20. Surprise Untuk Dimas

612 28 0
                                    

“Lo rangkum Bab 1 terus lo baca, gue yang ngetik.” titah Rangga.

Nanda mencebikan bibirnya. “Enak banget lo cuma ngetik. Lo ikut ngerangkum juga dong!”

“Lo rangkum dulu Bab 1, ntar gue Bab 2.”

“Nggak! Lo kan tukang bohong.” tukas Nanda.

“Itu mulut kalo ngomong suka sembarangan ya. Gue kan nggak pernah bohong. Dasar gendut!” ledek Rangga.

Kedua mata Nanda melotot, “Jangan panggil gue gendut!”

“Kenapa? Emang dulu lo gendut kan?!” Rangga menjulurkan lidahnya.

Nanda yang sudah tidak bisa menahan emosinya langsung mencubit Rangga.

“A.. Aduh, sakit!” cicit Rangga sembari mengelus lenganya.

Nanda tersenyum puas. Dan di detik selanjutnya mereka kembali berdebat, bahkan lebih heboh dari sebelumnya.

Dimas, Dino, Adit dan Maura hanya duduk diam melihat perdebatan Rangga dan Nanda yang tidak ada habisnya. Alhasil, mereka semua tidak bisa mengerjakan tugas karena terganggu oleh perdebatan unfaedah antara Rangga dan Nanda.

“Ngga, Nan, udahan kali debatnya.” celetuk Dino mencoba menengahi.

Merasa tidak ada yang menganggapi, Dino kembali bersuara, bahkan sampai melambaikan kedua tanganya.

“Hallo.. Yuhuu..”

“Kalian dari tadi debat mulu. Nggak capek?”

“Ngga! Nan!”

Dino berdecak, keduanya tidak ada yang menghiraukan ucapan Dino.

“Heran gue. Mereka kalau debat serasa dunia milik mereka sendiri kali ya?! Kita-kita nggak dianggap.” Sunggut Dino mulai kesal.

Maura terkekeh, menepuk pelan pundak Dino yang duduk pas di sebelahnya.

“Lo pisahin gih.” suruh Dino.

“Lo aja nggak digubris, gimana gue?” balas Maura.

“Tau ah, gelap. Lihat mereka debat bikin gue laper.” ucap Dino.

Kedua mata Dino beralih ke Dimas yang berkutat pada buku seni budaya. Hanya sekedar membolak-balik halaman buku tersebut tanpa membacanya.

“Dim, lo nggak ada niat kasih gue makan atau camilan gitu?”

“Enggak.” jawab Dimas cuek.

Dino melongo, lantas mengerucutkan bibirnya. “Mas jahat! ntar kalo dedek kena busung lapar gimana?” rengeknya.

“Hiii, merinding gue denger lo ngomong kaya gitu. Sono jauh-jauh. Huush!” Dimas mengibaskan kedua tanganya.

Dino melempar penghapus di depanya ke arah Dimas. “Sialan lo! Gue beneran laper Dim.”

“Yaudah cari aja makanan di dapur. Biasanya juga langsung main nyelonong aja lo kayak kucing tetangga.”

“Nggak peka banget sih lo. Gue kan mau basa-basi dulu biar dikira sopan gitu.” ucap Dino seraya menaik turunkan kedua alisnya.

“Telat. Semua orang juga udah tau sifat lo.” bantah Dimas.

“Lo kenapa sih hobby banget bikin hati gue potek.” kesal Dino.

Sebenarnya Maura ingin tertawa melihat tingkah Dino. Tapi mendengar perdebatan Rangga dan Nanda yang tak kunjung usai, ditambah sekarang Dino dan Dimas yang ikutan berdebat membuat kepala Maura terasa sedikit pusing.

“Kalian berdua kenapa ikutan debat?!” cicit Maura.

“Gue laper Ra, dan dia nggak mau kasih gue makanan.” adu Dino.

MIMPI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang