasana villa sangat sepi, mungkin kah Kano sedang tidur sore seperti ini, tidak mungkin pria itu keluar karena Caera menangkap mobil pria itu terpakir di halaman Villa.

Semoga Kano tidak terbangun dan mendekati dirinya lagi, karena Caera sungguh tidak nyaman, Caera berharap Kano secepatnya mengakhiri liburannya dan ia tidak bertatap muka lagi dengan Kano yang hanya membuatnya sesak nafas.

Caera mulai berkutat di dapur, memasakan menu makan malam untuk Kano. Tidak butuh waktu lama Caera sudah menyelesaikan tiga menu makanan sekaligus, ia menatanya di atas meja makan sesambil melirik pada jam dinding yang menunjukan pukul 6 sore.

Tugasnya sudah selesai, sebaiknya ia pulang tapi haruskah ia tidak pamit pada Kano?

Caera berpikir sejenak, maka akhirnya ia putuskan langsung pulang saja, setelah menutup makanan dengan tudung saji, ia berbalik melangkah menuju pintu belakang.

"Kau mau kemana?" Suara berat seorang pria membuat Caera terkejut menghentikan langkahnya, Caera mengenali suara itu seketika tubuhnya menegang.

"Aku bertanya padamu, kau mau kemana?" Kano mengulang pertanyaannya, langkahnya mendekati Caera lalu mengitar berdiri menghadap Caera yang masih bergeming.

"A..ku, maksud saya ingin pulang tuan." Jawab Caera gugup.

"Jangan pulang dulu, masih ada tugas untuk mu." Kata Kano melipat kedua tangan di depan dada.

"Heh...tugas apa lagi tuan?" Tanya Caera.

"Kau terlalu formal, aku membencinya, bersikap lah seperti biasa, ikut dengan ku." Kata Kano berjalan lebih dulu.

Caera menghela nafasnya, niat hati ia ingin pulang lebih awal tapi sepertinya Kano memang sengaja menahannya.

Menghentakan kakinya kesal Caera menyusul Kano ke ruang tamu.

"Kau lihat debu di meja dan sofa sangat banyak, kau harus bersihkan." Kata Kano menghempaskan bokongnya duduk di sofa menatap lekat pada Caera yang bengong.

Caera sebenarnya ingin protes karena di lihat kasat mata tidak ada debu, sekalipun di meja dan di sofa sangatlah bersih.

Tapi Caera tidak ingin berdebat, ia kembali ke dapur mengambil alat pembersih, menglap meja sampai benar benar kinclong.

Caera tidak nyaman dengan tatapan Kano yang sama sekali tidak berpindah dari dirinya, ia seakan di awasi seorang mandor.

"Kau janda?" Tanya Kano ragu.

Caera hanya mengangguk, tanpa melihat Kano ia fokus pada pekerjaannya.

"Suami mu menceraikan mu?" Tanya Kano lagi.

"Suami ku sudah meninggal."

Kano mengangkat alisnya keatas sedikit terkejut dengan jawaban Caera.

Kano mengingat kejadian tadi siang di rumah Caera, ada dua bocah, laki laki dan perempuan, hanya sekejap Kano tidak begitu jelas melihat nya karena Caera buru -buru mendorongnya keluar dari rumah.

"Jadi kau pergi begitu saja karena lebih memilih pria lain untuk menikah denganmu." Kata Kano penasaran.

"Tuan, bisakah kita tutup masa lalu, jangan pernah mengungkitnya lagi karena aku tidak ingin membahas apapun." Kata Caera.

"Tapi aku ingin membahasnya, begitu banyak pertanyaan bersarang di otak ku yang belum terjawab, dan jawabannya ada padamu." Kata Kano.

"Tidak ada jawaban apapun." kata Caera. Ia menyudahi pekerjaannya.

Saat Caera berbalik ingin pergi, Kano berdiri menyambar lengan Caera menariknya merapat pada tubuh Kano.

"Apa yang tuan lakukan!" Jerit Caera membulatkan matanya.

"Kita sudah menghabiskan waktu satu malam, karena aku yakin kau masih perawan malam itu dan kau begitu mudah pergi dan menikah dengan orang lain." Kata Kano, sebenarnya ia tidak mengerti dengan pemikiran Caera, di satu sisi ia yakin Caera bukan wanita nakal tapi di sisi lain ia bertanya kenapa Caera begitu gampang melupakan nya dan pergi darinya.

"Kita tidak menyadari apa yang kita lakukan dulu jadi..."

"Aku menyadarinya, sepenuhnya..." Kata Kano memotong ucapan Caera.

"Aku tidak merasakan apapun malam itu, jadi lupakan lah." Kata Caera berusaha melepaskan cengkraman tangan Kano di lengannya yang semakin mengencang.

"Kano lepaskan!" Ringis Caera.

"Tidak merasakan apapun kata mu, jadi kau fikir aku tidak hebat dalam masalah sex?" Kata Kano tidak peduli Caera terus berusaha melepaskan diri.

"Bukan...itu maksudku!" Kata Caera terbata bata.

Mengejutkan Caera, Kano meraih tengkuk lehernya, menempelkan bibirnya di bibir Caera.

Mata Caera terbelalak hingga mereka terjatuh ke sofa.

"Lepas Kano!" Jerit Caera.

Setetes air mata Caera yang mengalir mengenai tangan Kano, barulah ia menjauh menatap Caera yang memerah, kedua mata Caera terpejam erat dengan air mata mengalir di sudut matanya.

Tatapan Kano jatuh pada bibir Caera yang basah.

Tatapan sendu Caera meluluhkan hati Kano, ia menyesal telah memaksa Caera, maka ia menjauh dari atas tubuh Caera.

Tanpa bicara apapun, Caera beranjak dari sofa berlari menjauh dari Kano.

Kano mengusap rambutnya ke belakang, ia mengumpat kesal.

Apa yang ia lakukan, kenapa dengan dirinya, kenapa ia malah menyentuh Caera dengan cara memaksanya karena terlalu emosi pada ucapan Caera.

Tbc

One SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang