Sebuah penyesalan Yang Tak berujung

50 1 0
                                    

Dikelas saya terkadang selalu memikirkan tentang Syamil. Bagaimana kegiatannya,siapa saja temannya dan apa maksudnya dia bersikap seperti tidak perduli terhadap saya.

Dulu saja Syamil sampai meminta Ahmad untuk jadi Mak Comblang nya sekarng justru dia yang malah terlihat menghindari saya.

Pada hari itu saya bersama Ria dan kak Yuha pulang bersama. Diperjalanan pulang saya melihat Syamil dan teman temannya yang sedang duduk dipos ronda dekat sekolah SD.

Tetapi Ria dan kak Yuha berhenti dan menghampiri mereka.

"Nde anterin dong." ucap Ria pada Syamil.
"Yaudah ayo." ucap Syamil sambil menstater motornya.

Seakan akan Ria tak perduli dan ingin membuat saya cemburu.

Dan sekarang justru saya yang merasa kehilangan dan merindukan moment itu, ya walaupun konyol tapi saya sangat rindu akan hal itu.

Dan masih bertanya tanya mengapa dia ingin melanjutkan ke MTs Suryalaya.

Apakah dia ingin menghindar dari saya?
Apakah karena apa?
Yang jelas saya rindu dengannya.

Kejadian itu membuat saya dan Ria tidak akur dan marahan hingga beberapa hari. Sehingga ada yang bertanya pada saya.
"Ada masalah apa kamu sama Ria sampe sampe kamu sama dia diem dieman kaya gini?"tanya Peti.
"Hmm... Gak kenapa napa sih,cuma saya kesal aja sama dia." jawab saya.
"Gara gara?"
"Gara gara Syamil."ucap saya dingin.
"Oh iya Ria pernah bilang sama aku,katanya(aku mah seneng kalo ngejailin Ardina,soalnya dia suka bertingkah laku campur aduk gitu antara cemburu sama benci) Ria bilang gitu Din." ucap peti jelas.

Karena saya orangnya terbuka saya selalu curhat sama teman teman disekolah,teman teman dimadrasah ataupun sama keponakan saya(Rizka). Dan mereka semua hatam dengan apa yang akan saya ceritakan pada mereka. Karena jelas pastinya saja tentang Syamil,Syamil dan Syamil.

Pada hari jum'at ini saya dan ria masih marahan sehingga kami berdua tidak pulang bareng. Padahal ria berada tepat dibelakang saya,tapi kami berdua hanya saling bungkam.

Dan tak lama kemudian terdengar suara motor dan itu ternyata suara motor Syamil. Dan pasti saya duga dia mengajak ria. Tapi setelah ria naik keatas motornya,Syamil pun berhenti tepat disamping kanan saya.
"Din ayo naik,biar gak cape." ucapnya sambil melirik keatas jok.
"Nggak usah,nggak papa ko saya jalan kaki aja nggak usah repot repot. Lagian kan udah ada ria yang naik."balas saya sambil penasaran apa jawabannya.
"Din,ayooo...cukup kok. Ayoooo.. Din,ayooo.." ucap Syamil agak memaksa.
"Nggak usah Nde." ucap saya meragu.
"Beneran yaudah kalo gitu duluan ya,Din. Hati hati." ucap Syamil yang terlihat tak tega pada saya.

Sayapun hanya mengangguk. Dan Syamil pun langsung menarik gas dan pergi meninggalkan saya.

Saya dijalan masih terus menerus memikirkan kejadian tadi dan tak rela ria diboncengi oleh Syamil. Dan menyesal karena telah menolak ajakan Syamil.

Rasa Yang Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang