9. Dugaan Maura

710 34 0
                                    

Ini hari kedua Maura bersekolah di sekolah barunya. Sama seperti kemarin, Ia masih menjadi topik hangat dikalangan para siswa. Bukan hanya karena statusnya sebagai siswa baru, kedekatan Maura dengan Dimas-lah yang membuatnya jadi bahan perbincangan. Mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.

Maura sadar betul kalau sepupunya ini sangat tampan, otomatis menjadi most wanted sekolah. Siapapun yang dekatnya pasti akan langsung jadi bahan perbincangan para siswa seantero sekolah.

Seperti pagi ini saat Maura dan Dimas berjalan berdampingan melewati koridor menuju kelas, banyak siswa yang terus membicarakan mereka berdua.

Sungguh, Maura sudah berusaha untuk tidak memperdulikan perkataan para siswa yang semakin memojokan dirinya dengan berbagai julukan yang tidak sepantasnya diucapkan. Tapi Maura tidak bisa.

Maura berdecak. “Gue binggung, punya sepupu setampan lo itu anugrah atau masalah sih buat gue?”

Perkataan Maura membuat Dimas menyerngit, lalu menoleh ke samping.

“Ya anugrah lah,” jawabnya lugas. “Harusnya lo bersyukur punya sepupu setampan gue.” tambahnya.

Maura memutar kedua bola matanya, menolehkan kepala ke arah Dimas. “Awalnya gue bersyukur, tapi sekarang nggak deh. Gara-gara lo gue di kata-katain sama semua siswa, sebel gue.”

Dimas terdiam sebentar, lalu ujung kiri bibirnya tertarik ke atas.

“Lo bukan orang pertama yang bilang gitu ke gue.” ucapnya lirih, kemudian kembali berjalan meninggalkan Maura.

Tatapan Dimas membuat Maura mematung. Dari tatapan itu Maura bisa merasakan ada luka di sana. Dan sepanjang hidupnya, Maura belum pernah melihat lihat Dimas seperti tadi.

Maura berlari kecil menyusul Dimas. Menyamakan langkahnya dengan langkah lebar Dimas. Tatapan itu sudah tidak ada lagi. Tapi Maura yakin, luka itu masih ada di hatinya.

“Dim.” pangil Maura. Dimas membalas dengan gumaman pelan.

“Gue.. gue..”

“Gue tau, lo nggak maksud bilang gitu ke gue.” potong Dimas, senyum tipis keluar dari bibirnya.

Maura ikut tersenyum. “Lo tau kan kalau lo dan Kak Raina adalah sepupu yang paling gue sayang.”

Dimas mengangguk, tanganya mengusak puncak kepala Maura.

“Kalau lo?” tanya Maura.

“Selain Mama dan Oma, Lo dan Raina adalah cewek yang gue sayang.” jawabnya.

“Ada lagi?” Pertanyaan Maura membuat Dimas terdiam.

“Udah buruan ke kelas, bentar lagi bel.” kilahnya, menarik pergelangan tangan Maura menuju kelas.

Maura tersenyum tipis. Ia sengaja bertanya seperti itu untuk memancing Dimas. Tanpa Maura bertanya, Ia sudah tau jawabanya akan tetap sama. Dari kecil, Maura, Dimas dan Raina sudah berikrar untuk saling menyayangi satu sama lain. Tapi sekarang bertambah satu orang lagi yang Dimas sayangi, namun dengan rasa sayang yang berbeda pastinya. Dan Maura harus mencari tau siapa orang itu.

Tidak ada pembicaraan antara Maura dan Dimas. Mereka berjalan dalam diam dengan bergandeng tangan, menambah jumlah cemoohan bagi Maura.

Gadis itu tak ambil pusing, ia tidak mau protes lagi pada sepupu tampanya. Yang perlu Maura lakukan hanya mengabaikan ucapan para siswa itu. Anggap saja mereka itu fans yang tertunda.

“Tuh kan!” seru Ijul tiba-tiba.

Maura dan Dimas yang sudah di ambang pintu kelas berhenti, berbalik badan menatap Ijul dan Anin yang baru datang.

“Datang bareng, gandengan tangan lagi!”

Maura menoleh saat Dimas langsung melepas pergelangan tangan Maura, tapi mata Dimas justru menatap lurus pada cewek yang berdiri di samping Ijul, Anin.

“Gue jadi curiga sama kalian berdua.” tambah Ijul dengan mengelus dagunya.

Dimas langsung melenggang pergi tanpa mengucap sepatah kata. Sedangkan Maura menatap kepergian Dimas dan kembali menatap Anin yang terlihat menghembuskan nafas.

Berbagai pertanyaan dan dugaan muncul di benak Maura. Semua tertuju ke cewek manis berlesung pipi di depanya. Tapi Maura tidak mau menyimpulkan terlalu awal.

“Dia mah selalu gitu.” Ijul berdecak.

“Mulut lo tuh remnya blong, perlu di servis.” cecar Anin.

Ijul mengerucutkan bibirnya. “Gue lagi kan yang salah. Dari zaman anjing beranak anjing sampai sekarang anjing tetep beranak anjing, gue mulu yang disalahin. Hayati lelah.” ucap Ijul mendramatisir suasana.

Anin menggelengkan kepala, lalu beranjak pergi meninggalkan Ijul yang semakin dramatis dan Maura yang masih sibuk dengan berbagai dugaan di otaknya.

Ijul menyenggol lengan Maura, membuat gadis itu tersadar dari lamunanya. “Sebenarnya lo ada hubungan apa sama Dimas?”

“Gue sepupunya Dimas.”

Mata Ijul melebar, “Serius lo?” pekiknya.

Maura mengangkat kedua alisnya melihat ekpresi Ijul. Lalu mengangguk pasti.

“Gue pikir lo pacarnya, tapi beneran lo cuma sepupu Dimas?”

Maura kembali mengangguk, “Iya, emang kenapa?”

“Nggak pa-pa. Cuman, kalau lo beneran pacaran sama si Dimas, ada yang potek hatinya”

“Siapa?” tanya Maura penasaran.

Ijul tersenyum. tak menjawab pertanyaan Maura, ia malah beranjak masuk kelas.

Maura mendengus merasa di abaikan, lantas ikut masuk kelas. Tatapanya langsung tertuju pada Ijul yang sedang membisikan sesuatu pada Anin. Ekspresi Anin terlihat kaget, mereka sempat berdebat hingga kehadiran Maura menyadarkan keduanya. Ijul terkekeh lalu pergi menuju bangkunya, sedangkan Anin bertingkah biasa, kembali membaca novelnya seperti tidak terjadi apapun.

Kejadian barusan menguatkan dugaan Maura bahwa Anin-lah cewek yang membuat sepupunya bertekuk lutut serta memberinya luka. Tapi Maura tak mau gegabah. Ia ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang apa yang terjadi antara Anin dan Dimas.

*******

Hollaaa...
Gimana sama part ini?

Bener nggak sih kalau Anin ada hubungan sama Dimas? Tapi keduanya kan saling cuek gitu.

Ada yang mau tau? Atau penasaran?
Ha? Enggak ya? 😂😂

Yasudahlah..
Silahkan tunggu part selanjutnya 😁

- Mel

MIMPI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang