Bagaimana menurutmu jika orang yang kamu cintai tidak pernah mencintaimu bahkan tidak mengenalmu sama sekali? Apakah kamu akan pasrah dan berdiam diri, atau akan terus mengejarnya sampai kamu mendapatkannya?
Aku memilih untuk mencintaimu dalam diam. Aku memang tidak pernah sanggup menyatakan cintaku padamu. Bukan karena gengsi sebagai seorang wanita, namun inilah caraku mencintaimu. Aku hanya perlu melihatmu baik-baik saja dan memastikan bahwa kamu masih bernafas di dunia ini. Tidak lebih.
***
Deeert..deertt..deerrtt...
Ponsel di saku rokku bergetar.Astaga. Aku terbangun. Dan aku sadar, bahwa kejadian itu adalah mimpi. Mimpi disiang bolong yang sangat mengerikan.
"Syukurlah semua ini hanya mimpi." Gumamku.
Lalu aku mengambil sebuah ponsel yang daritadi tidak berhenti bergetar. Di layar ponsel tersebut, tertera nama "Mama"
"Halo Ma?"
"Halo Ren, kenapa angkat teleponnya lama banget sih?"
"Hehe iya maaf Ma."
Aku sengaja tidak bilang pada Mama bahwa aku barusaja tidur di kelas. Aku sedang malas mendengarkan celotehan Mama.
"Ren, Mama nitip nasi padang yang deket toko buku itu ya. Nanti pulang sekolah sekalian tolong beliin."
"Loh Mama ngga masak hari ini?"
"Mama sibuk sayang. Jadi Mama ngga sempet masak. Eh jangan lupa loh ya nasi padangnya."
"Iya iya Ma. Udah dulu ya, ini udah masuk."
***
Bel pulang berdering kencang. Murid-murid bersiap untuk pulang. Kecuali Satria dengan wajah kusutnya yang tetap stay dibangkunya. Satria memang seperti itu. Dia tidak akan pulang sebelum semua tugasnya selesai.
Aku kagum sekaligus prihatin dengan keadaan Satria. Lihatlah, rambutnya berantakan, seragamnya kusut bak pakaian yang tak pernah disetrika. Apalagi wajahnya, seperti Pithecanthropus Erectus.
Haha, aku dan Lisa memang suka mengejek Satria.
"Ren, pulang ini kita mampir ke kafe baru yang diseberang jalan itu yuk." Ajak Lisa.
"Aduh sorry Sa, aku abis ini mau langsung beliin makanan titipan Mama." Jawabku jujur.
"Hmm.. sebel deh. Daritadi aku ajakin kamu makan selalu saja gagal." Omel Lisa dengan nada bicaranya yang sedikit manja.
"Hehe lain kali saja ya Sa." Pintaku.
"Yaudah deh. Byee."
"Oke bye juga Lisa."
Aku menunggu angkot di halte depan sekolah sambil sesekali mencerup es cokelat yang aku beli di kantin tadi.
5 menit menunggu, akhirnya angkot berwarna orange itu berhenti didepanku dengan penumpang yang memenuhi semua sudut ruangan angkot.
"Tak apalah, yang penting aku bisa cepat sampai." Gumamku.
15 menit kemudian angkot berhenti tepat didepan rumah makan nasi padang tersebut. Saat aku baru saja turun dari angkot, tiba tiba ada sebuah sepeda motor menyerempetku. Dan akupun terjatuh.
Sepeda motor tersebut adalah milik pria yang berbadan tinggi. Pria tersebut memakai sebuah masker hitam dan mengenakan helm berkaca hitam sehingga menutupi seluruh wajahnya.
Sepeda motor tersebut berhenti 3 meter didepanku. Lalu pria tersebut berjalan menghampiriku.
Aku bersungut-sungut dan siap untuk memaki pria tersebut.
"Kamu punya mata ngga sih? Kamu ngga liat ada aku disini? Bawa motor aja pake ngebut segala. Emang kamu kira ini jalan punya nenekmu?" Omelku bernada kesal.
Pria tersebut hendak membantuku berdiri, namun aku segera menepis tangannya.
"Ngga usah sok peduli. Aku bisa berdiri sendiri!" Kataku dengan perasaan jengkel.
Dan ketika aku berbalik meninggalkannya, pria tersebut menghentikanku dengan memegang tanganku.
"Sorry Ren, aku ngga sengaja." Katanya dengan perasaan bersalah.
Aku mematung. Astaga. Apa yang aku dengar barusan? Aku sangat mengenali suara itu. Ya benar, suara tersebut adalah milik seseorang yang sangat aku kagumi, Kak Reza.
Dan apa yang dia katakan barusan? Ren? Bagaimana dia mengenalku? Bagaimana dia tahu namaku? Dan bagaimana bisa aku tidak sadar bahwa pria tersebut adalah Kak Reza?
***
TBCMakasih yang mau baca part 2 ini ya😊
Yang udah baca tolong vote dan commentnya😙
Happy Reading💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Resah
Fiksi RemajaAku hanya mencintaimu. Entah ini sebuah kutukan atau apa, namun aku pikir aku hanya bisa mencintai satu orang di dunia ini yaitu kamu. Dan disaat engkau pergi meninggalkan luka yang teramat mendalam, pergi untuk selama lamanya, aku pikir inilah akh...