1. Tentang Mimpi

4.4K 104 12
                                    

Matahari bersinar cerah. Sederet rumah tersusum rapi di sana, tetapi semua rumah nampak sepi terlihat dari pagar atau pintu setiap rumah yang tertutup rapat, kecuali rumah bercat biru muda. rumah dengan halaman luas tanpa pagar, pohon jambu yang rindang, dan di bawahnya ada gazebo yang baru dibangun setengah jadi.

Di samping, beberapa semen masih tertumpuk rapi, sedangkan beberapa sudah tidak karuan letaknya. Ada juga yang sudah terbuka. Di sebelahnya lagi ada pasir yang menggunung. Di situlah Anak Laki-laki dan Perempuan sedang bermain bersama, bermain pasir lebih tepatnya.

Dengan saling berhadapan. Anak Laki-laki itu asik memasukkan pasir ke dalam wadah kotak, menepuk dan menekan keras pasir di wadah kotak itu dan dihantamkan wadah itu ke bawah. Ia berhasil mencetaknya. Kemudian diulanginya lagi dengan wadah yang lain. Ada segurat senyum di wajahnya, bangga dengan karyanya yang berjajar rapi.

Anak Laki-laki berniat membuat cetakan lagi, tapi semua wadah sudah digunakan. Dia tidak mau ada cetakan yang sama.

Dia berfikir sejenak. Matanya melirik ke arah Anak Perempuan di hadapanya yang asik memasukan pasir ke wajan mainan dan mengaduknya dengan sendok mainan pula. Tak lama sebuah ide terbesit di benaknya. Tanpa ragu Anak Laki-laki itu langsung mengambil wajan mainan milik Anak Perempuan tersebut membuat sang pemilik kaget. Tapi dengan gerakan cepat si Anak Perempuan menarik kembali wajan mainanya.

Sesaat terjadi aksi saling tarik menarik wajan mainan. Tak ada yang mau mengalah di antara mereka. Anak Laki-laki itu mulai kesal, dengan satu sentakan ia berhasil mendapat wajan mainan tersebut dan membat Anak Perempuan itu jatuh tersungkur.

Merasa kesal dengan tingkah Anak Laki-laki, Anak Perempuan itu menendang cetakan pasir yang dibuat Anak Laki-laki tersebut. Anak Laki-laki itu langsung melempar wajan yang dibawanya dan menarik lengan si Anak Perempuan. Tapi Anak Perempuan tersebut tak menghiraukanya dan terus menghancurkan cetakan pasir. Kemudian Anak Laki-laki itu mulai memukul dan sekejap terjadi baku hantam di antara keduanya. Sampai Anak Perempuan itu menangis karena tepat di ujung kanan atas bibirnya terasa perih akibat tercakar oleh si Anak Laki-laki.

Tak lama ada seorang pria bertubuh tinggi datang menghampiri mereka dan langsung menggendong si Anak Perempuan. Mengelap sedikit darah yang keluar akibat cakaran itu dan berusaha menenangkannya.

Kriiiiiing

Gadis remaja itu tersentak kaget dari tidur unyunya. Ia berdecak, kemudian meraih sesuatu di meja kecil di samping kanan ranjangnya. Dengan gerakan cepat Ia mencokel baterai jam beker yang telah membangunkanya, lalu meletakan kembali dengan asal-asalan sampai salah satu baterainya jatuh ke lantai dan menggelinding entah ke mana.

Gadis itu tak ambil pusing, Ia ingin melanjutkan tidur unyunya. Ia kembali memejamkan matanya. Tapi apa yang terjadi? bukanya tidur, Ia malah teringat mimpinya barusan.

Gadis itu mendesis sebal. Ia mengganti posisi tidurnya yang semula terlentang kini menyamping ke arah kanan, lalu menutup matanya lagi. Tak ada perubahan. Di otaknya masih teringat mimpinya. Ia bahkan telah menganti posisi tidurnya beberapa kali, tapi usahnya sia-sia karena Ia masih juga teringat. Oke fine, Ia menyerah. Gadis itu bangkit dari tidurnya.

“Mimpi yang sama lagi.” ucapnya pada diri sendiri.

Ya. sudah 3 hari ini, Ia selalu bermimpi tentang masa kecilnya, membuatnya teringat kembali akan masa itu. Dan entah mengapa ia rindu masa tersebut, juga teman kecilnya -Adi-

Gadis itu mengusap wajahnya dengan kasar, lalu melirik sekilas kearah jam dinding di kamarnya. Sedikit malas Dia berjalan ke kamar mandi.

Dengan lincah gadis itu menuruni anak tangga. Satu tangannya menenteng tas dan satu lagi melambai kearah mamanya yang sedang menyiapkan makanan dibantu dengan Mbok Yem.

Sifat gadis itu memang periang. Dengan wajah oval dan bibir mungil kemerahan membuatnya terlihat imut. Siapapun yang melihat tingkahnya pasti gemas. Namanya Maura Pradipta Nugroho, kebanyakan dari mereka memanggilnya Maura.

“Pagi Ma, pagi Bi.” sapa Maura dan langsung mencomot ayam goreng dan melahapnya.

Rita, Mamanya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu, sedangkan Si Bibi hanya tersenyum.

“Papa mana, Ma?” tanya Maura dengan mulut penuh ayam goreng.

“Maura, duduk dulu dan habisin makanan di mulut, baru ngomong! kebiasaan deh!” Mama, bukannya menjawab pertanyaan Maura malah mengomel. Mau gimana lagi melihat tingkah Maura membuat Mama gemas melihatnya.

Maura terkekeh, ia segera mengambil tempat duduk sambil mengunyah makanan di mulutnya dengan cepat dan menelannya, untung tidak tersedak.

“Papa mana, Ma? udah berangkat ke kantor ya?” tanya Maura lagi.

Mama yang sudah selesai menata makanan pun segera duduk di depan Maura.

“Papa kamu pulang ke Bandung.”

“Bandung?!” pekik Maura, dibalas anggukan kepala oleh Mama.

Seolah mengerti kalau putrinya akan penasaran dan pasti akan menyerangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi, Mama pun memilih menjelaskan terlebih dulu.

“Papa ke Bandung karena Oma drop lagi.”

“Oma drop lagi?” tanya Maura kaget. Matanya melebar melihat mamanya yang mengangguk mengiyakan pertanyaan maura. Kini mimik wajah maura terlihat khawatir.

“Jangan khawatir, Oma pasti baik-baik saja. Udah buruan berangkat, ini kan hari pertama masuk sekolah, nanti telat lagi.” Maura hanya mengangguk, kemudian meraih tangan Mamanya dan mengecupnya singkat. Dan segera berangkat ke sekolah.

***

Hai, guys..
Cerita ini adalah cerita pertama aku.
Dengan cerita ini, aku mulai debut pertama aku di wattpad. Jadi mohon bantuanya teman-teman.. 😄
Semoga kalian suka dengan karyaku.

And sorry for typo 😂

Terakhir, jangan sungkan-sungkan memberi kritik dan saran untuk kemajuan author 😁

- mel

MIMPI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang