2. Sewaktu Sarah Lupa

269 34 47
                                    

Salah satu kebiasaan jelek Sarah yang sepertinya sudah bukan kebiasaan jelek lagi tapi penyakit, adalah menunda-nunda membalas chat sampai akhirnya betul-betul kelupaan hingga berhari-hari kemudian. Yang lebih parahnya lagi kalau sudah sampai berminggu-minggu. Rasanya sudah bukan satu dua orang lagi yang gregetan bahkan sampai kesal karena Sarah sering sekali lupa membalas chat.

Termasuk Yoga.

Kamu di mana?

Sarah langsung merasa tidak enak begitu melihat chat yang sampai pada pukul 4 sore tersebut. Sekarang sudah jam 8 malam dan Sarah sedang menunggu bis kampus di halte depan fakultas. Ia baru sempat mengecek ponselnya lagi sekarang, karena tadi selama rapat himpunan ia tidak sempat mengeceknya. Tidak usah ditanya berapa missed calls dari pengirim chat yang barusan Sarah buka.

Mampus deh gue, batin Sarah. Rasanya ingin ia membenturkan kepalanya ke tembok. Sarah benar-benar lupa kalau sudah mengiyakan ketika Yoga mengirim chat tadi siang menawarkan untuk menjemputnya kalau ia sudah selesai kelas. Bodohnya, Sarah lupa kalau ia ada rapat sesudah kelas. Dan ketika selesai kelas, ia malah ingat rapat dan melupakan Yoga.

Sarah menghela napas, menatap langit-langit halte bis. "Sar.....lo tuh.....bener-bener.....minta diputusin kali ya...." ucapnya pada diri sendiri.

Mungkin karena Sarah sudah girang sendiri akan bertemu Yoga karena itu ia langsung mengiyakan tanpa pikir panjang. Tumben, pikirnya, karena jadwal mereka berdua bertabrakan terus, apalagi Yoga yang sering sekali mendekam di studio arsi sampai lumutan, tidak tahu bikin apa, Sarah tidak mengerti.

Sementara dirinya, sebagai mahasiswa baru yang masih rada norak dan takjub dengan kehidupan kampus, iya-iya saja semua diikuti, setelah itu dia engap sendiri. Tapi bagaimana ya, sudah terlanjur. Ibaratnya sudah kecebur, ya sudah sekalian saja lah belajar berenang.

Tapi jadinya... ia makin susah bertemu Yoga. Padahal Sarah kepingin sekali.

Di tengah kesibukannya mengetik permintaan maaf untuk Yoga, tiba-tiba panjang umur, Yoga meneleponnya.

"Halo? Kamu dimana?"

Aduh, suaranya galak banget. Sarah memejamkan matanya. Terakhir Yoga bersuara segalak ini, Sarah sampai menangis. Padahal yang digalakin bukan dia. Dan tidak sampai ketahuan juga sih, untungnya.

"Aku di halte FIB, Kaaakk. Maaf banget, tadi aku rapat ternyata, aku lupa bilang, aku—"

"Tunggu disitu, aku kesana."

Loh, dimatiin?

Bengong menatap layar ponselnya, Sarah menunggu Yoga dengan ditemani oleh nyamuk-nyamuk yang menggigiti pergelangan kakinya. Sarah mengutuk dirinya sekali lagi dalam hati karena tadi pagi kesiangan hingga ia terburu-buru dan lupa memakai kaus kaki.

Tapi... Yoga betul-betul menunggu dari jam empat sore? Aduh, Sarah jadi makin merasa bersalah. Soalnya, bukan sekali dua kali penyakit lupa membalas chat Sarah ini merugikan Yoga.

Sar, sar... emang lo ya dasar pacar tidak berguna. batinnya lagi.

Masih sibuk menepuki nyamuk yang kekeuh menggigiti pergelangan kakinya, tiba-tiba motor yang sangat Sarah kenali berhenti di depannya. Posisi Sarah masih menunduk, menggaruk pergelangan kakinya yang gatal. Diangkatnya kepalanya sedikit, dan dari ekor matanya Sarah bisa mengenali kaki Yoga dengan sepatu Adidas biru-putihnya.

Sambil menyusun kembali kronologis penjelasan lengkap dengan permintaan maafnya, pelan-pelan Sarah menegakkan badannya.

Yoga melepas helmnya, menatap Sarah tajam. Sarah buru-buru berdiri dan menghampiri Yoga.

SewaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang